Manfaat Mojok Bareng Puthut EA, Arman Dhani dan Agus Mulyadi

Pojokan Selalu Pinggiran, tapi Pinggiran Belum Tentu Pojokan

Pojokan Selalu Pinggiran, tapi Pinggiran Belum Tentu Pojokan

Sebagai buruh kelas menengah ngehek yang di media sosial hobinya misuh-misuh kerjaan padahal masih untung ada korporat yang mau memperkerjakan, aku selalu bercita-cita untuk menjadi terkenal dan punya banyak harta. Terkenal dan harta ini harus saling terkait. Bukan yang terkenal macam Aron jambul tapi tidak setajir Aburizal Bakrie, dan juga bukan yang punya banyak harta tapi nihil publikasi macam pengusaha-pengusaha yang punya istri simpenan artis itu.

Intinya, aku pingin menjadi kaya karena keterkenalanku, layaknya Mas Arman Dhani yang bisa pamer-pamer sepatu dan koleksi bukunya setelah terkenal.  Sebetulnya bisa saja sebaliknya, menjadi terkenal karena tajir melintir, tapi tentunya itu lebih sulit. Popularitas relatif lebih mudah dikejar ketimbang mantan yang direbut orang kekayaan.

Atau seperti Agus Mulyadi. Siapa yang tidak mengenal dia sekarang? Pasti masih banyak. Tapi seenggaknya, kini dia sudah menjelma jadi malaikat penghibur melalui Jomblo tapi Hafal Pancasila-nya itu. Sedikit demi sedikit, giginya uangnya menjadi bukit. Dia adalah duta semboyan ‘tak perlu menjadi tampan untuk menjadi kaya dan terkenal’. Cukup punya teman sekaliber Mas Puthut EA yang dengan ikhlas me-retweet buku karangannya, yang akhirnya membuat saya tertarik membeli buku tersebut.

Jemariku kelu untuk bercerita tentang Puthut EA. Dia berbeda dengan dua tokoh radikal yang kesebutkan sebelumnya. Puthut EA adalah anugerah yang memelihara harapan para jomblo untuk kelak mendapatkan kekasih idaman dengan catenaccio. Defensif seakan tak membutuhkan kemenangan, namun pada detik-detik akhir menyerang balik dan merubah keadaan. Kalau bisa, aku juga pingin terkenal dan punya pemasukan tambahan dengan mengupas cara-cara strategik seperti ini.

Sebagai buruh yang sering dihina-hina atasan dan teman-teman seperjuangan, aku kerap iseng-iseng buka bokep portal berita-berita nyentrik via komputer kantor. And thanks God, I found you! Mojok.co! Aku tak berkompeten untuk menyikapi isinya yang sporadis  nyinyirin Abang Jonru, muja-muji Menteri Susi Pudjiastuti, atau berlebihan membicarakan persma beserta jomblo-jomblo di dalamnya, tapi aku terhibur dan melihat ada peluang bisnis serta nambah followers.

Bayangkan saja, jika tulisanmu berhasil mojok bareng Puthut EA, Arman Dhani, Agus Mulyadi dan para penulis lainnya. Kamu bisa pamer di Path, Instagram, facebook, twitter, atau bahkan kamu bisa share linknya ke seluruh penghuni kantormu. Seketika kamu akan diwah-wihkan oleh kolega dan sahabat. Mereka berpeluang menceritakan kehebatanmu ke circle mereka. Selangkah menuju terkenal tanpa menggunakan jambul Aron.

Kemudian, syukur-syukur tulisanmu ditanggapi atau malah disebar oleh para penulis kelas wahid Mojok. Wah, jika demikian,  terkenal bukan barang langka yang harus kamu beli dengan dollar. Oh ya, jangan lupa sertakan akun twittermu @cekinggita.

Jika benar terjadi, kaya raya tinggal menunggu ajalnya saja. Kalau benar-benar kesampaian, aku pingin jadi buzzer kondom. Selain berkemungkinan bisa kenalan sama modelnya yang seksi-seksi, sudah pasti aku bisa mendapatkan kondom cuma-cuma. Say babhay to malu beli kondom di minimart. Tak perlu lagi pake helm karna takut keliatan tetangga pas lagi beli.

Baiklah, doakan tulisan saya mojok bareng mereka ya. (Mas Editor, tolong jangan hapus bagian ini kalaupun tulisan saya jadi dimuat. Oke? Oke)

Kalo kamu, kapan mau mojok bareng aku?

Exit mobile version