MOJOK.CO – Fitur close friend Instagram di media sosial digunakan agar orang bisa membagi konten secara terpilih. Ini amanat, bukan legitimasi SKSD.
Belakangan ini, di Instagram, saya beberapa kali masuk dalam fitur close friend story. Untuk Anda yang tidak paham, fitur ini membuat Anda bisa melihat konten terbatas yang tidak bisa diakses khalayak umum.
Close friend di Instagram jadi penting karena seseorang memberikan batasan tentang informasi apa saja yang bisa dia berikan pada publik dan mana saja yang ingin dibagikan terhadap orang-orang terdekat.
Fitur close friend Instagram Selama dua hari terakhir ini jadi perbincangan karena akun Lambe Turah membagikan screenshot curhatan close friend Larissa Chou pada publik.
Di negara yang tak pernah bisa menghargai data pribadi dan privasi individu, konten Lambe Turah ini jelas akan dieksploitasi habis-habisan. Orang dengan mudah berkomentar, membagikan ulang, dan memberikan tafsir terhadap informasi yang seharusnya terbatas itu.
Kalau Lambe Turah dan pengikutnya sih terserah mereka mau melakukan apa, kita tak punya kendali terhadap apa yang dilakukan. Kita bisa mendebat orang yang dengan kesadaran sendiri membagikan konten terbatas kepada banyak orang.
Fitur close friend merupakan medium yang digunakan agar orang bisa membagi konten secara terpilih, ini orang asing yang bukan teman dekat, malah membagikan kepada orang lain seenaknya?
Apa yang dilakukan Lambe Turah ini juga bukan yang pertama kali, sebelumnya akun ini juga membagikan konten terbatas dari Prilly Latuconsina. Tanpa malu dan kendali diri, Lambe Turah membagikan curhatan Prilly kepada publik.
Tidak juga ada penjelasan bahwa konten privat yang disebar itu sudah mendapat izin dari si pemilik akun atau tidak. Tapi sekali lagi, lucu jika kita berharap akun itu dan pengikutnya peduli.
Lalu apa dong fungsi fitur close friend di Instagram?
Media sosial memberikan kita ruang untuk membagi momen-momen penting dalam hidup. Seperti ulang tahun, kelulusan sekolah, pernikahan, hingga hal sepele seperti makanan yang akan disantap.
Instagram seperti etalase, tempat kita bisa berbagai detail kehidupan personal kita. Dulu media sosial kita hanya bisa diakses oleh orang-orang terdekat, seperti teman, saudara, hingga rekan kerja, dengan berkembangnya konten yang dimiliki, orang asing juga punya akses terhadap hidup kita.
Akibatnya, media sosial menjadi kurang “ramah” terhadap hal-hal yang ingin kita bagi pada publik. Media sosial dan internet mengubah garis batas dan definisi antara “teman” dan “pengikut”, sehingga kadang kita terjebak percaya pada orang yang salah.
Hanya karena kita sering berinteraksi dengan orang itu, ia terlihat baik, dan tampak bisa dipercaya, boleh jadi ia penguntit yang menunggu kita membuat konten privat untuk dibagikan pada publik.
Fitur close friend di Instagram memungkinkan kita sebagai pengguna membuat daftar orang-orang yang terpercaya. Kita diberi akses untuk melihat dan membaca hal-hal personal yang kita bagikan di instagram.
Ini semestinya dianggap sebagai hal yang penting. Seseorang yang tidak kita kenal di internet, memberikan kita akses pada hal-hal paling intim pada hidupnya. Lalu mengapa kita jadi khianat?
Jika dimasukkan dalam fitur close friend di IG oleh seseorang, bukan berarti kita jadi teman dekat orang itu. Mungkin kita dianggap bisa dipercaya, amanah dalam menjaga cerita, dianggap mampu menahan diri dari sikap culas dan hasut.
Kepercayaan itu semestinya dijaga, bukan malah dimanfaatkan untuk meningkatkan engagement apalagi bergunjing.
Menjaga amanat itu jelas berat. Seseorang diuji karakternya karena harus menutup rapat rahasia dan curhatan orang. Saya percaya saat ada yang memasukkan kita dalam fitur close friend, orang itu menganggap kita sebagai orang yang punya integritas.
Hal paling sepele yang bisa dilakukan untuk menghormati amanat itu dengan diam. Jangan malah jadi genit mengambil konten terbatas itu dan membagikannya pada jutaan orang pengikut akun Lambe Turah.
Beberapa dari kita mengangap sosial media sebagai hiburan. Memperlakukan aplikasi seperti Twitter, Instagram, dan Facebook sebagai panggung. Tapi kita sering lupa, di balik tiap akun itu ada manusia, yang punya perasaan, punya hidup, dan berharap di media sosial mereka bisa berbagi beban, perasaan, dengan orang-orang yang bisa dipercaya.
Beberapa waktu yang lalu saat Kalis Mardiasih, seorang muslimah dan aktivis, berbagi tentang pengalaman reproduksi. Ia dihina, diejek fisiknya, dan direndahkan karena apa yang ia sampaikan.
Beberapa dari kita merasa punya hak menghina, merisak, dan merendahkan orang lain di media sosial. Padahal ada banyak fitur yang bisa digunakan jika tak suka pada konten orang lain. Unfollow, block, atau menyembunyikan mereka dari lini masa kita.
Teknologi memberikan kita kemudahan. Fitur close friend di Instagram adalah cara untuk membatasi siapa-siapa yang dapat mengamati kehidupan personal kita. Lalu mengapa jadi jahat dan membagikan hal yang semestinya rahasia kepada orang lain? Serendah itukah integritas kita?
Jahat itu satu hal. Culas dan khianat itu watak. Kamu jadi jahat karna dendam, terpojok, disakiti dan marah. Tapi culas dan khianat, seperti kegemaran merisak, lahir karena sikap debil dan bebal. Ia bentuk kekerdilan jiwa. Tapi ini bisa diperbaiki dengan cari bantuan psikolog.
Tentu jika orang itu berjiwa kriminil dengan kegemaran melihat orang lain menderita, kita tak bisa melakukan apapun kecuali mendoakan dia sadar.
BACA JUGA Makna Setiap Warna dan Bentuk Emoji Hati di WhatsApp yang Ternyata Beda-beda dan tulisan Arman Dhani lainnya.