Liga Inggris itu liga paling seru, ini adalah keniscayaan yang tidak boleh diganggu gugat. Anda boleh tidak setuju, tapi saya tak peduli. Musim 2015-2016 ini menjadi bukti bahwa Liga Inggris adalah kancah perlombaan sepak bola yang sangat dinamis, kompetitif dan sulit diprediksi. Pasca Tottenham di tahan imbang oleh Chelsea minggu kemarin, maka telah dipastikan bahwa Leicester City menjadi juara Liga Inggris musim ini. Leicester City yang musim lalu di masa seperti sekarang ini masih berjuang untuk menghindari zona degradasi, kini justru ada di puncak klasemen dan tidak bisa terkejar lagi. Sebuah capaian yang patut disambut dengan kebahagiaan oleh fans klub lain, mengapa?
Dunia sepak bola adalah dunia yang keras, baik di dalam dan di luar lapangan. Tak terkecuali bagi suporter jarak jauh yang hanya mendukung klub kesayangannya melalui layar kaca, atau juga di cafe-cafe dalam acara nonton bersama, atau hanya melalui situs livescore.com seperti saya ini. Meskipun tak pernah bertemu langsung dengan klub idola, namun jangan pernah mempertanyakan fanatisme kami. Loyalitas kami nomor satu, militansi kami jaminan mutu. Kami bahkan tidak mau kalah dengan pendukung di Inggris sana, yah, setidaknya di urusan debat fans club di dunia maya.
Sepakbola adalah agama, dan sebuah klub adalah mazhab. “I will stand by my footbaal club whether it be right or wrong”, sampai mati pun akan kami perjuangkan. Semboyan-semboyan patriotik tersebut tak pelak membuat ajang diskusi antar fans club menjadi sebuah ajang debat kusir. Semua fans mempunyai senjata utamanya masing-masing dalam membanggakan club kesayangannya. Rapor dan pencapaian klub selalu menjadi kebanggaan bagi masing-masing fans. Dan pendukung satu club dengan club yang lain seolah-olah memang sudah ditakdirkan untuk saling serang atas kebanggaan tersebut. Maka momen juaranya Leicester City bagi saya adalah momen yang sangat tepat untuk kembali menjalin silaturahmi antar fans club.
Ketika MU, Arsenal, Chelsea, dan City silih berganti juara Liga Primer, bisa dipastikan fans-fans yang tidak legowo tim nya tidak juara akan ramai-ramai menghujat si jawara. Tentu semua masih ingat bagaimana kita bersama-sama nyinyir dengan teknik parkir bus yang diterapkan Mourinho. Lalu ketika City juara, kita beramai-ramai mengolok-olok triliunan uang yang mereka keluarkan untuk “membeli” gelar liga Inggris.
Lha kalau Leicester City, apa yang bisa diolok-olok? Keberuntungan? Bullshit, beruntung kok sampai 35 pertandingan, keberuntungan macam apa itu.
So, dengan keluarnya Leicester City sebagai juara tahun ini, alhamdulillah, semua ikhlas, semua bangga, semua mengakui perpaduan tim yang harmonis dan kehebatan Ranieri meracik strategi. Kini semua damai tidak ada nyinyiran dan hujatan. Hal tersebut patut dijadikan contoh bagi rakyat Indonesia sekalian yang masih saja mempermasalahkan Jokowi dan Prabowo. Hal yang kemungkinan akan berganti menjadi Ahok dan Yusril pasca 2017 nanti.
Maka bagi saya, kemenangan Leicester City pantas dirayakan oleh semua fans Liga Primer tanpa terkecuali. Bahkan kalau perlu, di laga nanti malam saat penyerahan piala, perlu diadakan nobar yang melibatkan semua fans club liga Inggris di tanah air. Disertai dengan acara potong tumpeng sebagai wujud syukur kemenangan Leicester City, sekaligus bersatunya seluruh pecinta Liga Inggris apapun klub yang didukungnya. Yah, setidaknya kedamaian ini bisa terjaga hingga dimulainya musim 2016-2017.
Terakhir, bagi yang menanyakan kenapa saya tidak membahas Liverpool, mungkin perlu saya ingatkan bahwa yang pernah juara Liga Primer Inggris adalah Manchester United, Arsenal, Blackburn Rovers, Chelsea, Manchester City, dan yang terbaru Leicester City, tidak ada nama Liverpool di situ, jadi ya mohon maaf jika artikel ini memang agak kurang menarik bagi para jamaah Alfieldiyah.