Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Esai

Bangsatnya Clickbait di Netflix dan Wajah Netizen Indonesia

Series 'Clickbait' di Netflix lagi booming. Pekan lalu sempat jadi tayangan paling ditonton di Indonesia.

Kardono Setyorakhmadi oleh Kardono Setyorakhmadi
14 September 2021
A A
Bangsatnya Clickbait di Netflix dan Wajah Netizen Indonesia MOJOK.CO

Bangsatnya Clickbait di Netflix dan Wajah Netizen Indonesia MOJOK.CO

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Film Clickbait di Netflix seolah mengecat kemanusiaan dengan cat hitam. Manusia digambarkan semakin buruk. Terutama setelah keberadaan media sosial.

Limited series Netflix yang terbaru, Clickbait, sedang jadi buah bibir belakangan ini. Bahkan, seingat saya, Clickbait sempat jadi tayangan Netflix yang paling ditonton di Indonesia pekan lalu. Btw, saat tulisan ini saya buat, ia masih bertengger di urutan keempat.

Plotnya sih sebenarnya sederhana saja, tapi film bangsat yang bikin saya ketagihan ini memilih menggunakan teknik bertutur yang tidak biasa.

Lah gimana? Mereka sebenarnya punya delapan episode, tapi duo kreatornya, Tony Ayres dan Christian White malah menggunakan tujuh episode hanya untuk penggambaran karakter yang dibangun.

Sekilas emang kayak acara tujuhbelasan karang taruna, sambutan tokoh-tokoh kampung lebih lama dari inti acaranya. Dari sambutan Pak RT, ke sambutannya Pak RW, dari Pak RW ke Pak Dukuh. Nggak sekalian Lurah, Pak Camat, Bupati, sampai Sekjen PBB nih kasih sambutan?

Meski begitu, beda sama acara tujuhbelasan yang mboseni dan bertele-tele, penggambaran karakter di Clickbait ini terangkum sekaligus juga sebagai media untuk mengantar cerita. Jadi nggak yang bener-bener terpisah-pisah dari benang merah core ceritanya.

Lihat saja pembabakan episodenya. Episode satu berjudul “The Sister”, kemudian “The Detective”, lanjut ke “The Wife”, “The Mistress”, episode ke lima berjudul “The Reporter”, bersambung ke “The Brother”, dan yang ketujuh bertajuk “The Son”.

Baru kemudian, episode ke delapan berjudul “The Answer”, yang menjadi penutup limited series tersebut. Saya membayangkan udah kayak pembagian bab di skripsi secara sekilas. Bab terakhirnya kesimpulan atau jawaban.

Namun, tentu saja yang paling menjadi buah bibir adalah plot twist-nya. Pendapat pemirsa dibolak-balik dengan teknik bercerita seolah mengikuti trending topic di media sosial. Karena dari yang saya tangkap, pesan terbesar film ini terletak pada fenomena internet.

Lebih khusus lagi, bagaimana kita bermedia sosial. Lebih khusus lagi, kelakuan netizen Indonesia dalam berkerumun di ekosistem siber yang serba rumit.

Isu-isu besar bermedsos seperti catfishing (berpura-pura menjadi karakter orang lain), cancel culture, membuat foto palsu, dan sebagainya menjadi narasi besarnya. Apa yang terlihat di media sosial, meski terlihat solid dan punya bukti kuat sekalipun, ternyata menyimpan fakta yang jauh bertolak belakang.

Ini menjadi dasar cerita, sekaligus menjadi yang paling diandalkan film ini untuk “mempermainkan” persepsi pemirsa.

Beberapa scene memang sengaja dibuat untuk menjadi misleading, dan menjauhkan dari ending yang sudah disiapkan. Lapis demi lapis fakta dimunculkan satu per satu dengan alur pasti-membuat-kaget-tapi-tak-akan-bisa-ditebak. Untuk kemudian, diberi ending yang, “Lhoooalah, ternyata begitu.”

Teknik bercerita yang bagi mahasiswa filsafat langsung dikenali sebagai Red Herring Fallacy. Yakni, memberikan fakta-fakta distraktif yang menjauhkan pemirsa dari ending yang sudah disiapkan.

Iklan

Sebagai hiburan, plot twist Clickbait memang cukup berhasil. Setidaknya, untuk menutupi banyak kelemahan yang terlihat di sekujur film yang ditotal berdurasi delapan jam tersebut.

Penggambaran karakter yang terlihat flat, konflik batin antar karakter yang entah bagaimana kurang terasa menyengat dan dipaksakan, plot hole yang menyisakan banyak pertanyaan.

Selain itu, karakter Nick Brewer yang menjadi pusat cerita, nyaris tak memunculkan keterikatan emosi kepada pemirsa. Meski berdurasi cukup panjang, film ini boleh dibilang tak berhasil menancapkan emosi dan kepedihan karakter-karakternya di benak penonton.

Ada catatan terhadap akting Zoe Kazan yang memerankan Pia Brewer. Dia cukup mampu menampilkan karakter yang menjadi mesin utama narasi penyelidikan tetap bergulir.

Sebenarnya, ada satu peran second lead yang cukup menjanjikan jika dieksplor. Yakni, karakter Reserse Sacramento Police Department, Detektif Amiri.

Potensinya ada. Kebobrokan sistem kerja di internal polisi hingga tensi relasi dengan Pia (yang diberi kode-kode, sempat mendekat, sebelum akhirnya digagalkan sama sekali). Namun, semuanya tak dieksplor dengan baik sehingga Detektif Amiri ya semacam sekadar pengisi peran dari sebuah cerita belaka.

Juga, pada ending. Meski mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan yang muncul hingga episode tujuh, entah bagaimana, ending-nya terasa kurang nendang. Kurang satisfying, kalau kata orang Barat. Bagi saya, ending-nya semacam kombinasi dari sedih, tragis, bodoh, tapi juga sekaligus buruk.

Para penikmat film genre seperti ini mungkin lebih suka menonton American Murder: The Family Next Door yang dirilis Netflix tahun lalu. Kekuatan narasi yang cukup, dengan bahan semua dokumentasi asli perjalanan kasus tersebut, rasanya lebih menancap di benak kesedihannya.

Beberapa kritikus luar negeri bahkan menyebut Clickbait adalah film yang mengecat kemanusiaan dengan cat hitam. Manusia digambarkan begitu buruk. Diamplifikasi oleh media sosial, manusia bisa menjadi jauh lebih buruk.

Bagaimana hilangnya satu pria, bisa membuat orang di sekelilingnya mengalami masalah dan terpuruk berkepanjangan. Juga menunjukkan bagaimana cepat berubahnya (dan sekaligus merusak) persepsi orang lain terhadap karakter Nick Brewer.

Sesuatu yang sekarang ini jamak terjadi. Bagaimana cepat kita menghakimi, mengambil kesimpulan, dan secara tak sengaja membuat hidup beberapa orang yang menjadi objek bisa begitu rusak dan sulit direhabilitasi.

Apa pun, jika ditanya apakah film Clickbait ini layak ditonton, maka saya akan menjawab iya. Setidaknya, dari sana kamu bisa tahu, bahwa dalam media sosial, kamu merasa lagi iseng saja kadang-kadang itu bisa berujung dengan hilangnya nyawa seseorang di luar sana.

BACA JUGA 5 Admin Media Sosial Instansi yang Layak Naik Gaji atau tulisan Kardono Setyorakhmadi lainnya.

Terakhir diperbarui pada 14 September 2021 oleh

Tags: american murder: the family next doorclickbaitFilmkarangtarunamedia sosialNetflixseries
Kardono Setyorakhmadi

Kardono Setyorakhmadi

Jurnalis spesialis aksi terorisme. Tinggal di Surabaya.

Artikel Terkait

ratu-ratu queens.MOJOK.CO
Seni

Ratu-Ratu Queens The Series: Ketika Empat Perempuan Membangun “Rumah” di Negeri Orang

21 Oktober 2025
Film Tukar Takdir Nggak Sekadar Adegan Mesra Nicholas Saputra dan Adhisty Zara dalam Mobil! Mojok.co
Pojokan

Film Tukar Takdir Nggak Sekadar Adegan Mesra Nicholas Saputra dan Adhisty Zara!

8 Oktober 2025
film tema perselingkuhan.MOJOK.CO
Mendalam

Main Serong di Sinema Indonesia: Mengapa Kamu Menyukai Film Bertema Perselingkuhan?

22 September 2025
Gawai adalah Candu: Cerita Mereka yang Mengalami Brain Rot karena Terlalu Banyak Menonton Konten TikTok.MOJOK.CO
Mendalam

Gawai adalah Candu: Cerita Mereka yang Mengalami Pembusukan Otak karena Terlalu Banyak Menonton Konten TikTok

3 Juli 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Kirim anak "mondok" ke Dagestan Rusia ketimbang kuliah UGM-UI, biar jadi petarung MMA di UFC MOJOK.CO

Tren Rencana Kirim Anak ke Dagestan ketimbang Kuliah UGM-UI, Daerah Paling Islam di Rusia tempat Lahir “Para Monster” MMA

1 Desember 2025
Relawan di Sumatera Utara. MOJOK.CO

Cerita Relawan WVI Kesulitan Menembus Jalanan Sumatera Utara demi Beri Bantuan kepada Anak-anak yang Terdampak Banjir dan Longsor

3 Desember 2025
'Aku Suka Thrifting': Dari Lapak Murah hingga Jejak Ketimpangan Dunia dan Waste Colonialism.MOJOK.CO

‘Aku Suka Thrifting’: Dari Lapak Murah hingga Jejak Ketimpangan Dunia dan Waste Colonialism

1 Desember 2025
Pelaku UMKM di sekitar Prambanan mengikuti pelatihan. MOJOK.CO

Senyum Pelaku UMKM di Sekitar Candi Prambanan Saat Belajar Bareng di Pelatihan IDM, Berharap Bisa Naik Kelas dan Berkontribusi Lebih

3 Desember 2025
S3 di Bandung, Istri PNS Makassar- Derita Jungkir Balik Rumah Tangga MOJOK.CO

Jungkir Balik Kehidupan: Bapak S3 di Bandung, Istri PNS di Makassar, Sambil Merawat Bayi 18 Bulan Memaksa Kami Hidup dalam Mode Bertahan, Bukan Berkembang

1 Desember 2025
Banjir sumatra, Nestapa Tinggal di Gayo Lues, Aceh. Hidup Waswas Menanti Bencana. MOJOK.CO

Tragedi Sumatra Timbulkan Trauma: “Saya Belum Pernah Lihat Gayo Lues Seporak-poranda ini bahkan Saat Tsunami Aceh”

2 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.