Perjuangan Mahasiswa untuk Prihatin dan Berhemat demi Bertahan Hidup Kuliah di UNNES dengan Beasiswa KIP Kuliah

Beratnya Mengandalkan KIP Kuliah Hanya demi Kuliah di UNNES MOJOK.CO

Ilustrasi Beratnya Mengandalkan KIP Kuliah Hanya demi Kuliah di UNNES. (Mojok.co/Ega Fansuri)

MOJOK.CO Bantuan KIP Kuliah sebesar Rp950 ribu per bulan untuk bertahan hidup kuliah di UNNES. Maka, isinya adalah perjuangan untuk prihatin dan berhemat.

Universitas Negeri Semarang (UNNES) merupakan salah satu perguruan tinggi yang menyediakan beasiswa KIP Kuliah bagi mahasiswanya. Nah, KIP Kuliah sendiri adalah bantuan biaya hidup dan pendidikan dari pemerintah. 

Beasiswa ini menyasar kepada lulusan SMA sederajat, yang punya potensi akademik baik. Mereka yang menjadi sasaran adalah yang mempunyai keterbatasan ekonomi atau dari keluarga kurang mampu. Oleh sebab itu, KIP Kuliah melarang mahasiswa yang berasal dari kalangan ekonomi atas atau yang sekiranya masih mampu untuk mendaftar. 

Sistem bantuan belajar KIP Kuliah sendiri terdiri dari 2 skema, yaitu Skema 1 dan Skema 2. Pada Skema 1, mahasiswa akan mendapat bantuan biaya pendidikan. Pemerintah membayarkan langsung biaya tersebut ke perguruan tinggi atau biasa disebut UKT. Selain itu, pemerintah juga menyediakan bantuan biaya hidup, yang besarannya dibagi menjadi 5 klaster berdasarkan besaran biaya hidup tiap kota/kabupaten universitas. Sementara itu, pada Skema 2, mahasiswa hanya mendapat bantuan biaya pendidikan saja.

Saya sendiri, alhamdulillah, mendapat Skema 1 dengan biaya hidup sebesar Rp950.000 tiap bulan. Jadi, pembahasan ini lebih relevan dengan teman-teman yang dapat KIP Kuliah Skema 1. Untuk teman-teman yang mendapat KIP Kuliah Skema 2 kemungkinan tidak akan sependapat.

Apakah KIP Kuliah cukup untuk “modal” kuliah di UNNES? 

Sebagai penerima KIP Kuliah, saya cukup sering mendapat pertanyaan dari tetangga seputar kehidupan kuliah. Pertanyaan mereka biasanya seragam. Misalnya, apakah uang bulanan segitu cukup untuk kuliah di UNNES? Kurang nggak? Tombok berapa tiap bulannya? Nyambi apa buat nutupin biaya kuliah di kota besar?

Saya memaklumi pertanyaan di atas. Kenyataannya, saya juga pernah berpikir semacam itu sebelum kuliah di UNNES. Orang pedesaan seperti saya dan tetangga berpikir bahwa Semarang merupakan kota besar. Makanya, biaya hidup pasti tinggi, jauh melebihi biaya hidup di desa kami.

Oleh sebab itu, wajar apabila muncul anggapan bahwa jika hanya mengandalkan KIP Kuliah, pasti tidak akan cukup untuk biaya hidup. Belum lagi ada biaya untuk tugas-tugas kuliah. 

Namun, setelah 5 semester menjadi warga UNNES, sejauh ini saya berani mengatakan bahwa bisa kok kuliah di Semarang hanya bermodalkan KIP Kuliah. Gimana caranya? Izinkan saya menjelaskan. 

Baca halaman selanjutnya: Perjuangan menghemat KIP Kuliah demi bertahan di UNNES.

#1 Lokasi UNNES itu masih di pedesaan

Saya perlu menjelaskan dulu kepada pembaca yang belum tahu soal UNNES. Jadi, Universitas Negeri Semarang itu terpisah di dua lokasi. Lokasi pertama ada di Kecamatan Gunungpati, biasa disebut Kampus Utama. Sementara itu, lokasi kedua ada di Kecamatan Ngaliyan, khusus untuk program studi PGSD. Nah, yang saya bahas di sini adalah Kampus Utama, karena jurusan saya ada di sana.

Secara administratif, Kampus Utama UNNES dan sekitarnya terletak di Kota Semarang, tepatnya di Kelurahan Banaran, Kelurahan Sekaran, dan Kelurahan Patemon, Kecamatan Gunungpati. Namun, jika kita meninjaunya dari morfologi fisiknya, wilayah UNNES masih termasuk wilayah pedesaan karena masih banyak terdapat ruang terbuka hijau. 

Suasana pedesaan ini secara tidak langsung berpengaruh terhadap biaya hidup yang relatif tidak semahal di kota besar. Sebagai buktinya, di UNNES, masih banyak warteg yang menjual nasi, lengkap dengan 2 macam sayur hanya seharga Rp6.000. Untuk lauk saja seharga Rp2.000 per porsi. Jadi, bantuan hidup dari KIP Kuliah bisa dimaksimalkan.

Sementara itu, di wilayah ini juga tidak ada mall besar atau tempat wisata mahal yang berpotensi menggoda mahasiswa. Selain itu, objek wisata seperti Lawang Sewu, Kota Lama, dan Paragon terletak di pusat Kota Semarang. Jaraknya sekitar 15 kilometer dari Kampus Utama. 

Untuk harga kos di UNNES, bervariasi mulai dari 4 hingga 9 juta rupiah per tahun. Jadi, biaya hidup di sini masih sangat terjangkau untuk mahasiswa.

Saya sendiri tidak memungkinkan jika harus mengeluarkan uang lagi selain dari KIP Kuliah. Makanya, saya kudu berhemat supaya bantuan hidup tersebut bisa cukup. 

Misalnya, untuk makan, saya membawa beras dari rumah. Jadi saya tinggal beli lauk 2 porsi, untuk 2 kali makan. Saya sendiri lebih banyak menghabiskan waktu di kos, yang biaya sewanya 4,5 juta per tahun untuk 2 orang.

#2 Besaran nominal KIP Kuliah bisa terlihat besar atau kecil tergantung jurusan

Setiap jurusan memiliki kebutuhan yang berbeda-beda. Ada jurusan yang memiliki mata kuliah praktik, sehingga mengharuskan mahasiswa membeli alat dan bahan. Lalu ada jurusan yang mewajibkan mahasiswa membeli buku-buku perkuliahan. Terakhir, di UNNES, ada jurusan yang mengadakan kuliah lapangan, ada pula yang tidak. 

Saya sendiri kuliah di Jurusan Geografi. Di sana, saya mempunyai tanggungan biaya kuliah selain UKT, yaitu praktikum dan Kuliah Kerja Lapangan (KKL). Untuk biaya praktikum ini relatif masih terjangkau karena hanya membutuhkan kertas folio, hvs, dan bolpoin warna untuk menyusun laporan. 

Untuk KKL sendiri dilaksanakan di semester 2 dan 4, dengan tujuan umumnya ke luar Kota Semarang. KKL ini sebenarnya membutuhkan biaya yang cukup banyak, mulai dari Rp700 ribu sampai Rp1,3 juta. Syukur, saya bisa membayar 2 pengeluaran tersebut uang KIP Kuliah yang saya sisakan tiap bulannya. Jadi memang kudu berhemat banget.

Kudu berjuang untuk bisa hemat

Intinya memang begitu, kudu sangat hemat, supaya bisa bertahan hidup di UNNES hanya bermodalkan KIP Kuliah saja. Namun, saya perlu menegaskan bahwa bahwa belum tentu ini berlaku di semua mahasiswa KIP Kuliah. Pada akhirnya balik lagi ke perjuangan masing-masing untuk berhemat. 

Tulisan ini juga saya buat ketika masih sampai semester 5. Sedangkan ketika sudah semester atas atau sudah berurusan dengan skripsi, kemungkinan kebutuhan akan bertambah banyak, misalnya untuk biaya penelitian. Belum lagi kemungkinan terjadinya keterlambatan pencairan biaya hidup. Oleh karena itu, harus pandai-pandai mengatur keuangan dan harus siap jika harus menggunakan uang pribadi dulu.

Penulis: Ummi Khabibah

Editor: Yamadipati Seno

BACA JUGA Realitasnya, Beasiswa KIP Bukan untuk Mahasiswa Kurang Mampu, tapi yang Pandai Memanipulasi Data dan kisah menarik lainnya di rubrik ESAI.

Exit mobile version