Ada satu fakta maha penting yang tak terendus media massa manapun di dunia ini, saat Presiden Amerika Serikat George Walker Bush bertemu dengan Presiden Megawati Soekarno Putri pada 22 Oktober 2003 lalu di Hotel Patra Bali Resort, Pulau Bali. Saat itu, Presiden Bush ditipu mentah-mentah di Bali. Fakta ini belum pernah ditulis di mana pun, dan baru dibuka di Mojok Dot Co ini.
Aparat hukum Indonesia maupun Amerika yang mengamankan acara tersebut, sampai hari ini belum mengetahui kalau Presiden Bush kena tipu. Padahal, pihak keamanan telah melakukan pengamanan yang optimal. Polda Bali secara khusus menggelar operasi yang diberi nama Operasi Puri II 2003. Tak kurang lima ribu personil dikerahkan. Kekuatan yang dikerahkan Polri memang tidak berada di ring I. Sebab, pengamanan di ring I, seperti kawasan bandara, gedung VVIP, dan Hotel Patra Bali Resort, tempat Bush melakukan pertemuan dengan Megawati, ditangani sendiri oleh pasukan pengamanan dari Amerika.
Tak ketinggalan, TNI-AU mengerahkan empat pesawat F-16 yang diberangkatkan dari Lanud Iswahyudi, Madiun. Tugasnya melakukan pemantauan udara selama Bush berada di Bali. Celakanya, hingga Bush pulang, tidak ada satu pun aparat keamanan yang tahu kalau Presiden Bush kena tipu.
Kedatangan Bush, tak ubahnya kedatangan raja dunia dari negara adi kuasa. Berbagai kalangan, yang penasaran dengan Bush, banyak yang merapat ke Bali. Tentu dengan alasan tambahan; berwisata. Tak terkecuali lima aktivis Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) yang melancong ke sana beberapa hari sebelum Bush mendarat. Rombongan HMI ini dipimpin oleh AP (inisial, sebagaimana Anas juga disebut AU), mantan mahasiswa sebuah kampus di Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Empat orang yang mengiringi AP, ikut saja tanpa pretensi macam-macam. Apalagi, semua dibayari oleh AP. Bagaimanapun, AP dikenal lincah cari uang.
AP adalah sosok aktivis HMI yang bukan dari kalangan alim. Ia cenderung liberal, nakal, dan sangat liar. Tapi, catatan utamanya, ia mempunyai jiwa kepemimpinan yang kuat ketika memimpin rombongan dengan karakter bengal.
Banyak sekali junior HMI yang loyal kepada AP. Soal duit, AP memang cukup royal dan dermawan. Pasukan preman AP di berbagai kota besar di Indonesia, hingga saat ini, sangat solid di belakangnya. Maka tak heran, karena selalu bisa memimpin, AP punya cita-cita menjadi Ketua Umum HMI, sebagaimana AU.
Begitu tiba, AP tidak langsung menuju lokasi pertemuan Bush dengan Megawati. AP malah menuju salah satu koran ternama Bali. Ia ketemu dengan salah satu Redaktur Pelaksana koran itu dan memberikan sebuah Press Release tentang niatan pencalonan dirinya menjadi Ketua Umum HMI Nasional. Untuk memastikan berita itu dimuat, AP menyogok Redaktur tersebut dengan segepok uang dalam amplop coklat. Besoknya, berita itu dimuat dalam halaman yang cukup strategis. Dalam pemberitaan itu, AP menyatakan bahwa ia mencalonkan diri menjadi Ketum HMI, mengusung perjuangan melawan terorisme yang sedang marak di Indonesia.
AP sangat girang, ia pamer kepada empat pengikutnya, bahwa Redaktur koran pun bisa ia taklukkan. Setelah itu, ia langsung mengomandoi para pengikutnyai. “Ayo, ikut saya sekarang,” ujar AP. Semuanya mengangguk.
Di malam yang berangin itu, AP dan pengikutnya mengendap ke Patra Resort. Kepada para penjaga keamanan, ia meminta izin untuk bertemu Bush. Tentu saja, tak ada satu pun petugas keamanan Amerika yang membolehkan AP dan kawan-kawan untuk masuk.
Dasar AP, segala ilmu Machiavelli digunakan. Koran yang memuat namanya sebagai calon kuat Ketua Umum HMI Nasional, ia sorong-sorongkan ke penjaga. “Saya mati-matian mau membantu Presiden Bush yang saya cintai untuk memberantas Terorisme di Indonesia. Saya punya banyak informasi penting tentang terorisme. Hanya Mr. Bush yang bisa saya ajak bicara,” katanya ngotot.
Akhirnya, barangkali dibantu oleh Leak-leak dan Dukun Ilmu Hitam yang ada di Bali, AP dipersilakan menghadap Bush, tapi cuma sendiri. Di dalam hotel, AP mati-matian meyakinkan Bush tentang visinya memberantas terorisme. Dan itu akan berhasil ia lakukan jika ia menjadi Ketum HMI. AP pun menyodorkan proposal permohonan dana pencalonannya. Gilanya, Bush akhirnya mempercayai AP dan yakin, AP bisa memenangkan pertarungan di kongres HMI. Melalui kasir pribadi Bush, AP diberi uang pemenangan Rp20.000 $US (Kurs Rupiah pada 2003 adalah Rp8570).
Setelah membungkukkan badan, AP mencium tangan Bush, meminta restu.
“If you need additional fund, go to US Embassy,” kata Bush.
“Yes, Sir,” jawab AP tegas.
AP keluar dari Patra Hotel dengan wajah berbinar, kemudian mengajak para pengikutnya untuk menginap di hotel Bintang Lima, pesta wine, dan pesta perempuan. Setelah puas di Bali, AP kembali ke Jakarta, dan menghilang dari peredaran untuk sementara waktu. Ia bersembunyi, senang-senang menikmati uang yang diberi Bush. Hingga saat ini, ia tak pernah tercatat mencalonkan diri menjadi ketua Umum HMI Nasional. Ia kini menjadi legenda hidup, banyak menjadi siluman politik pemenangan Pilkada, dan hidup kaya raya dengan lima mobil mewahnya. Mungkin itu berkah karena berhasil menipu Bush.
Jika boleh dibandingkan, keberanian dan kegilaan AP ini lebih tidak waras dari keberanian Sri Bintang Pamungkas, Abu Bakar Baasyir, Amrozi, ataupun Hambali. Ia bukan teroris, tapi begitu rapi menipu Bush. Ulung sekali. Tidak tahu juga kalau sampai saat ini ia dicari US Embassy. Yang jelas, dalam setiap malam sebelum tidur nyenyaknya, AP selalu bergumam dingin, seperti bandit KGB, ”Thank you very mucch, Mr. Bush.”