MOJOK.CO – Kalau mau bikin lelucon yang adiluhung, tiru dong cara iklan PKS. Iklan kampanye berbalut komedi yang mengejek penderita disabillitas psikososial.
Suatu hari, petugas negara mengunjungi sebuah sekolah untuk menanyakan jiwa patriotisme para siswa. Miroslav, seorang murid dipanggil untuk ditanyai.
“Siapa ayahmu?”
“Ayah saya adalah Uni Soviet,” jawab Miroslav.
“Anak pintar. Lalu siapa ibumu?”
“Ibu saya adalah Partai Komunis,” sahut Miroslav.
“Bukan main. Lalu apa keinginanmu setelah dewasa?”
“Menjadi yatim piatu!”
Jika kalian tertawa atau minimal tersenyum setelah selesai membaca percakapan di atas, maka kita bisa menarik kesimpulan bahwa selera humor kalian teramat buruk dan nggak iklan PKS banget.
Pertama, cerita itu berasal dari negara komunis. Dan ia bertentangan dengan ajaran Islam di Indonesia, sehingga tidak patut rasanya diberi reward berupa tawa—apalagi senyum bernilai sedekah itu.
Kedua, terlalu banyak tertawa itu akan membuat hati menjadi keras dan jelas itu bukan perilaku terpuji.
Kalau mau membuat lelucon yang adiluhung tiru dong cara ikhwan bikin iklan PKS. Sebuah keresahan yang terbungkus rapi dalam komedi yang tak sadar mengejek pihak tertentu secara terang-terangan.
Jika kalian masih bingung bagaimana cara jokes ikhwan PKS bekerja di dunia nyata, silakan cari video iklan kampanye iklan PKS yang berjudul “Istri Diculik”. Kalau kamu masih bingung ini saya sediakan iklan PKS itu di bawahi:
https://www.youtube.com/watch?v=wuCZS9mi1DI
Dalam iklan itu, mantan supir (seorang penderita disabillitas psikososial) digambarkan membawa kabur seorang perempuan yang tengah menunggu di dalam truk saat suaminya membeli air mineral di warung.
Saya, seperti juga kalian yang memiliki selera humor rendah, paham belaka bahwa iklan itu tidak lucu sama sekali. Malah memiliki ruang untuk diberi kritik secara moral sebab tak elok menjadikan orang dengan gangguan kejiwaan sebagai lelucon, terlebih untuk kepentingan politik.
Bahkan Aliansi Masyarakat Peduli Kesehatan Jiwa, yang terdiri dari 13 organisasi, telah melaporkan hal tersebut ke KPU dan membuat petisi daring agar iklan PKS tersebut ditarik dari peredaran.
Kita bisa menarik benang merah antara kebijakan KPU yang memilih tetap memasukkan penyandang gangguan jiwa dan ingatan ke dalam Daftar Pemilih Tetap (DPT), sebagaimana yang diputuskan Mahkamah Konstitusi dalam putusan MK Nomor 135/PUU-XIII/2015.
Barangkali ini semacam kritik yang dibungkus dengan humor, meski tetap tidak menghadirkan tawa, ingat ketentuan nomor dua; tertawa akan membuat hati menjadi keras 1!!1!
Saya yakin seratus persen, iklan PKS ini dibuat setelah para kader partainya membaca riset mendalam dari Bilal Mustafa Khan yang berjudul “Effect of Humororus Advertising on Brand Recognition”.
Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa humor adalah unsur penting dari sebuah iklan dan memiliki efek mendalam dalam membangun pengenalan brand.
Mengingat PKS sebagai salah satu partai dengan jumlah hatters yang lumayan banyak tentu langkah ini bukan tanpa perhitungan.
Tapi jangan sekali-kali menyamakan Ikhwan PKS dengan Mbak Grace Natalie dari PSI yang selera humornya sangat bapak-bapak sekali itu, bukan kelas lah. Sangat jauh, My love~
Setelah menonton beberapa kali dengan cara seksama dan khusuk, akhirnya saya paham di mana sisi lucunya.
Saya wajib berbesar hati sebab pada titik ini saya merasa lebih PKS dari ikhwan PKS itu sendiri. Meski ya otak saya terlampau lemot untuk menangkap sinyal kelucuan itu.
Point goals dari tayangan itu adalah ajakan untuk memilih PKS agar mereka bisa meresmikan Rancangan Undang-Undang (RUU) Penghapusan Pajak Sepeda Motor dan Pemberlakuan SIM Seumur Hidup bila memenangi Pemilu 2019.
Menurut mereka ini akan mengurangi beban rakyat kecil. Nah, saya pikir di situlah poin lucunya.
Alih-alih menyediakan fasilitas transportasi publik yang memadai, aman serta nyaman untuk memperlancar mobilisasi warga dan mempermudah para LDR untuk saling berjumpa, mereka malah menawarkan skema yang justru akan membuat masyarakat berlomba-lomba membeli motor.
Lah? Lah? Makin macet dong!
Ketika negara maju semacam Singapura justru menerapkan pajak tinggi dan persyaratan yang ketat bagi warga negaranya untuk memiliki kendaraan, hasilnya pertumbuhan pengguna kendaraan sudah turun 0,25 persen per tahun pada Februari 2017, dan program ini ditargetkan akan membantu 5,6 juta warga Singapura terbebas dari kemacetan pada tahun 2020.
Apa Indonesia sebagai negara ber-flower ini justru mau macet-macetan terus?
Belum lagi soal SIM seumur hidup yang terlihat lucu sejak dalam pikiran, padahal yang dikatakan bapak Dirlantas Polda Metro Jaya Kombes Yusuf sudah sangat jelas.
Ya Akhy, ya ukhty, perpanjangan SIM itu perlu karena menyangkut soal kompetensi pengendara. Boleh saja kita sehat hari ini dan bisa menunggangi motor N-MAX yang joknya kelewat besar itu, tapi lima tahun nanti siapa tau, ukh. Tolong dong, pertimbangkan lagi rencana kalian.
Kalau bisa, dalam mengambil rencana kebijakan politik, kalian tidak usah bawa-bawa selera humor yang adiluhung kayak gitu. Maklum, rakyat jelata kayak kami kan selera humornya nggak setinggi kalian.
Kalau mau menyalurkan bakat, saya sarankan kalian jadi Youtubers saja, dan bikin konten yang mengemaskan. Misalnya ketua partai nyamar jadi gembel, siapa tahu kan bisa ngalahin Atta Halilintar ya kan?
Etapi itu pernah dilakukan Ketum Partai Hanura ding.