Pandji Benar. Purwokerto Memang Tidak Istimewa, Tapi Lebih Nyaman Ketimbang Jogja

Purwokerto Tidak Istimewa, tapi Nyaman Melebihi Jogja MOJOK.CO

Ilustrasi Purwokerto Tidak Istimewa, tapi Nyaman Melebihi Jogja. (Mojok.co/Ega Fansuri)

MOJOK.COPurwokerto memang daerah kecil. Ia bahkan tidak istimewa. Namun, saya setuju dengan Pandji. Ia lebih nyaman ketimbang Jogja.

Di mata Pandji Pragiwaksono, ternyata Jogja tidak termasuk tempat yang nyaman selain kampung halaman. Dalam sebuah video yang tayang di kanal YouTube Tuah Kreasi, Pandji menyebutkan bahwa Purwokerto kota ternyaman di luar tempat asalnya. Padahal daerah ini tidak memiliki branding istimewa atau berhati nyaman seperti Jogja.

Bukan hanya Pandji yang punya pendapat demikian. Saya sendiri mengamini hal tersebut. Purwokerto memang tidak istimewa, tapi ia jauh lebih nyaman ketimbang Jogja.

Saya berani bertaruh. Semua orang waras sepakat dengan pendapat ini. Lho? Kalian belum yakin Purwokerto lebih nyaman? Sini saya beberkan beberapa faktanya.

Lebih mungkin hidup slow living di Purwokerto daripada Jogja

Hanya orang kurang wawasan yang ingin pindah ke Jogja demi hidup slow living. Atau, mungkin mereka terakhir ke sana tahun 1980-an. Pasalnya, di masa itu, Jogja masih bisa dijadikan tempat untuk slow living. Akan tetapi, kalau sekarang, nyaris nggak mungkin.

Lha gimana, menemukan kedamaian di sana saja sulit. Mengingat di sana nggak sedamai yang dibayangkan orang-orang Jakarta. Ada konflik antar-suku dan klitih yang jadi pemandangan sehari-hari orang Jogja.

Berbeda dengan Purwokerto. Di sana benar-benar lebih damai dan tenang. Bukan hanya saya yang mengatakannya, banyak orang di luar sana yang langsung merasakannya. Makanya, saya berkesimpulan lebih mungkin hidup slow living di Purwokerto ketimbang Jogja.

Hunian di Jogja semakin tak terbeli

Sebelum jauh-jauh ngomongin hidup jangka panjang di Jogja, mari kita diskusikan terkait harga hunian. Kamu jangan mengira harga hunian di sana itu murah ya. Percayalah, harga hunian di sana sudah bersaing dengan harga hunian di Jakarta.

“Kok bisa semahal itu?”

Di Jogja itu semuanya mahal, yang murah hanya UMR-nya saja. Tanah di Jogja kan hanya segitu-gitu saja, sementara peminatnya makin hari makin banyak. Entah itu untuk tempat tinggal di masa pensiun, buat kos-kosan, atau investasi. Makanya harga huniannya makin membumbung tinggi.

Sementara harga hunian di Purwokerto masih lebih masuk akal. Bahkan, saya rasa orang Purwokerto sendiri masih sanggup membeli hunian di sana.

Baca halaman selanjutnya: Nggak istimewa, tapi Purwokerto lebih sepi dan nyaman.

Biaya hidup lebih terjangkau

Biaya hidup di Jogja itu murah, ya. Begitu kira-kira isi kepala orang Jakarta yang nggak pernah ke Kota Pelajar. Kalau ada orang yang bilang biaya hidup di sana itu murah, rasanya mau tak pisuhi. Atau, saya mau bisikin ke telinganya “Iya, biaya hidup di sana murah bagi orang yang UMR-nya setara London.”

Kalau Purwokerto sendiri sudah terbukti menjadi salah satu dari 10 kota dengan biaya hidup terjangkau di Indonesia. Berdasarkan perhitungan BPS, angka biaya hidup di Kota Mendoan sebesar Rp5,88 juta per bulan. Purwokerto hanya kalah murah dari Cilacap, Maumere, Sibolga, Kudus, dan Tegal.

Hidup di Jogja dikepung sampah, sementara pengelolaan sampah Purwokerto menjadi percontohan nasional

Permasalahan sampah di Jogja begitu pelik. Sampai-sampai membuat daerah ini bak dikepung sampah. Salah satu bukti nyatanya dapat dilihat di tulisan Mas Yamadipati Seno dengan judul “Stadion Mandala Krida Jogja Dikepung Sampah, Menghadirkan Derita karena Aroma Busuk Menusuk Hidung” di Terminal Mojok

Mas Seno menceritakan bahwa depo sampah Mandala Krida Jogja kini cepat sekali penuh dan menyebarkan bau busuk ke tempat-tempat dan hidung orang sekitarnya.

Nah, saat Jogja memiliki permasalahan dengan sampah, Purwokerto malah menjadi percontohan dalam hal pengelolaan sampah. Pemkab Banyumas berhasil mengelola sampah dengan aplikasi penjemputan sampah dan Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM). 

KSM memiliki tugas memilah sampah organik dan anorganik. Sampah-sampah tersebut kemudian dikelola di Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) yang ada tiap kecamatan menjadi kompos, pakan maggot, dan didaur ulang kembali (sampah plastik).

Sebenarnya, permasalahan sampah di Jogja hari ini juga dialami oleh Purwokerto di masa lalu. Bedanya, Pemkab Banyumas lebih cekatan menyelesaikan perkara sampah ini. Hingga membuat pengelolaan sampah di sana jadi contoh negara tetangga.

Semua anak bebas memiliki cita-cita menjadi kepala daerah

Waktu masih duduk di bangku sekolah dasar, banyak teman-teman saya yang cita-citanya setinggi langit. Layaknya seorang Jan Ethes. Ada yang mau jadi presiden, gubernur, maupun bupati.

Normalnya, di semua daerah, setiap anak dibolehkan memiliki mimpi setinggi langit. Apesnya, di Jogja nggak begitu. Seolah-olah anak-anak di sana nggak diizinkan memiliki cita-cita menjadi kepala daerah di kampung halamannya sendiri, you know what I mean.

Lebih aman mengkritik

Setahu saya, di Terminal Mojok, kamu akan lebih aman mengkritik Purwokerto ketimbang Jogja. Bila kamu mengkritik Purwokerto kecil kemungkinan akan diserang beramai-ramai oleh netizen.

Tapi, jika kamu mengkritik Jogja di Terminal Mojok, sudah pasti netizen dan pencintanya bakal berbondong-bondong menyerang kolom komentar tulisan kamu. Sambil nanyain kamu KTP mana. Saking seringnya hal ini terjadi, sampai menjadi street jokes di Kota Bakpia.

Gimana? kamu sudah sepakat dengan saya kalau Purwokerto lebih nyaman ketimbang Jogja, toh? Apabila kamu belum sepakat, silakan saja. Saya restui kebebalanmu.

Penulis: Ahmad Arief Widodo

Editor: Yamadipati Seno

BACA JUGA 10 Tanda Kamu Harus Segera Meninggalkan Purwokerto Detik Ini Juga Sebelum Stres dan analisis menarik lainnya di rubrik ESAI.

Exit mobile version