Kalau Ibu-Ibu Gemuk Dinilai Kurang Salehah, Lalu Surga Ada di Telapak Kakinya Siapa?

MOJOK.CO – Maksud Ustaz Hanan Attaki itu baik, agar ceramahnya diperhatikan maka perlu ada sisipan untuk bercandaan dalam ceramahnya. Ya, bercanda sih bercanda, tapi juga jangan body shaming soal batasan salihah dari ibu-ibu gemuk di depan umum begitu dong.

Di linimasa facebook sedang ramai dibicarakan potongan ceramah Pak Ustaz Hanan Attaki yang seolah mengajak kelahi ibu-ibu dengan mengatakan wanita salehah itu berat badannya tidak lebih dari 55 kg. Becanda? Tak tahu juga. Bisa jadi setengah becanda setengah serius. Tapi menurut kawan-kawan yang sudah menonton full ceramahnya sih becanda ya?

Menurut hasil survei terbatas dari menghadiri reuni-reuni dan memelototi koleksi foto kawan-kawan selinimasa, kebanyakan ibu-ibu memang banyak menggemuk setelah berumah tangga. Efek kenaikan berat badan yang kebablasan selama masa kehamilan kemudian diperparah dengan mangkraknya proyek penurunan berat badan. Bukan hanya tidak turun-turun bahkan justru bertambah-tambah karena bawaan menyusui.

Lha bagaimana tak mengamuk ketika diungkit-ungkit, sementara alasan bertambah gemuknya ternyata hal semulia itu. Hamil dan menyusui. Jangan sodorkan data dan fakta pada ibu-ibu bahwa bukan hamil dan menyusui yang menyebabkan ibu menggemuk, tapi malas olahrahga, mudah ngantuk, gampang lapar dan suka makanlah penyebab utamanya. Jangan. Karena bisa-bisa kau akan dimakannya sekalian.

Masalahnya, bagaimana jadinya kalau urusan gemuk-gemukan ini dibawa ke ranah surga neraka? Sampai dipakai sebagai tanda-tanda orang salehah atau tidak lagi.

Beberapa tahun yang lalu, saya pernah menemukan meme yang isinya kurang lebih seperti ini, “Tidak ada orang gemuk yang bisa masuk surga. Melawan nafsu makan saja tidak bisa apalagi melawan nafsu duniawi lainnya.”

Duh, sedihnya.

Pernah saya bergabung dengan grup diet dan hidup sehat di facebook. Dari sana saya banyak juga menemukan pembahasan tentang badan gemuk ini dari sudut pandang agama. Tak tanggung-tanggung, bahkan ayat Al-Quran dan Hadis cum perkataan ulama yang mencela orang gemuk pun banyak disebarkan. Hingga saat ini pun sebenarnya pembahasan tentang ini masih banyak di media-media konsultasi Islami. Hanya tak terekspose saja di linimasa. Coba saja telusuri mesin pencari. Misalnya dalil berikut:

Dari Imran bin Hushain Radhiyallahu‘anhu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Generasi terbaik adalah generasi di zamanku, kemudian masa setelahnya, kemudian generasi setelahnya. Sesungguhnya pada masa yang akan datang ada kaum yang suka berkhianat dan tidak bisa dipercaya, mereka bersaksi sebelum diminta kesaksiaannya, bernazar tapi tidak melaksanakannya, dan tampak pada mereka kegemukan” (HR. Bukhari 2651 dan Muslim 6638).

Dari Hasan bin Idris al-Halwani menyatakan bahwa beliau mendengar komentar Imam as-Syafii tentang orang gemuk, “Sama sekali tidak akan beruntung orang yang gemuk, kecuali Muhammad bin Hasan As-Syaibany (Gurunya as-Syafi’i).”

Beliau ditanya, “Mengapa demikian?”

Jawab beliau, “Karena seorang yang berakal tidak lepas dari dua hal; sibuk memikirkan urusan akhiratnya atau urusan dunianya, sedangkan kegemukan tidak terjadi jika banyak pikiran. Jika seseorang tidak memikirkan akhiratnya atau dunianya berarti dia sama saja dengan hewan, jadilah gemuk.” (Hilyah al-Auliya’, 9/146).

Masih banyak lagi yang lainnya. Silahkan telusuri sendiri.

Jadi kalian para jomlo yang tiap hari resah dan kesal karena merasa diperhinakan dengan status-status celaan oleh sesama manusia merasa beruntunglah. Kami orang-orang dengan banyak “kelebihan” ini bahkan dicela langsung dari langit. Bayangkan bagaimana kecil hatinya kami.

Dari logika sederhana saja, walau bagaimanapun juga kegemukan memang tidak baik. Jangan salah, saya sendiri adalah bagian dari ibu-ibu dengan banyak kelebihan. Banyak sekali. Kelebihan saya mungkin sampai 25 kg di atas ukuran ideal. Dan saya tidak akan menyangkal bahwa sebenar-benarnya hal itu disebabkan oleh diri saya sendiri yang malas dan tidak mau berjuang melawan hawa nafsu. Lapar, makan. Sedih, makan. Senang, makan. Piknik, makan. Ketemu teman, makan. Belanja bulanan, makan. Kirim paketan, makan. Kalau ada yang berani menegur, saya telan sekalian.

Sedih sebenarnya menerima kenyataan itu. Hanya saja seringkali mi rebus komplit dengan telur dan rawit adalah satu-satunya yang mampu meredakan gejolak lapar dan galau di malam-malam yang dingin dan sepi, sendiri tanpa cintamu lagi.. ouwoo oo oo oo. Hingga ujung-ujungnya tak kuasa saya menolak hasutan iblis jahanam untuk ngesot ke dapur. Memang yang paling enak itu melimpahkan kesalahan pada setan dan iblis. Toh mereka tak bakal protes.

Ada nggak sih yang galaunya membingungkan macam saya begini?

Tapi begini ya wahai para netijen tersayang, yang sedang galau perihal berat badan, termasuk juga wahai diri saya sendiri. Surga itu konon banyak pintunya, dan kita bisa masuk dari pintu manapun sesuai dengan rahmat Allah dan mungkin sedikit penilaian tentang amal kebaikan kita selama di dunia. Jadi meskipun lemak-lemak yang menempel di badan ini akan menyeret kita dari surga sebagai hukuman telah berlaku zalim pada tubuh, kita masih bisa mengimbanginya dengan banyak-banyak menebarkan kebaikan di sekeliling kita.

Misalnya dengan rajin-rajin belanja di warung bakul sambel tetangga Anda selinimasa sehingga Anda wahai netijen tercinta, menjadi jalan rejeki baginya. Kemudian si bakul akan selalu mendoakan Anda supaya panjang rejeki dan selalu bahagia dunia akhirat. Itu hanya permisalan saja. Kebaikan yang lain silahkan netijen kembangkan sendiri sesuai kreativitas masing-masing. Yang penting tak usah berkecil hati kalau Allah jadi begitu membenci kita hanya karena kita gemuk. Mungkin di sisi lain Allah sangat menyayangi kita karena kesukaan dan keikhlasan kita mewakafkan diri untuk di-bully demi kebahagiaan umat netijen.

Tentu maksud Ustaz Hanan Attaki itu baik, agar ceramahnya diperhatikan, maka perlu ada sisipan untuk bercandaan dalam ceramahnya. Ya, bercanda sih bercanda, tapi juga jangan body shaming di depan umum begitu dong. Masih banyak kok cara dakwah guyonan tanpa harus melibatkan fisik begitu.

Lagian, kalau memang gemuknya ibu yang beratnya di atas 55 kg karena berjuang melahirkan anak yang sehat, menyediakan asi yang terbaik, sampai tengah malam harus menjaga anak dari lelapnya tidur untuk mengganti pampers dinilai sebagai ukuran salehah, lalu ada di telapak kaki siapa sebenarnya surga itu?

Exit mobile version