5 Cara Agar Kaesang Pangarep Lebih Diakui Sebagai Anak Presiden

MOJOK.COAgar Kaesang Pangarep lebih diakui sebagai anak Presiden ketimbang tukang jualan pisang atau jadi bahan meme foto keluarga, kayaknya dia perlu lakukan 5 hal berikut ini.

Lagi-lagi, Kaesang Pangarep tidak muncul di foto keluarga yang di-share Jokowi melalui akun media sosialnya. Walaupun tetap di-mention, ketiadaan Kaesang kali ini benar-benar perlu dicatat karena memang hanya dirinya yang tidak ada dalam kebersamaan di Istana Bogor dan dipotret oleh Tompi itu.

Gibran Rakabuming Raka lengkap bersama istri dan pemuda idaman jutaan warga: Jan Ethes Srinarendra. Kahiyang Ayu juga ada bersama suami, dengan Sedah Mirah digendong oleh Ibu Iriana. Semuanya mengitari Jokowi dalam kebersamaan, sementara Kaesang hanya disenggol via mention belaka. Kan, sedih.

Situasi Kaesang Pangarep jelas berbeda dengan anak laki-laki termuda maupun anak bungsu Presiden lainnya di Indonesia. Kayak Hutomo Mandala Putra—misalnya—yang sejak kecil begitu rajin mengikuti aktivitas orangtuanya.

Kenangan kebersamaan keluarga Pak Harto memang mudah kita temui di akun Instagram Mbak Tutut sehingga kita mudah melihat betapa pria yang kerap disapa Tommy Soeharto itu begitu lengket dengan orangtuanya. Ada juga Edhie Baskoro Yudhoyono alias Ibas yang begitu dekat dengan karier politik sang ayah di Partai Demokrat.

Nah, agar Kaesang lebih dikenal sebagai seorang anak presiden alih-alih sekadar tukang jualan pisang, sesungguhnya dia perlu melakukan beberapa hal berikut ini. Semua hal yang perlu untuk kehidupan Kaesang di masa depan agar diakui sebagai anak presiden.

1. Jadi Trader Minyak di Singapura

Kita ketahui bahwa Kaesang Pangarep sedang kuliah di Singapura. Dari posisi itu saja, Kaesang sebenarnya sangat bisa mengambil momen. Dulu di Singapura kita mengenal perusahaan yang bernama Petral, sebuah perusahaan yang memiliki peran signifikan dalam distribusi dan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) di Indonesia. Petral sendiri kita kenal memang bermarkas di Singapura sebelum diobrak-abrik Jokowi bersama Sudirman Said dan Faisal Basri.

Dengan posisinya yang masih di-mention oleh Presiden, sebenarnya Kaesang bisa mulai merintis perusahaan trading minyak di Singapura. Sahamnya cukup 20% saja terlebih dahulu, nanti tinggal kerja sama dengan 9 Naga termasuk Naganya Indosiar. Melalui kedekatan emosional dengan Presiden, Kaesang bisa mengutip sekian dolar per barel minyak yang diimpor oleh Indonesia melalui Singapura.

Pada saat yang sama, mengingat produksi BBM di Indonesia tidak lagi seperti era Orde Baru, maka Kaesang bisa juga memperluas cakupan ke minyak-minyak lainnya, seperti minyak beruang Makassar, minyak tawon, sampai minyak kutus-kutus.

2. Membeli Maskapai

Sebagai anak Presiden, Kaesang bisa mulai membuat perusahaan yang kira-kira diberi nama Kampass (Kaesang Pangarep Super Star). Lewat perusahaan ini, Kaesang bisa masuk ke salah satu industri paling berat di tanah air: penerbangan.

Kita tahu bahwa usaha penerbangan di Indonesia itu dibutuhkan sekali. Dalam wawancara dengan wartawan kurang baik, Lord Edy Rahmayadi bahkan menyebut soal luasnya Indonesia sebagai penyebab sulitnya pemberantasan mafia bola.

Konektivitas Indonesia jelas sangat tergantung pada transportasi udara. Masalahnya, pelaku bisnis di bidang itu justru cenderung minim. Lihat saja, di Bandara Soekarno-Hatta, kita melihat benar dominasi Lion Group lewat Lion Air, Batik Air, dan Wings Air, serta Garuda Indonesia Group melalui Garuda Indonesia dan Citilink. Belakangan, Garuda sekarang menjalankan operasinya Sriwijaya Air dan NAM Air. Kita butuh pemain baru yang mapan di bidang ini!

Untuk itu, melalui Kampass, Kaesang bisa mengakuisisi beberapa maskapai yang sedang mati suri atau kembang kempis, untuk bisa seperti perusahaan legenda Indonesia bernama Sempati Air, yang sempat menyeruak dominasi bisnis penerbangan di Indonesia.

3. Monopoli Pisang

Jokowi sempat salah menyebut dagangan Kaesang sebagai pisang goreng, padahal kan pisang naget. Hal ini menandakan bahwa bisnis Kaesang sebenarnya tidak terpantau detail oleh Jokowi. Agar lebih diperhatikan, Kaesang perlu memikirkan untuk membuat Badan Penyangga dan Pemasaran Pisang (BPPP), kalau perlu mengusulkan Peraturan Presiden pendukungnya sekalian.

Melalui BPPP, Kaesang bisa mengelola tata niaga pisang di seluruh Indonesia. Kita cukup sering tidak mendapati pisang ketika hendak membeli crepes atau martabak manis.

Apalah artinya coklat dan keju tanpa pisang?!11!1!1!

Keberadaan BPPP akan sangat membantu memastikan pasokan pisang ke seluruh bakul martabak yang ada di Indonesia, termasuk Markobar. Melalui BPPP, maka seluruh petani pisang harus melakukan transaksi via satu pintu. Dan pada saat yang sama, semua produsen pisang olahan kudu membeli pisang dari BPPP dengan harga yang kompetitif.

Jadi nanti termasuk bakul oleh-oleh keripik pisang di Lampung, kudu beli dari BPPP. Penjual pisang kapik di sekitar Jam Gadang juga akan mendapat pasokan pisang dari BPPP. Hingga kemudian cakupan gurita BPPP bisa merambat pada penyediaan pakan di kebun binatang hingga burung peliharaan.

4. Merintis Usaha Petro Kimia

Sebagai anak Presiden, Kaesang dapat menjadi mitra bagi para pengusaha untuk bisa mendapatkan pinjaman dari bank. Kalau perlu pinjamannya hingga 1,3 Triliun. Namanya anak Presiden kan ya pasti dikasih, toh?

Nanti, sesudah pinjaman cair dan digunakan untuk pembangunan pabrik—yang nilainya di-mark up—maka Kaesang bisa menarik bagiannya dan meninggalkan perusahaan tersebut.

Untuk penamaan perusahaan, saya mengusulkan Kaesang menggunakan nama “Kunci Mas” dan bekerja sama dengan beberapa alternatif tokoh, antara lain Lord Edy atau Eddy Soepono alias Ariel atau bahkan sosok yang beberapa waktu silam dicari oleh Ari Kriting melalui keajaiban Twitter, Eddy Tansil.

5. Mendirikan Partai Berjuang

Kira-kira 32 tahun lagi, Kaesang Pangarep mungkin sudah dilupakan oleh masyarakat. Nah, untuk dapat membuat publik mengenalnya kembali, Kaesang dapat membuat partai saja untuk mengikuti Pemilu tahun 2054.

Nanti di partai itu, Kaesang akan menjadi ketua partai dengan juga menarik Gibran sebagai Ketua Dewan Pakar dan Kahiyang Ayu sebagai Ketua Dewan Pembina. Jan Ethes juga sudah bisa dikader sebagai caleg nomor urut 1 di Daerah Pemilihan (Dapil) dengan persaingan ketat. Kaesang bahkan juga bisa turun tangan dengan jadi caleg nomor urut 1 di Papua misalnya.

Nah, untuk nama partainya saya sarankan diberi nama “Partai Berjuang” saja. Ya biar agak mirip-mirip gitu dengan nama partai yang antarkan bapaknya jadi presiden.

Exit mobile version