Tahu Apa Kamu tentang Apa yang Bikin Cewek Bahagia?

Tanya

Teruntuk Cik Prim dan Gus Mul di tempat.

Surat ini saya buat dalam keadaan setengah sadar dan tertekan serta mendapat paksaan dari hati dan nalar untuk memutuskan manakah di antara keduanya yang harus didengarkan.

Saya sudah hampir tiga tahun menjalani hubungan dengan pasangan saya yang sekarang, sebut saja namanya Chelsea Islan. Layaknya pasangan sedang kasmaran, cinta kami makin hari makin serius, dan kami telah berencana menghalalkannya kelak.

Kemudian, peristiwa yang tidak mengenakkan itu datang. Saya mendengar kabar tersebut dari sahabat pacar saya: Chelsea akan dijodohkan orang tuanya, entah kenapa. Padahal selama ini saya kenal baik dengan bapak dan ibu Chelsea. Mungkin mereka menganggap hubungan kami cinta monyet semata.

Chelsea sendiri tidak bilang dia akan dijodohkan, entah untuk menjaga perasaan saya atau mungkin dia diam-diam mempertimbangkan pilihan dari orang tuanya. Yang pasti, saya yakin Chelsea sangat mencintai saya. Itu terbukti ketika saya memutuskannya sebulan setelah saya diberhentikan dari tempat kerja. Dia menangis dan tak rela, bahkan sesekali dia tetap datang ke kosan saya untuk mengantarkan makanan, hingga akhirnya kami berdua balikan. Bukan karena kasihan, tapi saya memang masih sayang.

Namun, lama-lama saya berpikir, kalau saya mencintai Chelsea, harusnya saya tak mau dia hidup susah dengan masa depan yang tak pasti seperti yang saya miliki. Pasti dia akan lebih bahagia kalau jodohnya seorang lelaki baik lulusan akademi kepolisian pilihan orang tuanya itu.

Bukankah Gus Mul pernah bilang, membangun cinta itu pakai perasaan, tapi mempertahankannya tetap harus pakai penghasilan. Saya takut cinta yang sudah kami bangun berdua sedikit demi sedikit akan luntur karena penghasilan saya yang pas-pasan. Untuk itu saya ingin meminta pencerahan, apakah definisi dari mencintai seseorang?

Saya pernah meminta petuah pada Kang Emil sebagai bapak wali kota yang selalu mendengar keluh kesah rakyatnya, tapi dia menganjurkan agar saya menjomblo saja. Kali ini saya ingin meminta petuah dari Cik Prim dan Gus Mul yang saya yakin lebih bijak dalam memberikan saran.

Tertanda

Kasir minimarket yang baru diterima kerja dan tak pernah bosan menawarkan pulsa

Jawab

Kasir baik hati yang saking baiknya sampai hobi sekali menawarkan pulsa ….

Begini, ya, tidak semua orang suka ditawari pulsa sebagaimana tidak semua orang senang mendapatkan ucapan selamat datang di blablabla ketika masuk suatu tempat. Cobalah sekali-sekali bilang hal ini ke atasanmu, “Sir, cukuplah ucapan selamat datang itu diwakili oleh plang atau tulisan di atas pintu atau di keset atau semacamnya. Tidak perlu semua penjaga menyambut setiap pelanggan dengan ucapan tersebut. Memangnya minimarket itu semacam pernikahan keluarga kerajaan?”

Di era Snapchat ini, basa-basi hanya boleh tinggal 1 x 24 jam dalam hubungan antarpersonal. Lebih dari itu, basa-basi hanya layak mengisi tong sampah. Karena basa-basi yang diulang-ulang itu menyebalkan. Sama menyebalkannya dengan temanmu yang setiap hari posting bubur ayam di insta story-nya.

Kasir baik hati yang saking baiknya sampai hobi sekali menawarkan pulsa ….

Padahal tidak semua orang suka ditawari pulsa. Padahal tidak semua orang yang mampir ke minimarketmu punya waktu untuk basa-basi “Sekalian pulsanya, Kak?”. Sebagian besar orang ke minimarket itu tahu mau beli apa. Bahkan kebanyakan dari mereka tahu mau ambil apa dan harus ke rak mana.

Perhatikanlah, Sir, sedikit sekali pelangganmu yang mau berlama-lama memilih barang. Ya, ada, ada tipe-tipe orang yang suka berlama-lama di minimarket hanya untuk melihat kemasan pelbagai barang, atau mengamati dengan teliti cat-cat pada rak. Tetapi, sekali lagi, itu sedikit sekali. Kebanyakan adalah orang-orang yang tahu pasti apa yang dibutuhkannya dan ingin pulang sesegera mungkin untuk memakan atau memanfaatkan barang belian tersebut.

Bayangkan kamu sudah berumah tangga dengan pacarmu yang sekarang dan istrimu hamil dan mengidam salah satu ciki kesukaan Agus Mulyadi: Chitato. Istrimu mengultimatum, Chitato itu harus sudah ada di tangannya dalam lima menit. Sementara jarak antara rumahmu dan minimarket paling cepat ditempuh dalam tujuh menit. Kamu tentu akan memikirkan segala cara untuk memenuhi permintaan tersebut. Mulai dari bantuan jin ifrit sampai buraq. Dan tentu saja kamu akan mengebom semua orang yang menghalangi langkahmu, termasuk yang tega-teganya bertanya: “Sekalian pulsanya, Kak?”

“Sekalian bom molotov,” kira-kira akan begitulah jawabanmu. “Buruan, Setan!”

Bayangan di atas hanya contoh ekstrem. Intinya pengendalian diri. Pengendalian diri agar tidak muntab di waktu-waktu yang tidak bersahabat. Pengendalian diri agar jangan memaksakan sesuatu yang tidak diinginkan orang. Intinya pengendalian diri. Bukan pengadilan agama.

Kasir baik hati yang saking baiknya sampai hobi sekali menawarkan sumbangan dari uang kembalian atau menawarkan permen sebagai ganti recehan ….

Saya punya teman. Teman sepermainan. Di mana ada dia, selalu ada saya. Kami bukan teman tapi mesra dan bukan pula jenis hubungan kami yang relevan di sini.

Teman saya ini sering sekali mendumel karena dikasih permen sebagai ganti kembalian dan atau uangnya secara semena-mena dijadikan sumbangan ke entah siapa. Permen-permen itu tak satu pun ia kunyah, dan teman-temannya tak diperbolehkan menyentuh. Sampai suatu hari ketika permennya sudah memenuhi satu stoples, ia pergi ke minimarket langganannya dengan stoples tersebut dan langsung ke meja kasir. Kelanjutannya hanya keributan yang tak perlu diceritakan dan permen itu ia taburkan di meja kasir.

Teman saya itu adalah saya. Sengaja saya pakai orang ketiga supaya lebih dramatis.

Lalu mana jawaban untuk pertanyaanmu?

Kalau benar ceritamu tentang tangis pacarmu saat kalian putus dan usahanya mendatangimu setelah itu bahkan membawakan makanan, seharusnya kamu tak perlu menakutkan apa-apa lagi. Dan kalau benar kamu mencintai Chelsea, pacarmu, kamu pasti akan berusaha sekuat tenaga membahagiakannya. Perkiraanmu bahwa ia “akan lebih bahagia kalau jodohnya seorang lelaki baik lulusan akademi kepolisian pilihan orang tuanya” adalah perkiraan seorang pengecut. Bukan itu yang ia inginkan ada di batok kepalamu, bukan itu pula yang yang ia inginkan kamu ucapkan. Bukan pula jenis lelaki yang cepat menyerah yang ia ingin lihat darimu. Ia pasti jatuh cinta karena suatu alasan, karena ada kualitas tertentu dalam dirimu yang ia inginkan terus ada dan berkembang. Sekali engkau menyerah, kualitas-kualitas itu akan musnah.

Karena lusa Mojok akan bubar, saya akan kasih kamu nasihat serius. Jangan sok tahu tentang apa yang bisa bikin cewek bahagia, seperti tawaran pulsa dan tawaran permen dan tawaran sumbangan yang menyebalkan itu. Cukup jadi gentleman, itu saja.

Salam sayang dan selamat tinggal.

Cik Prim

N.B.: Ya, ini #CurhatMojok terakhir dan saya dan Gus Mul rasanya tidak perlu lagi menawari Anda mengirim curhat ke redaksi@mojok.co. Sampai jumpa di kehidupan kedua. Mimpi itu … dari mana datangnya ….

Exit mobile version