Lowongan Kerja Sales dan Marketing di Mana-Mana, Emang Kerjanya Ngapain, sih?

MOJOK.COMenjadi sales dan marketing, dianggap sebagai pekerjaan yang kurang menjanjikan. Apalagi muncul lowongan kerja di mana-mana. Padahal, mah, nggak gitu juga.

Dear kamu (iyaaa kamu) yang baru lulus dan sedang penuh semangat untuk memasuki dunia kerja. Kamu yang gencar tiap hari mantengin lowongan di situs pencari kerja online, atau di koran-koran. Pastinya kamu tidak asing dengan lowongan kerja bagian sales marketing, kan?

Sebelumnya, kalau ditanya apakah marketing dan sales itu sama? Sebagian besar pasti menjawab, “Iya, sama.” Nggak sepenuhnya salah, sih. Walaupun sebenarnya, kedua istilah tersebut memiliki arti yang berbeda.

Marketing adalah keseluruhan sistem dari kegiatan bisnis, baik itu merencanakan produk, menentukan dan menetapkan harga, mempromosikan produk, mendistribusikan barang, menjaga hubungan baik dengan pelanggan, melakukan survei terhadap kepuasan pelanggan, dan juga survei dengan kompetitor.

Sedangkan sales, merupakan kegiatan yang hanya berfokus pada menjual produk, dan peningkatan penjualan produk saja. Meskipun berbeda, namun dalam praktek di lapangan, kegiatan marketing dan sales pada beberapa perusahaan kerap dijadikan satu divisi (sales–marketing). Sehingga, selain melakukan tugas-tugas marketing, juga melakukan kegiatan penjualan (sales). Nah sudah kelihatan agak pinter kan saya? Hehehe.

Lantas, apa yang ada di benakmu jika membaca lowongan kerja sales marketing?  Tak dimungkiri, banyak orang yang masih memandang pekerjaan sales dan marketing itu kurang menjanjikan. Orang tua biasanya lebih bangga jika anaknya kerja di bagian administrasi kantor, teller bank, atau bagian lain. Asalkan bekerja di dalam ruangan nyaman, ber AC, jam kerja tetap, dan (ngarep-nya) gajinya juga besar. Sementara bagian, marketing dianggap bekerja di lapangan, berpanas-panas, jam kerja dan penghasilan nggak pasti. Padahal, nggak selalu begitu, Sayangkuhhh~

Posisi marketing dan sales merupakan ujung tombak dari sebuah perusahaan. Walaupun perusahaan memiliki produk yang bagus, namun jika marketing dan sales-nya tidak tepat sasaran, kurang pandai membuat strategi di lapangan. Maka perusahaan bisa terancam kukut. Pandangan negatif tentang sales dan marketing ini tak dimungkiri banyak dipengaruhi oleh lowongan iklan abal-abal dari perusahaan gadungan yang niatnya memang “nggak bener”.

Saya sendiri pernah bertemu dengan perusahaan tipu-tipu model begitu. Setelah lulus SMA dan gagal melanjutkan kuliah sebab biaya kuliah tersebut tak terjangkau oleh Ibu saya—yang harus menghidupi empat orang anak. Saya memutuskan untuk mencari kerja guna membiayai kuliah saya sendiri. Dengan penuh semangat tiap hari saya mencari lowongan kerja di koran-koran dan mengirimkan lamaran. Hingga suatu hari saya mendapat panggilan interview pada sebuah perusahaan untuk posisi administrasi.

Dengan penuh semangat dan harapan yang membuncah seperti minuman bersoda yang baru dibuka tutupnya, pagi-pagi saya sudah berangkat dengan naik angkot menuju kantor tersebut. Kantornya ternyata sebuah rumah yang difungsikan sebagai kantor. Bagian ruang tamu difungsikan sebagai ruangan administrasi. Perasaan saya sebenarnya agak aneh juga, ruangan administrasinya hanya ada sebuah meja yang ada buku daftar hadir para pelamar, dijaga oleh seorang staf.

Tak ada komputer di meja, atau alat kerja yang mencerminkan bagian administrasi pada umumnya. Saat itu sudah ada beberapa pelamar lain yang rupanya juga mendapat panggilan wawancara seperti saya. Perasaan aneh tersebut makin bertambah ketika kami diminta mebayar uang pendaftaran (padahal setahu saya kalau melamar kerja nggak ada biaya begitu). Baiklah sudah kepalang basah ada di sana, meskipun nggak ikhlas saya membayar uang pendaftaran tesebut.

Singkat cerita, kami semua diminta masuk ke sebuah ruangan, lalu Mbak/Ibu yang mewawancarai kami menyampaikan bahwa kami semua telah diterima sebagai karyawan bagian administrasi. Lah, tidak ada wawancara secara personal atau tes apa-apa, langsung diumumkan diterima. Sebagai training, masih menurut si Mbak/Ibu itu, kami semua diminta untuk berjualan jam tangan door to door hari itu juga mengikuti karyawan yang lebih senior.

Maka setelah dibagi dalam kelompok kecil, berangkatlah saya yang masih belum punya pengalaman kerja apa-apa mengikuti senior untuk berjualan jam tangan door to door. Kami berangkat naik angkot, meski dengan hati yang galau, saya beranikan diri untuk bertanya kemana tujuan kami berjualan. Senior saya menyebutkan nama sebuah kabupaten di luar kota, makin galaulah hati saya. Otak saya berpikir keras mencari cara untuk turun dari angkot.

Keberuntungan datang, ketika seorang Ibu menghentikan angkot dan turun, kesempatan itu segera saya gunakan untuk ikut turun. Senior saya saat itu mencoba mencegah, saya mengatakan kalau saya nggak jadi kerja dan mau pulang. Mungkin karena segan dengan sopir angkot yang menatap curiga adanya ribut-ribut, ia membiarkan saya turun, dan berakhirlah karier pertama saya hanya dalam hitungan jam saja.

Kondisi berbeda justru saya temui di tempat kerja saya berikutnya. Di sana, posisi marketing tersebut justru mendapatkan gaji yang lebih besar dibandingkan lainnya. Hal ini juga banyak temui pada perusahaan–perusahaan besar, atau perusahaan yang memang beneran (bukan yang nggak jelas kayak kisah asmaramu itu).

Posisi sales marketing umumnya mendapatkan fasilitas lebih dibanding posisi lain. Selain gaji yang lumayan besar, kamu juga bisa dapat bonus berupa uang yang jumlahnya bisa 1-2 kali gaji bulanan jika target tercapai, fasilitas kendaraan dinas, atau tiket jalan-jalan gratis hingga ke luar negeri. Nah, nah keren banget, kan? Kalau sudah begini, coba kamu lihat siapa yang berani meremehkanmu, Mantili?

Bagi kamu yang ingin memulai karier sebagai sales atau marketing, tentunya nanti dalam pekerjaanmu akan banyak berinteraksi dengan klien. Agar pelanggan bisa terkesan denganmu dan produkmu bisa terjual, berikut ada beberapa tips persiapan yang bisa kamu lakukan sebelum kamu (berangkat ke medan perang) bertemu pelanggan.

  1. Pastikan kamu sudah mandi dan juga sikat gigi sebelum kamu bertemu dengan klienmu. Tubuh yang segar dan bersih akan membuat pikiranmu juga lebih fresh. Sebaik apa pun kamu presentasi, tapi jika bau badan maka klien jadi nggak simpati lagi padamu. Pakai pewangi (parfum, deodoran) secukupnya saja, jangan sebotol kamu pakai sekalian.
  2. Pastikan tepat sasaran. Jangan seperti cerita cintamu yang selalu bertepuk sebelah tangan itu, pastikan bahwa klienmu ini memang membutuhkan produkmu. Misalnya, jika kamu adalah marketing sebuah produk kecantikan, maka sasaranmu adalah klinik perawatan kecantikan. Jangan sampai kamu jual produk kosmetik, yang kamu sasar malah toko alat pertanian.
  3. Kuasai produk yang akan kamu jual (seperti kamu menguasai hatiku) dan percaya diri. Pengetahuan akan produk ini sangat penting, agar kamu bisa meyakinkan klien untuk membeli produkmu. Kalau kamu sendiri nggak yakin dan nggak paham dengan apa manfaat produk yang kamu jual, bagaimana kamu bisa meyakinkan (hatiku untuk mencintaimu) klienmu?
  4. Jaga kontak mata saat berkomunikasi, kontak mata membangun kepercayaan. Dengan menjaga kontak mata yang baik pada lawan bicara, membuatnya menjadi nyaman. Ingat, jangan mendelik atau memelototinnya, itu sama saja dengan ngajak berantem!
  5. Bicaralah yang teratur dan mudah dipahami, cukup kisah asmaramu saja yang ruwet. Saat presentasi, atur nada bicaramu. Jangan terlalu cepat, nanti kamu disangka sedang dikejar-kejar penagih hutang. Jangan juga terlalu lambat dan bertele-tele, bisa-bisa lawan bicaramu malah tidur. Bicarakan yang penting dan berkaitan dengan pekerjaanmu. Jangan curhat tentang kisah cintamu yang nggak kelar-kelar itu.
  6. Cari tahu apa kebutuhan klienmu agar kamu bisa menawarkan produk yang sesuai dengan apa yang kamu jual. Jangan memaksa, bukannya jadi beli malah klien jadi kabur (seperti mantanmu). Biarkan klien yang menentukan pilihan.
  7. Lakukan closing yang baik. Sudah capek-capek presentasi lalu kamu lupa melakukan closing ya rugiii dong! (Seperti saat kamu sudah pedekate berlama-lama tapi nggak berani ngajak jadian, akhirnya ya diambil orang deh). Saat selesai presentasi produkmu di depan klien, buatlah nilai tambah akan produk yang kamu jual itu. Tanpa adanya nilai tambah, maka produkmu itu sama saja dengan produk lain yang mungkin jadi kompetitormu. Dengan adanya nilai tambah yang menyentuh sisi emosional calon pembeli maka mempermudah terjadinya closing.

Nahhh gimana? Gimana? Sudah punya bayangan kan, hal-hal yang harus kamu siapkan kalau memulai karir sebagai marketing? Saat hendak memulai pasti ada rasa takut. Tapi ingat my darling, beribu-ribu langkah suksesmu di masa depan itu dimulai dari sebuah langkah pertamamu hari ini. Kalau kamu nggak berani memulai, kapan jomblomu itu berakhir? Eh

Exit mobile version