Aku Diselingkuhi, Tapi Aku Tak Mau Putus

putus

Curhat

Dear Mojok,

Perkenalkan, nama saya Intan, saya adalah seorang mahasiswi tingkat akhir yang sekarang sedang sibuk dengan skripsi. Oh ya, btw saya adik tingkatnya salah seorang kru Mojok, lho… hehehe, nggak penting ya, yaudah.

Jadi begini, Mojok. Saya punya masalah asmara yang menurut saya cukup pelik. Sangat pelik, malah. Saya punya seorang pacar. Yah, sebut saja namanya Tomo. Tomo ini sudah pacaran dengan saya sejak tiga tahun yang lalu.

Dari semua pria yang pernah saya pacari, bagi saya, Tomo inilah yang terbaik. Walau nggak cakep-cakep banget, tapi Tomo ini lelaki yang cerdas, ia selalu punya banyak cara untuk bikin saya seneng. Dari mulai ngasih hadiah-hadiah kecil namun berkesan, sampai selalu mengirimi saya pesan-pesan romantis yang walaupun norak tapi selalu bisa membikin saya klepek-klepek kaya ikan mujaer dalam jaring.

Nah, masalahnya adalah, beberapa waktu yang lalu, saya memergoki Tomo selingkuh. Saya marah sekali pada dia. Dia kemudian meminta maaf dan berjanji untuk tidak akan mengkhianati saya lagi.

dasar saya perempuan yang pemaaf dan nggak tegaan, dia saya maafkan. Namun betapa kecewanya saya, setelah saya maafkan, Tomo ternyata kembali selingkuh. Dan lagi-lagi, dia meminta maaf untuk yang kedua kalinya.

Permintaan maaf yang pertama, saya masih bisa menerima, namun untuk permintaan maaf yang kedua, saya begitu sulit untuk menerimanya. Maklum, diselingkuhi adalah hal yang sangat menyakitkan.

Kini, saya berada dalam kebimbangan yang begitu dalam. Saya tak mau menjalin hubungan dengan pria yang tidak setia. Ingin rasanya saya memutus Tomo karena sikapnya yang merendahkan komitmen kami. Namun, walau begitu, rasanya sangat berat jika saya harus memutuskan hubungan dan berpisah dengannya. Saya sudah kadung nyaman sekali dengan Tomo. Lagipula, kami kan sudah pacaran tiga tahun. Saya takut, kalau kami putus, saya tidak bisa menemukan lelaki yang seperti Tomo.

Menurut Mojok, kira-kira langkah apa yang harus saya ambil.

~Intan

 

Jawab

Dear, Intan.

Kalimat “Bagi saya, Tomo inilah yang terbaik” adalah bukti yang jelas, bahwa sampeyan pernah berada dalam fase yang begitu menganggap Tomo sebagai lelaki yang begitu sempurna. Akui saja.

Dan ternyata, saya dan sampeyan kemudian sama-sama tahu, bahwa Tomo ternyata tidak sebaik yang sampeyan pikirkan. Ia ternyata selingkuh, ia ternyata berkhianat, ia ternyata merusak komitmen.

Pelajaran apa yang bisa diambil dari hal ini? Bahwa tidak ada yang namanya terbaik. Sekali lagi, tidak ada.

Status terbaik selalu bersifat sementara, sampai ia mendapat lawan yang lebih baik.

Hal ini seharusnya menjadi sebuah pertimbangan berharga bagi sampeyan.

Intan, dalam menjalin hubungan, tak ada yang lebih penting ketimbang komitmen. Mau semanis apa pun, seromantis apa pun, bahkan sebaik apa pun lelaki (dan perempuan), kalau sudah berani mengkhianati komitmen, maka ia layak untuk ditinggalkan. Komitmen itu di atas segalanya.

Dengan menggunakan parameter tersebut, kalau saya harus memberi saran, maka tentu saja saya menyarankan untuk langsung saja memutus Tomo. Tanpa ragu.

Banyak orang takut untuk memutuskan hubungan dengan seseorang karena khawatir tak akan bisa mendapatkan ganti yang lebih baik, minimal setara. Tentu saja itu hanyalah soal kekhawatiran.

Saya pernah punya kawan perempuan yang sangat sedih karena ia putus dengan pacar yang selama ini ia anggap sebagai lelaki yang sangat ideal baginya. Nyatanya, setelah lama berpisah dan mulai terbiasa, kawan saya ini akhirnya menemukan lelaki yang jauh-jauh-jauh lebih baik dan lebih ideal ketimbang pacarnya dahulu.

Manusia memang sering lebih takut pada kekhawatiran buruk atas masa lalu ketimbang berani untuk menghadapi kemungkinan baik atas masa depan.

Ya, kalau sampeyan memutus Tomo, sampeyan memang tidak akan bisa menemukan lelaki yang seperti Tomo. Sebab apa? Sebab sampeyan justru akan menemukan lelaki yang jauh lebih baik dari Tomo. Yang bisa memberikan hadiah-hadiah besar (bukannya hadiah-hadiah kecil seperti yang diberikan oleh Tomo), sampai mengirimkan pesan-pesan romantis yang jauh lebih tidak norak ketimbang pesan yang pernah dikirimkan Tomo.

Gimana, masih ragu untuk memutuskan Tomo?

Exit mobile version