Undian Liga Champions: Karisma Virgil van Dijk dan Patahnya Duodrama Ronaldo-Messi

Undian Liga Champions: Kharisma Virgil van Dijk dan Patahnya Duodrama Ronaldo-Messi MOJOK.CO

MOJOK.COVirgil van Dijk, Ronaldo, dan Messi sukses menyelamatkan acara undian Liga Champions. Untuk sekali lagi, mewarnai panggung drama di musim yang baru.

Hasil undian Liga Champions menghasilkan pembagian grup yang tidak terlalu berkesan. Bukan, bukan karena Arsenal, tim yang saya dukung saat ini menjadi “penilik dan pengawas” saja, tetapi karena tidak ada grup yang betul-betul menjanjikan drama.

Boleh saja kalau kamu mengatakan Grup A yang diisi Paris Saint-Germain dan Real Madrid bakal seru. Setidaknya seru di luar lapangan, tepatnya di meja perundingan, ketika Real Madrid sempat berusaha sangat keras untuk mendapatkan tanda tangan Neymar. Well, UEFA memang suka begitu ketika menggelar “undian” Liga Champions.

Selama satu dekade terakhir, undian Liga Champions terasa sudah diskenario. Undian Liga Champions, biasanya, mempertemukan klub-klub dari pot 1 dan pot 2 yang punya “sejarah”. Bisa soal rivalitas, kisruh pelatih, mempertemukan mantan pemain dengan klubnya, dan lain sebagainya. Namun, kali ini, hampir semua grup terasa datar-datar saja.

Acara undian Liga Champions justru terasa lebih “menggairahkan” ketika Virgil van Dijk mencuri lampu sorot. Bukan cuma van Dijk, dua pemain yang selama ini mendominasi panggung penghargaan, Cristiano Ronaldo dan Lionel Messi yang berhasil mencuri perhatian. Tiga pemain ini menolong acara undian Liga Champions yang membosankan.

Karisma Virgil van Dijk di acara undian Liga Champions

Sebelum mengawali poin ini, izinkan saya mewakili para fans Liverpool untuk mengucapkan terima kasih sedalam-dalamnya kepada Philippe Coutinho. Kalau bukan karena “cinta buta” dan kebodohan Coutinho, bisa jadi, Liverpool kesulitan memboyong dua pemain kunci mereka saat ini; Virgil van Dijk dan Alisson Becker.

Baik van Dijk maupun Alisson seperti roda gigi yang hilang dari mesin besar bernama Liverpool. Selama ini, gerak gerigi-gerigi mesin Liverpool seperti tak mampu berputar. Antara gerigi satu dengan lainnya seperti terpisah jarak, tak bisa saling menggapai dan menggerakkan. Van Dijk dan Alisson menjadi dua gerigi yang di-install di tengah mesin besar itu; menggerakkan dan menguatkan.

Saya masih ingat betul malam pembantaian itu. Desember 2013, ketika Neymar yang masih berseragam Barcelona merobek pertahanan Celtic. Skor besar tercipta, 6-1, untuk kemenangan Barcelona dan van Dijk, sebagai bek tengah Celtic, merasakan malam memalukan itu secara langsung. Sejak saat ini, namanya sedikit tenggelam, sebelum akhirnya hengkang ke Southampton.

Saya tidak tahu pastinya, tetapi di mata saya, van Dijk tidak pernah melupakan malam memalukan itu. Ia seperti betah memanggul rasa malu di pundaknya. Rasa malu yang menjadi pemacu perkembangannya hingga akhirnya dibeli Liverpool. Dan bersama Liverpool, van Dijk menjadi salah satu bek terbaik di dunia untuk saat ini.

Kharisma van Dijk yang memancar saat ini adalah gambaran manusia yang tidak pernah melupakan rasa kekalahan. Mereka yang tidak pernah merasakan kalah, tidak akan tahu nikmatnya keberhasilan. Mereka yang pernah merasakan kalah, tidak akan punya motivasi untuk menjadi yang terbaik.

Acara undian Liga Champions sebetulnya sudah selesai ketika van Dijk naik ke atas panggung untuk menerima penghargaan pemain terbaik 2019 versi UEFA. Ini bentuk penghargaan tertinggi yang membuat malam acara undian Liga Champions setidaknya tidak terlalu membosankan. Sebuah momen yang juga menjadi penegasan senjakala duodrama Cristiano Ronaldo dan Lionel Messi.

Tutup tirai duodrama Ronaldo dan Messi

Acara malam undian Liga Champions juga diselamatkan oleh pesona Ronaldo dan Messi. Mungkin, lebih tepatnya, sisa-sisa pesona dari dua pemain terbaik di dunia saat ini. masihkah kamu sibuk mempertentangkan siapa yang lebih baik di antara Ronaldo dan Messi? Sungguh pekerjaan bodoh.

Ronaldo dan Messi adalah yang terbaik. Mereka duduk di singgasana yang sama. Mereka menjadi “yang terbaik” dalam interpretasi masing-masing. Ronaldo dan Messi tidak bisa diperbandingkan. Titik.

Namun, selalu akan ada ujung di setiap romansa. Selalu ada akhir dari semuanya. Saat ini, dengan sisa-sisa pesona yang ada, Ronaldo dan Messi masih yang terbaik, di klub masing-masing yang mereka bela. Keduanya pun sudah sadar kalau mereka bukan lagi yang terbaik di dunia.

Duodrama yang dipentaskan sepak bola dengan Ronaldo dan Messi sebagai lakon sudah hampir tutp tirai. Saat ini, drama sepak bola tak lagi punya dua pemeran saja. Lahun lalu, gelar Ballon d’Or diterima Luka Modric. Ronaldo dan Messi hanya bisa menyaksikan pemain asal Kroasia mengangkat penghargaan tertinggi dari tepi panggung.

Tahun ini, Virgil van Dijk menjadi yang terbaik dan tidak bisa dibantah. Kharisma dan kualitas diri van Dijk menyempurnakan dan mendorong Liverpool berkembang melebihi batas yang sebelumnya mereka rasa tidak bisa lagi diterobos. Sekali lagi, Ronaldo dan Messi hanya bisa menyaksikan keajaiban itu dari tepi panggung.

“Kami sudah berbagi panggung ini selama 15 tahun, saya dan dia. Saya tidak tahu apakah yang seperti ini bisa terjadi lagi di sepak bola. Dua laki-laki yang di panggung yang sama untuk waktu yang lama. Tidak mudah bagi kami untuk bisa sampai pada titik ini…tentu saja saya rindu bermain di Spanyol. Kami pernah bertarung selama 15 tahun dan hal itu menjadi pendorong kami. Rasanya sangat bangga bisa menjadi bagian dari sejarah sepak bola, bagi saya dan dia tentu saja,” kata Ronaldo.

Messi, di sebelahnya hanya tersenyum saja mendengar kalimat Ronaldo. Namun, dari mata dan ekspresi Messi kita bisa menemukan kalau dirinya mengamini kalimat Ronaldo. Keduanya mewarnai dan memanaskan La Liga dan sejarah sepak bola itu sendiri.

Terberkatilah kamu semua yang menjadi saksi puncak performa Ronaldo dan Messi. Melihat keduanya saling mendorong menjadi yang terbaik. Menjadi dua pemain yang tidan akan bisa digapai oleh pemain lain. kini, keduanya tetap akan menjadi protagonis, untuk klub masing-masing. Saatnya dunia menyambut “yang terbaik” dalam sosok yang berbeda.

Virgil van Dijk, Ronaldo, dan Messi sukses menyelamatkan acara undian Liga Champions. Untuk sekali lagi, mewarnai panggung drama di musim yang baru.

BACA JUGA Liverpool Menjadi Manusia Unggul Bersama Jurgen Klopp atau tulisan Yamadipati Seno lainnya.

Exit mobile version