Cara Jitu Izin ke Istri Pertama untuk Beristri Empat

170815 NAFKAH NAJWA SIHAB INFOGRAFIK

Siapa bilang orang yang menggeluti ilmu syariah adalah pribadi yang kaku dalam cinta? Tidak juga. Nyatanya, ada banyak ulama yang justru merupakan sosok-sosok romantis. Seorang ulama besar murid Ibnu Taimiyah yang bernama Ibnu Qayyim al-Jauziyyah bahkan mengarang sebuah kitab berjudul Roudhotul Muhibbin atau Taman Para Pencinta.

Tentu contoh utama yang bisa kita ambil dalam urusan cinta adalah Baginda Nabi Muhammad (salawat dan salam tercurah kepadanya). Ada kisah epik tentang Baginda Nabi yang tidak mau mengetuk pintu lantaran takut mengganggu tidurnya Aisyah (semoga Allah meridainya). Atau ketika sang istri hanya punya lauk berupa cuka untuk dihadirkan ke hadapannya, maka apa jawaban Kanjeng Nabi? Sungguh cuka adalah sebaik-baiknya lauk.

Ada juga kisah Sayyidina Umar, semoga Allah meridainya, yang dimarahi oleh istrinya dan ia tetap diam tak membalas. Padahal, pada saat itu beliau adalah khalifah alias penguasa nomor wahid dalam imperium besar Khilafah Islamiyah.

Sebagian tholib ilmi alias mahasiswa syariah juga punya jiwa dan bakat terpendam untuk membuat pasangan resminya klepek-klepek tanpa harus lolos #AylaviewChallenge terlebih dahulu. Dan ya … tentu romantisnya mereka berbeda dengan orang kebanyakan. Anda tak akan menemukan kisah bak film La La Land yang menampakkan sepasang kekasih menyanyi “City of Stars” bersama dengan diiringi piano. Kenapa? Karena musik itu haram. Setidaknya begitu yang diajarkan guru dan dosen kami.

Nah, sebagai wakil dari komunitas Jomblo Sampai Halal dan perwakilan mahasiswa ilmu syariah, izinkan saya membuka rahasia ini sebagai pengetahuan bagi para suami-suami awam. Kalau sudah romantis, insyaallah suami akan dengan mudah minta izin untuk menikah lagi tanpa perlu sembunyi-sembunyi menabung hanya untuk ikut acara “Ta’aruf Live, Cara Kilat Dapat Istri 4” yang posternya lagi ramai tersebar di media sosial itu (biaya untuk ikut 3,5 juta).

Berpegang pada prinsip bil mitsal yattadhih al maqol, yang berarti, dengan ilustrasi menjadi jelaslah sebuah teori, saya akan memberi beberapa ilustrasi tentang betapa romantis pelajar syariah ketika berdialog dengan istri mereka sambil ber-istinbath (mengambil hukum dari kaidah-kaidah yang ada dalam ilmu syariah).

Ilustrasi 1: Contoh Romantis

Istri: Abi, nggak apa-apa nih aku ganggu walau Abi lagi sibuk banget kerjanya?

Suami: Nggak apa-apa, Mi, karena al wajib la yutroku illa li wajib. Suatu yang wajib tidak boleh ditinggalkan, kecuali untuk hal yang wajib pula. Bekerja, cari nafkah buat anak istri dalam agama Islam itu wajib hukumnya, wahai moon of my life. Tapi, menyenangkan hati kamu, membuat senyum kecil di wajah manismu, itu juga kewajibanku sebagai imammu. *sambil kecup dahi*

Istri: *mencubit gemas suami*

Ilustrasi 2: Makin Romantis

Istri: Abi, kata ustadz di radio, qunut Subuh nggak boleh karena hadisnya daif.

Suami: Neng, hadis daif itu hadis lemah, bukan hadis palsu. Hadis daif masih bisa meningkat status hukumnya menjadi hadis hasan alias hadis baik jika bertemu dengan hadis daif lainnya. Itu sama halnya dengan aku dan kamu, kita berdua adalah makhluk lemah di mata Allah Taala, tapi dengan kebersamaan kita, aku yakin masa depan kita akan menjadi lebih baik. *pegang tangan istri*

Istri: Kyaaa!!!

Ilustrasi 3: Terus Romantis

Istri: Kok Abi tahu sih aku lagi pengin tas? *sambil buka paket kiriman olshop*

Abi: Lho, kamu lagi sering stalking IG online shop yang jual tas kan?

Istri: Iya, Bi. Tapi hubungannya apa?

Suami: Karena al ‘adah muhakkamah. Artinya, kebiasaan (adat istiadat) bisa dijadikan sebagai ketetapan. Karena kebiasaan kamu akhir-akhir ini kayak gitu, berarti kamu lagi pengin tas. Ya udah, aku beli satu.

Istri: *lempar tas, peluk suami*

Ilustrasi 4: Tetap Romantis

Suami: Eee, Neng, kok belinya sate ayam sih?

Istri: Lho, Abi pas di-WA kan mintanya sate. Biasanya abi doyan sate ayam, jadi aku beli itu. Salah ya?

Suami: Mm, padahal maksudnya sate kambing.

Istri: Yah, maaf ya, Bi. Soalnya Abi nulisnya Cuma sate. Abi nggak marah kan?

Suami: Iya, sayang, nggak apa-apa. Aku nggak marah kok. Al hudud tasquth bi syubhat, hukuman nggak bisa dilaksanakan jika perkaranya samar-samar. Ini salah aku yang nggak jelas nulisnya.

Istri: *peluk suami* *acara makan sate bubar*

Ilustrasi 5: Masih Romantis

Istri: Abi, aku mau tanya deh, kenapa kalau aku lagi marah-marah, Abi malah diem dan nggak ikutan marah?

Suami: Karena adh dhoror la yuzal bi dhoror. Suatu kejelekan nggak akan pernah hilang walau ditutupi kejelekan yang lain. Apalagi kalau sampai Abi mukul Neng, naudzubillah. Padahal tashorruf al imam ‘alar ro’iyyah manuth bil mashlahah, tindak tanduk seorang imam atas makmumnya harus diarahkan ke arah kebaikan. Apa mau Neng punya imam yang gagal?

Istri: Ngaaak :’(

Ilustrasi 6: Saatnya Minta Izin

Suami: Sayang, aku nikah lagi ya?

Istri : Abi! Kok tegaaa!?!

Suami: Eee, bentar, sayang. Kalau itu karena kaidah al jam’u awla min at tarjih alias menggabungkan dua hal yang tampak bertentangan lebih utama daripada harus mengeliminir salah satunya.

Istri: *lempar tabung gas 3 kilo sambil bilang dracarys*

Demikianlah, wahai ikhwan yang terhormat. Jurus jitu bagi para suami untuk minta izin menikah lagi bisa menggunakan dalil di atas. Kalau dalil untuk menghindari dilempar tabung gas atau dibakar naga hidup-hidup saat izin nikah lagi, itu yang tidak ada. Karena sebenarnya, tulisan ini judul lengkapnya adalah “Cara Jitu Izin ke Istri Pertama untuk Beristri Empat dan Kemudian Dilempar Tabung Gas”.

Wallahualam.

Exit mobile version