Jika Datang ke Sidang Skripsi Teman, Apakah Sidangku Kelak Juga Ramai?

MOJOK.CO Saya pengin sidang skripsi saya tidak suwung, jadi saya selalu datang ke sidang teman. Tapi kok, kenapa sampai sekarang skripsi saya nggak selesai juga? Terus, saya sidangnya kapan?

TANYA

Halo Mojok yang selalu berbahagia di mana pun berada….

Perkenalkan dulu, namaku Bejo. Seorang mahasiswa yang namanya bertolak belakang dengan nasibnya. Aku sedang sial-sialnya nih, Jok. Skripsiku nggak selesai-selesai, padahal ya konsul ke dosen pembimbing setiap seminggu sekali rutin aku lakukan. Tapi ya gimana lagi, emang nasib sial. Ya, kan?

Di saat aku masih berkutat dengan nasib sial, satu persatu teman-temanku mulai meninggalkan kampus alias lulus.  Bahkan, teman terdekatku, yang selama ini nasibnya nggak beda-beda jauh sama aku, akan menjalani sidang juga dalam waktu dekat ini. Setelah menjalani sidang skripsi dan dinyatakan lulus, serta urusan revisian telah selesai, kebanyakan dari mereka langsung kembali ke kampung halaman.

Ketika temanku sidang, aku harus menghadiri sidang mereka dan membawakan bingkisan untuk mereka. Semua itu aku lakukan demi pertemanan dan menghindari suwung-nya sidang skripsiku kelak.

Pasalnya aku masih percaya pepatah kekinian, ora srawung sidangmu suwung, Lur. Namun terkadang ketika menghadiri sidang skripsi tersebut, membuat hatiku nggerus dan terbesit pertanyaan, “Kapan giliranku? Kapan?”

Selain itu, pertanyaan lain yang terngiang-ngiang di dalam pikiranku adalah apakah setelah teman-temanku menyelesaikan urusan perkampusan lalu pulang ke kampung halaman, mereka akan tetap menghadiri sidangku atau malah abai sama sekali?

Langsung saja Jok, aku mau tanya, apakah menurutmu sebaiknya aku tetap menghadiri sidang teman-temanku atau tetap di rumah saja, toh belum tentu mereka menghadiri sidangku juga kan?

Matur nuwun Jok atas jawabannya.

JAWAB

Hai Bejo yang merasa hidupnya nggak bejo. Dari caramu mengenalkan diri, sepertinya kamu sudah memandang hidupmu memang tidak beruntung. Lha, kalau kamu memandang hidupmu sendiri saja nggak beruntung, bagaimana kamu bisa mendapatkan keberuntungan?

Bejo, nggak ada sesuatu yang dapat dikatakan sial, jika kamu sudah mengusahakan mencapai sesuatu dengan serius. Yang perlu kamu pahami, setiap orang memang memiliki proses yang berbeda untuk meraih apa yang dia inginkan, dan…

tidak pernah ada yang sia-sia dengan sebuah proses.

Jika saat ini skripsimu nggak kelar-kelar meskipun kamu udah rajin bimbingan, nggak perlu menyalahkan keadaan. Pasalnya, itu tidak akan dapat mengubah apa-apa. Lebih baik kamu fokus dengan apa yang dapat kamu maksimalkan supaya skripsimu bisa kelar.

Btw, saya agak nggumun. Saya kira yang pengin sidang skripsi atau wisudanya semarak itu cuma perempuan. Biar kalau foto-foto nggak kelihatan suwung sehingga jadi kece kalau dijadiin konten Instagram. Eh, ternyata cowok ada juga, ya? Duh, maaf ini, saya uda nge-judge gender dengan asal-asalan.

Mengenai kebimbanganmu untuk datang ke sidang skripsi teman, saya cukup memahaminya. Terkadang kita memberikan sesuatu kepada orang lain bukan betul-betul ingin memberikannya—apapun itu, baik waktu, tenaga, moril, maupun materiil. Namun, kita memberikan sesuatu karena sebetulnya berharap, suatu saat nanti mereka pun akan memberikan hal—yang setidaknya—sama kepada kita.

Apakah ini salah? Oh, tentu saja tidak. Ini adalah sesuatu yang manusiawi.

Hal yang sederhana sajalah, seperti kita nge-love foto seseorang di Instagram, terkadang kita tidak peduli dengan apa yang mereka bagikan. Namun, kita nge-love karena kita berharap dia pun akan melakukan hal yang sama. Ini tentu saja berlaku jika kalian sudah saling follow-followan.

Bejo, ada seorang teman yang pernah bercerita kepada saya. Dia selalu berusaha datang ke sidang atau wisuda temannya, plus berusaha untuk membawakan hadiah—sesederhana apapun itu—untuk menghormatinya. Apa yang dia lakukan itu sebetulnya karena dia pernah melihat seorang kakak tingkatnya yang diwisuda. Ketika itu, kakak tingkatnya itu nampak tidak didatangi oleh satu pun temannya. Si kakak tingkatnya ini juga tidak terlihat membawa hadiah apapun.

Sejak saat itu, ia bertekad mulai menjalin banyak pertemanan, hanya karena: dia tidak ingin sidang atau wisudanya nanti, suwung.

Baginya, didatangi banyak orang, akan menjadikannya merasa bukan sekedar mahasiswa biasa. Namun, mahasiswa dengan pergaulan luas dan bebas.

Nah, itu artinya apa Bejo yang baik? Jika kamu memang tidak ingin sidang skripsimu nanti suwung, berarti jangan hanya fokus mengumpulkan investasi dari teman-teman seperjuanganmu saja. Namun, juga dari adik tingkat, pegawai di Fakultas, kalau perlu juga ibu-ibu yang jualan di kantin. Ini supaya di hari ‘bahagia sesaatmu’ nanti, kamu mendapatkan limpahan selamat.

Tapi yang bikin saya heran, kok kamu ini galaunya cuma sebatas apakah nanti waktu sidang skripsi didatengi banyak orang atau tidak, sih?

Memangnya, nggak ada kegalauan yang lebih keren sedikit kah? Semacam, kebimbangan mau ngapain setelah lulus kuliah nanti? Lanjut kuliah lagi, kerja, atau malah nikah? Fyi, di dalam tiga pilihan tersebut, masih tersimpan begitu banyak pilihan-pilihan lagi, loh. Serius nih kamu cuma pengin galauin sebuah eksistensi diri pas habis sidang doang?

Bejo, ngomong-ngomong nih, jumlah orang yang datang di sidang dan wisudamu, nggak ada pengaruh ya signifikan loh buat masa depanmu nanti. Kecuali sekedar bentuk eksistensi di media sosial, bahwa kamu adalah anak hits dan populer. Ya ya ya, asal kamu tahu aja, sih—ya, siapa tahu kamu nggak tahu.

Mengapa?

Pasalnya, bisa jadi kedatangan mereka di sidangmu itu ya seperti kamu. Datangnya bukan betul-betul ingin mengucapkan selamat dan ikut berbahagia atas pencapaianmu. Namun, kedatangan mereka sebetulnya, ya pengin didatengin juga sama kamu waktu mereka sidang atau wisuda nanti. Situ, paham nggak?

Jadi, lebih baik sekarang dilurusin aja niatnya. Datanglah ke mereka, kalau kamu memang betul-betul pengin mengucapkan selamat atas pencapaiannya. Jika temanmu ini memang telah berjasa banyak untuk hidupmu, dan tidak elok rasanya jika kamu tidak datang di hari ‘bahagia sesaatnya’ itu.

Tidak perlu juga kamu terpaksa membawa bingkisan aneh-aneh jika memang kamu tidak ingin memberikan sesuatu. Apalagi kalau keuanganmu sedang pas-pasan. Percayalah, kehadiranmu yang ikhlas tanpa mengharap imbalan apa-apa itu, sudah sangat menyenangkan.

Jika kamu sudah dapat mengendalikan hal ini dan lebih belajar untuk nothing to lose, tentu saja kamu akan merasa lebih tenang dan damai. Kamu tidak perlu menghabiskan tenaga untuk mengharapkan sesuatu yang tidak seharusnya menjadi prioritasmu. Akan lebih baik, kamu memberikan fokusmu untuk hal lain yang lebih berfaedah semisal, masa depanmu itu mau diapain, Bejo?

Exit mobile version