Kamu Yakin Bahagia dengan Datangnya Bulan Ramadan? - Mojok.co
  • Kirim Artikel
  • Terminal
Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Kilas
    • Susul
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Podcast
No Result
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Kilas
    • Susul
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Podcast
No Result
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
No Result
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Podcast
Home Esai

Kamu Yakin Bahagia dengan Datangnya Bulan Ramadan?

Fahmin oleh Fahmin
6 Juni 2016
0
A A
Kamu Yakin Bahagia dengan Datangnya Bulan Ramadan?

Kamu Yakin Bahagia dengan Datangnya Bulan Ramadan?

Bagikan ke FacebookBagikan ke TwitterBagikan ke WhatsApp

Saya pikir semua paham, bulan Ramadan adalah bulan rahmat di mana setiap satu kebaikan yang kita lakukan bernilai pahala yang berlipat ganda.

Bayangken, bau mulut kita saja yang sebetulnya bisa membuat kambing tetangga sebelah rumah pingsan, namun konon di mata Tuhan, bau tersebut lebih harum dari aroma minyak misik. Dan cuma di bulan Ramadan saja seorang jomblo dan pengangguran yang kerjanya hanya bangun tidur-tidur lagi dapat dihadiahi segepok pahala. Masya Allah. Kurang baik apa coba Tuhan sama kita?

Orang-orang mulai berlomba melakukan kebaikan untuk mendapatkan “keuntungan” di bulan puasa. Layar terkembang, masjid-masjid mulai berbenah, tiang toa mulai ditegakkan. Semua tiba-tiba tampak lebih religius. Oh, indahnya…

Bang Bullo, tetangga sebelah rumah, baru saja membeli satu mushaf Al-Quran, katanya buat pajangan nanti di rumah selama Ramadan. Bu Maimun, seorang janda yang terkenal dengan kegalakannya, tampak lebih ramah, apakah karena ia begitu antusias menyambut bulan Ramadan? Barangkali iya. Tapi dengar-dengar itu lebih disebabkan karena rencana pernikahannya dengan seorang pemuda dari Arab sehabis puasa nanti.

Di televisi, artis-artis mulai memakai hijab, band-band dan penyanyi meluncurkan single religi, acara-acara serupa Hafiz Quran, Pildacil secara bergiliran akan mengisi waktu puasa. Alhamdulillah ya, kita seperti ngekos di pesantren selama satu bulan penuh. Satu-satunya godaan hanya invasi iklan sirup marjan yang muncul sebagai penggoda iman menggantiken sosok setan yang katanya dibelenggu selama bulan ramadan.

Itu tidak terlalu menjadi masalah. Yang menjadi persoalan, apakah berkah yang diharapken selama bulan puasa benar-benar nanti kita dapatken? Jangan-jangan nanti kita cuma dapat bunyi perut yang keroncongan? Kalo kata Pak Ustad sih, diterima tidaknya orang berpuasa itu dapat dilihat dari perilaku orang tersebut selama 11 bulan setelahnya.

Tapi jangan juga melihat idola-idola kalian yang berseliweran di televisi sebagai perbandingan. Di televisi selepas bulan Ramadan kalian akan melihat artis mendadak mengenakan hijab, band-band dan penyanyi religi yang tak laku, ceramah agama yang disampaikan oleh seorang yang lebih cocok menjadi pelawak dari pada seorang da’i. Untuk urusan ini, saya sering bingung dengan orang Indonesia. Sebetulnya di Indonesia ini mempunyai banyak stok dai dan kyai berkompeten.

Tapi ya welah dalah kita malah disuguhi orang yang lebih pinter ngelucu dari pada berceramah. Mau bagaimana lagi?

Balik lagi ke acara televisi di atas. Sejak lama saya pribadi sudah tidak percaya dan kerapkali bersu’udzon pada dunia pertelevisian kita. Acara di televisi, khususnya acara televisi di Indonesia, kebanyakan tak lebih dari kamuflase kapitalisme dengan meletakkan pemirsa sebagai korbannya. Ironisnya, karena keterbatasan pilihan dan memang televisi menjadi hiburan paling murah nan meriah, kita pasrah meskipun disadari atau tidak jelas-jelas acara-acara televisi telah membodohi kita dan membuat kita bodoh.

Persis seperti saat kita menonton Syahrini dengan tagline “Alhmadulillah Yah” berbalut baju katun merah biru sepanjang bulan Ramadan, tapi balik lagi ber-maju-mundur cantik dengan dada bergoyang sehabis lebaran. Hajinguk sekali ‘kan pemirsah!

Tapi memang bahlul dan gobloknya kita, tetap saja kelakuan kita tak ubahnya seperti artis-artis tersebut. Kita bilang kita bahagia dengan datangnya bulan puasa. Kita koar-koar dengan lagak heroik mengatakan rindu bulan Ramadan. Padahal bisa saja itu cuma naluriah sesaat yang kita rasakan setelah melalui 11 bulan dengan rutinitas yang membosankan.

Sebab cuma di bulan Ramadan kita bisa merasakan hangatnya buka bersama. Cuma di bulan Ramadan, buat kalian yang pengangguran, bisa tidur sepanjang waktu tanpa harus mendengar ibumu menggerutu. Pada titik itu, bulan Ramadan tidak lebih dari sekadar pelarian. Tidak pernah lebih dari itu.

Tak percaya?

Coba perhatikan dan bandingkan shaf tarawih saat awal Ramadan dan saat memasuki pertengahan menjelang akhir puasa. Persis sekali seperti kelakuan mantan ketika bosan lalu meninggalkan. Mengenasken!

Ya pada akhirnya, saya tidak berusaha memprovokasi kalian untuk tidak berpuasa. Tapi kalau sehabis lebaran yang bekas koruptor masih korupsi lagi, yang sempat berhenti menggosip masih suka ngerasani orang lagi… ya… saya tidak tahu, sih… Toh itu urusan masing-masing…

Marhaban ya Ramadan!

Baca Juga:

Toleransi Antarumat Beragama di Kotabaru Tak Sekadar Menyediakan Lahan Parkir

Hikmah Puasa yang Sebesar-besarnya 

Islam Sebagai Dasar Negara

Terakhir diperbarui pada 21 Juni 2017 oleh

Tags: 2016bulan puasaIslamRamadanRamadan 1437
Fahmin

Fahmin

Artikel Terkait

toleransi antarumat beragama di kotabaru

Toleransi Antarumat Beragama di Kotabaru Tak Sekadar Menyediakan Lahan Parkir

4 Mei 2022
Mr Assaat puasa

Hikmah Puasa yang Sebesar-besarnya 

1 Mei 2022
Islam Sebagai Dasar Negara

Islam Sebagai Dasar Negara

30 April 2022
cerita mudik dan mitos cewek nggak bisa ngerawat motor - oalah

Cerita Mudik dan Mitos Cewek Nggak Bisa Ngerawat Motor

22 April 2022
Para Pencari Takjil dan yang Menyebalkan dari Bukber

Para Pencari Takjil dan yang Menyebalkan dari Bukber

15 April 2022
Gus Miko Cakcoy: Wayang, Sebuah Seni untuk Ngaji

Gus Miko Cakcoy: Wayang, Sebuah Seni untuk Ngaji

11 April 2022
Pos Selanjutnya
Ketika Nicholas Saputra Datang di Mandiri ArtJog 9 dan Kehebohan Sesudahnya

Ketika Nicholas Saputra Datang di Mandiri ArtJog 9 dan Kehebohan Sesudahnya

Komentar post

Terpopuler Sepekan

Kamu Yakin Bahagia dengan Datangnya Bulan Ramadan?

Kamu Yakin Bahagia dengan Datangnya Bulan Ramadan?

6 Juni 2016
Sinar Mandiri melaju di Pantura MOJOK.CO

Melintasi Pantura Bersama Roda Lusuh Bus Sinar Mandiri

21 Mei 2022
makam raja-raja imogiri mojok.co

Mengenang Kebesaran Raja-raja Jawa di Pajimatan

18 Mei 2022
mie ayam om karman mojok.co

Mie Ayam Om Karman, Filosofi Meja Terisi, dan Semangat Perantau Wonogiri

22 Mei 2022
Rahasia Mie Gacoan MOJOK.Co

Rahasia Mie Gacoan Jadi Jagoan Mie Pedas di Jawa dan Bali

20 Mei 2022
Jarang Pulang ke Rumah karena Gampang Mabuk Perjalanan

Ringkasan Cerita ‘KKN di Desa Penari’ buat Para Pemalas dan Penakut

29 Agustus 2019
mie ayam pak kliwon mojok.co

Mie Ayam Pak Kliwon, Kesayangan Anak Teladan

15 Mei 2022

Terbaru

Mobil Listrik Makin Nggak Menarik ketika Tarif Dasar Listrik Bakal Naik MOJOK.CO

Mobil Listrik Makin Nggak Menarik ketika Tarif Dasar Listrik Bakal Naik

24 Mei 2022
Ganjar Pranowo

Muncul Sinyalemen Dukungan dari Jokowi, Ganjar Pranowo Nggak Mau Kegeeran

23 Mei 2022
Affandi dalam Pusaran bulan Mei dan PKI

Affandi dalam Pusaran Bulan Mei dan PKI

23 Mei 2022
budi karya sumadi mojok.co

Berhasil Merajut Transportasi Nusantara, Menhub Dianugerahi Gelar Doktor Hc dari UGM

23 Mei 2022
sultan mojok.co

Sultan Lantik Pj Walikota Jogja dan Pj Bupati Kulon Progo

22 Mei 2022

Newsletter Mojok

* indicates required

  • Tentang
  • Kru Mojok
  • Disclaimer
  • Kontak
  • Pedoman Media Siber
DMCA.com Protection Status

© 2022 MOJOK.CO - All Rights Reserved.

No Result
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Kilas
    • Susul
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Podcast
  • Mau Kirim Artikel?
  • Kunjungi Terminal

© 2022 MOJOK.CO - All Rights Reserved.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In