MOJOK.CO – Kasus positif di Selandia Baru sejauh ini berjumlah 1.530 orang dan menkesnya mundur. Sangat jauh dibandingkan Indonesia. Pak Menteri Terawan emang hebat.
Membaca berita soal mundurnya Menteri Kesehatan Selandia Baru membuat saya semakin yakin bahwa Indonesia patut bangga punya Menteri Kesehatan sekelas dr. Terawan.
Ketika Selandia Baru mencoba klaim negaranya sebagai negara bebas corona dengan mencatatkan rekor tidak ada penambahan kasus positif virus corona selama hampir tiga pekan. Alih-alih langgeng jadi Menkes, David Clark justru mengundurkan diri.
Alasan pengunduraan diri David Clark dikarenakan dia merasa bersalah gara-gara kembali munculnya kasus positif corona di Selandia Baru. Ditambah lagi gencarnya kritikan gara-gara dia dicap nggak disiplin karena membawa keluarganya ke pantai dan sepedaan di gunung.
Kinerja David Clark selama jadi Menkes di tengah situasi pandemi corona sebenarnya nggak buruk-buruk amat. Jumlah kasus positif yang tercatat di Selandia Baru sejauh ini hanya berjumlah 1.530 orang dan yang meninggal sebanyak 22 orang. Angka yang bisa dibilang cukup sedikit ketika menilik jumlah penduduk Selandia Baru yang berjumlah 4,8 juta jiwa.
Mundurnya David Clark sebagai Menkes Selandia Baru menurut saya adalah hal yang sia-sia dan cukup aneh. Bagaimana tidak aneh? Dengan prestasinya tersebut tentu tidak sulit untuk berargumen bahwa dia layak tetap duduk menjadi Menkes.
Saya bingung, David Clark ini apa nggak tahu Pak Menteri dr. Terawan, ya? Menteri Kesehatan kebanggaan masyarakat Indonesia itu seharusnya bisa jadi suri tauladan yang tepat untuk David Clark sebelum ujug-ujug mengundurkan diri.
David Clark sepertinya terlalu mudah menyerah dan terlalu fokus mengikuti jejak Menkes Belanda, Bruno Buins; Menkes Rumania, Victor Costache; Menkes Ekuador, Catalina Andramuno; dan Menkes Chili, Jaime Manalich.
Alih-alih terus berjuang sekuat tenaga dan tahan malu melawan pandemi corona layaknya Pak Terawan di Indonesia, lha ini kok mundur.
Sebelum haqul yaqin mengundurkan diri, Menkes Selandia Baru aka David Clark seharusnya riset atau studi banding dulu ke Indonesia dan kalau perlu konsul dulu sama Pak Terawan soal kiat sukses jadi Menkes di tengah pandemi corona.
Belajarlah dari Pak Terawan yang masih gigih berjuang melawan pandemi. Masak cuma nambah 22 saja sudah mau mundur? Di Indonesia yang tiap hari udah nambah 1.000 saja Pak Terawan dan jajarannya nggak ada tuh yang kepikiran punya niatan mau mundur, tuh.
Jadi, Pak David Clark, bisa mencontoh Pak Terawan.
Walau dikritik, disuruh mundur, sampai masyarakat berharap blio direshuffle, Pak Terawan tetep bergeming. Blio tetap fokus dan kerja senyap melawan corona. Saking senyap dan fokusnya blio, sampai-sampai saat ini jarang sekali terlihat batang hidungnya.
Ketika banyak Menkes di belahan dunia lain mundur dan dipecat gara-gara nggak becus mengatasi virus corona. Pak Terawan saat ini seolah masih kokoh dan perkasa menduduki jabatan Menkesnya.
Bahkan Presiden Jokowi begitu memperhatikan Kementerian yang blio pimpin dalam Sidang Kabinet Paripurna yang menghebohkan kemarin itu. Perhatian Presiden itu bisa menjadi bukti bahwa Pak Terawan masih dicintai dan disayang. Soalnya kalau nggak cinta dan sayang ngapain Presiden perhatian banget gitu terhadap Kemenkes yang dipimpin Pak Terawan, iya nggak?
Gaya Pak Terawan yang selow, percaya diri, santai, dan bekerja tanpa perlu diketahui banyak orang juga menjadi hal spesial yang membuat blio beda dari Menkes yang lain. Tidak banyak Menkes yang punya gaya komikal seperti itu dalam kondisi krisis corona seperti ini. Sebuah ketenangan tingkat tinggi yang tidak dimiliki banyak orang kecuali Pak Terawan.
Blio sangat selow ketika pada awal-awal menganjurkan untuk enjoy saja dan makan yang cukup alih-alih mengajak untuk waspada penuh. Kepercayaan diri blio pun memang patut diberi tepuk tangan ketika menampik hasil riset Universitas Harvard yang mengatakan virus corona sudah memasuki Indonesia.
Selain itu gaya santainya Pak Terawan juga top markotop. Itu dibuktikan dengan begitu yakinnya blio bahwa tidak adanya corona di Indonesia akibat doa. Menkes mana lagi yang bisa bersikap sebegitu enjoy dan tenangnya menghadapi pandemi corona kalau bukan Menkes Terawan? Kita harus bangga. Mari kita tepuk tangan.
Dari segi taktik, Pak Terawan sebagai Menkes punya taktik yang terbilang cukup berani yaitu santai di awal, kelabakan di tengah, dan bingung mau ngapain di akhir dalam melawan corona.
Sebuah taktik yang sangat anti-mainstream yang bahkan tidak pernah terpikirikan oleh negara sekelas Jepang, Korea Selatan, sampai Selandia Baru sekali pun. Bahkan virus corona sendiri aja konon sempat bingung ngelawan taktik Pak Terawan tersebut.
Di sisi lain, Pak Terawan—saya yakin—udah berusaha seratus persen untuk mengatasi pandemi ini. Cuma itu tadi, mungkin kitanya saja yang kurang enjoy bin tenang kayak Pak Menteri Terawan dan perlu meningkatkan intensitas berdoa guna mencegah virus corona.
Di balik mundurnya Menkes Selandia Baru, banyak netizen yang koar-koar mengaitkan mundurnya David Clark dengan perlunya juga Pak Terawan mundur.
Emang apa salah Pak Menteri Terawan?
Kalau dipikir-pikir sebenarnya itu tidak perlu. Sudah banyak inovasi, opini, dan strategi-strategi out of the box dari Pak Terawan yang saking out of the box-nya harus dipahami berkali-kali dulu baru paham. Walaupun ada yang bermanfaat dan ada yang tidak, yang terpenting Pak Menteri Terawan sudah berusaha. Intinya itu saja dulu.
Meminta Pak Terawan mundur ketika melihat Menkes Selandia Baru mundur bukanlah pilihan tepat. Bahkan menganggap Pak Terawan sebagai menkes yang gagal saja sudah bukan opini yang benar.
Justru mundurnya David Clark dari kursi Menkes Selandia Baru sebaiknya jangan ditiru Pak Terawan. Gagal bertugas ya perbaiki dan berusaha lagi, dong. Dan Pak Terawan paham betul hal tersebut. Jikalau gagal berarti harus mundur. Itu berarti Pak Terawan tidak merasa gagal sebagai Menkes, makanya blio merasa anteng-anteng saja nggak mundur-mundur. Wong nggak gagal, ngapain mundur? Enjoy saja sama jabatannya sekarang, Pak.
Apalagi Pak Terawan ini orang berlatar belakang militer yang tentunya punya mental pejuang. Pantang menyerah dan berjuang sampai titik darah penghabisan adalah koentji. Tidak ada kata mundur.
Lagian, meniru apa yang dilakukan Menkes Selandia Baru di Indonesia itu nggak etis dan nggak jentelmen. Pak Terawan nggak bakal mau melakukan hal nggak etis macam itu.
Kalau kata Sujiwo Tedjo, masak gagal bertugas kok malah mengundurkan diri? Malu-maluin aja.
BACA JUGA Ternyata Penunjukan dr. Terawan sebagai Menkes Sempat Ditolak Majelis Etik IDI atau tulisan Muhammad Farid Hermawan lainnya.