Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Esai

Cak Nun Salah, Jokowi Bukan Firaun karena Firaun Tidak Setuju UU Cipta Kerja

Cak Nun, membandingkan Firaun dengan Jokowi itu salah. Firaun kok kayaknya masih lebih baik, ya?

Arman Dhani oleh Arman Dhani
21 Januari 2023
A A
Cak Nun Salah, Jokowi Bukan Firaun karena Firaun Tidak Setuju UU Cipta Kerja MOJOK.CO

Ilustrasi Cak Nun Salah, Jokowi Bukan Firaun karena Firaun Tidak Setuju UU Cipta Kerja. (Mojok.co/Ega Fansuri)

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Firaun, meski dikenal keji dan bengis, tidak sejahat ini pada pekerja. Bahkan kepada mereka yang membangun piramida untuk keluarga kerajaan Mesir Kuno. Lho kok bisa? Bukankah piramid dibangun oleh para budak? Dalam hal ini Jokowi lebih baik dong dalam memperlakukan para pekerja? Sayangnya hal itu adalah mitos. Banyak bukti arkeologis yang menunjukkan pembangunan mega proyek piramida tidak dilakukan oleh budak, melainkan pekerja merdeka.

Pada 1888, teori bahwa piramida dibangun oleh pekerja Mesir yang merdeka dikonfirmasi. Hal ini dibuktikan oleh arkeolog Inggris bernama Flinders Petrie dalam penyelidikannya di kompleks piramida Kerajaan Senwosert II di Ilahun. Petrie menemukan permukiman yang dikelilingi oleh tembok di Kahu. 

Di sana, dia menemukan kota yang direncanakan dengan baik. Lengkap dengan berbagai fasilitas dan barisan rapi rumah bertingkat bata lumpur menyediakan banyak papirus, tembikar, perkakas, pakaian, dan mainan anak-anak. Semua puing-puing kehidupan sehari-hari yang biasanya hilang dari situs Mesir.

Nah, dari sini saja Cak Nun sudah salah kalau menyebut Jokowi itu Firaun. Seharusnya sudah paham, dong.

Pemerintah Indonesia nggak sanggup sediakan rumah layak untuk pekerja

Artinya, berbeda dengan Pemerintah Indonesia, yang kesulitan memberikan rumah layak bagi pekerja, Firaun dalam proses pembangunan piramida menjamin hak pekerjanya dengan sangat layak. Rumah bertembok, kebutuhan rumah tangga, layanan untuk keluarga dan anak-anak, sesuatu yang mungkin bisa jadi lebih baik daripada Indonesia modern.

Dalam ekspedisi arkeologis lain yang dikembangkan pada tahun 2000-an ditemukan ada stempel-stempel nama kuno. Hal ini adalah bukti birokrasi pemerintah Mesir Kuno dalam melacak distribusi makan dan rumah para pekerja dalam skala besar. Tulang hewan yang ditemukan di desa tersebut menunjukkan bahwa para pekerja mendapatkan potongan daging terbaik. 

Lebih dari itu, tim arkeolog juga menemukan adanya toples roti, ratusan dan ribuan jumlahnya. Cukup untuk memberi makan semua pekerja, yang tidur di asrama lebar yang dibangun khusus. Para pekerja ini direkrut dari lahan pertanian, mungkin dari daerah yang jauh di bawah Sungai Nil, dekat Luxor. Budak tidak akan pernah diperlakukan sebaik ini, bahkan lebih baik daripada pekerja sawit atau proyek jalan tol yang ada di Indonesia.

Di sekitar permukiman para pekerja ini juga ditemukan berbagai sisa tulang hewan, gentong makanan, dan grafiti yang menunjukkan mereka diperlakukan layak. Tidak hanya itu, ada pula tablet yang menunjukkan bahwa para pekerja ini dibayar dengan roti dan lima liter bir setiap harinya. Cukup untuk ditukar dengan makanan lain atau memenuhi kebutuhan keluarganya.

Semakin jelas kalau Cak Nun sudah salah kalau menyebut Jokowi itu Firaun. Cak, Firaun saja sangat peduli kepada pekerja, lho.

Pekerja pembangunan piramid dihormati 

Kepala arkeolog Mesir, Zahi Hawass, mengatakan para kuli dan pekerja pembangun piramida diduga juga berasal dari keluarga miskin dari utara dan selatan. Para pekerja ini dihormati karena pekerjaan mereka yang dianggap memuliakan Firaun. Sehingga, saat pekerja ini meninggal saat proses konstruksi, dianugerahi kehormatan untuk dimakamkan di makam dekat piramida suci Firaun mereka. 

Kedekatannya dengan piramida dan cara penguburan yang mulia menunjukkan bahwa pekerja ini nyaris mustahil adalah budak. “Tidak mungkin mereka dikubur dengan begitu terhormat jika mereka adalah budak,” kata Hawas. Meski demikian, makam para pekerja tidak mengandung emas atau barang berharga, yang melindungi mereka dari penjarah makam.

Firaun berikan jaminan yang layak untuk pekerjanya

Perlu kamu ketahui, kehidupan para pekerja ini tidak murah. Bukti-bukti tulang para pekerja menunjukkan mereka memiliki kondisi kerja yang berat. Meski demikian, ada perlindungan hak bagi pekerja, mengingat proses pembangunan satu piramida membutuhkan 30 tahun dengan rata-rata 10.000 orang per harinya.

Jika mereka bekerja tanpa kontrak seperti UU Cipta Kerja yang disahkan Jokowi, dihapus hak cutinya seperti UU Cipta Kerja, di-out source seperti UU Cipta Kerja, membangun piramida tanpa AMDAL UU Cipta Kerja, pasti akan ada protes besar. Saya yakin banget.

Oleh sebab itu, saya tidak setuju dengan Cak Nun yang mengatakan Jokowi itu seperti Firaun. Firaun itu, dengan segala kekejiannya, masih memberikan jaminan hak makan, upah layak, hunian, dan perlindungan lainnya pada para pekerja pembangun piramida. Sesuatu yang dalam UU Cipta Kerja belum bisa dijamin.

Iklan

BACA JUGA Klarifikasi Cak Nun, Mengaku Kesambet Sebut Jokowi Firaun dan artikel menarik lainnya di rubrik ESAI.

Penulis: Arman Dhani
Editor: Agung Purwandono

Halaman 2 dari 2
Prev12

Terakhir diperbarui pada 21 Januari 2023 oleh

Tags: Cak NunEmha Ainun NajibFiraunFiraun dan JokowijokowiUU Cipta kerja
Arman Dhani

Arman Dhani

Arman Dhani masih berusaha jadi penulis. Saat ini bisa ditemui di IG @armndhani dan Twitter @arman_dhani. Sesekali, racauan, juga kegelisahannya, bisa ditemukan di https://medium.com/@arman-dhani

Artikel Terkait

Kereta Cepat Whoosh DOSA Jokowi Paling Besar Tak Termaafkan MOJOK.CO
Esai

Whoosh Adalah Proyek Kereta Cepat yang Sudah Busuk Sebelum Mulai, Jadi Dosa Besar Jokowi yang Tidak Bisa Saya Maafkan

17 Oktober 2025
Cak Nun dan Komunitas Maiyah: Ruang Belajar dan Harapan yang Tak Pernah Padam | Semenjana Eps. 13
Video

Cak Nun dan Komunitas Maiyah: Ruang Belajar dan Harapan yang Tak Pernah Padam | Semenjana Eps. 13

12 Mei 2025
Sialnya Warga Banjarsari Solo: Dekat Rumah Jokowi, tapi Jadi Langganan Banjir Gara-gara Proyek Jokowi.MOJOK.CO
Aktual

Sialnya Warga Banjarsari Solo: Dekat Rumah Jokowi, tapi Jadi Langganan Banjir Gara-gara Proyek Jokowi

7 Maret 2025
3 Rupa Nasionalisme yang Mewarnai Indonesia Hari Ini MOJOK.CO
Esai

3 Rupa Nasionalisme yang Mewarnai Indonesia Hari Ini

26 Februari 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Maybank Cycling Mojok.co

750 Pesepeda Ramaikan Maybank Cycling Series Il Festino 2025 Yogyakarta, Ini Para Juaranya

1 Desember 2025
Dari Jogja ke Solo naik KRL pakai layanan Gotransit dari Gojek yang terintegrasi dengan GoCar. MOJOK.CO

Sulitnya Tugas Seorang Influencer di Jogja Jika Harus “Ngonten” ke Solo, Terselamatkan karena Layanan Ojol

1 Desember 2025
Warung makan gratis buat Mahasiswa Asal Sumatra yang Kuliah di Jogja. MOJOK.CO

5 Warung Makan di Jogja yang Gratiskan Makanan untuk Mahasiswa Rantau Asal Sumatra Akibat Bencana

4 Desember 2025
Udin Amstrong: Menertawakan Hidup dengan Cara Paling Jujur

Udin Amstrong: Menertawakan Hidup dengan Cara Paling Jujur

2 Desember 2025
Wonogiri Bukanlah Anak Tiri Surakarta, Kami Sama dan Punya Harga Diri yang Patut Dijaga

Wonogiri Bukanlah Anak Tiri Surakarta, Kami Sama dan Punya Harga Diri yang Patut Dijaga

1 Desember 2025
'Aku Suka Thrifting': Dari Lapak Murah hingga Jejak Ketimpangan Dunia dan Waste Colonialism.MOJOK.CO

‘Aku Suka Thrifting’: Dari Lapak Murah hingga Jejak Ketimpangan Dunia dan Waste Colonialism

1 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.