MOJOK.CO – Yang namanya manusia kadang khilaf. Jadi, tolong Luis Milla dan timnas Indonesia diwasap dan diberitahu perihal tiga saran melawan Uni Emirate Arab ini.
Timnas Indonesia menutup babak putaran grup Asian Games 2018 dengan meriah. Kemenangan atas Hong Kong dengan skor 3-1 mengantar timnas Indonesia menempati posisi pertama menggeser Palestina dan sukses mengantar skuat asuhan Luis Milla melaju ke babak 16 besar. Untuk babak sistem gugur ini, timnas Indonesia sudah ditunggu Uni Emirate Arab (UEA).
Inilah fase kedua dari misi timnas Indonesia di Asian Games 2018. Untuk pentas olahraga Asia kali ini, timnas sepak bola ditarget masuk babak semifinal. Bukan misi yang mudah mengingat lawan-lawan yang semakin berat di babak sistem gugur. Namun, paling tidak, dengan sampai di babak 16 besar, titik terang dari misi itu sudah semakin terlihat. Syaratnya begitu mudah, yaitu tinggal mengalahkan Uni Emirate Arab saja.
Namun, syarat yang terlihat begitu mudah itu tak sepenuhnya benar. Timnas Indonesia akan seperti bertanding dengan “mata tertutup”. Seperti penuturan Luis Milla, timnas Garuda Muda buta dengan kekuatan Uni Emirate Arab. Situasi jenis ini sungguh riskan di dunia sepak bola karena kamu tak bisa sepenuhnya menyiapkan strategi terbaik.
Untuk membantu timnas Indonesia di babak 16 besar Asian Games 2018 menghadapi Uni Emirate Arab, Mojok Institute merangkum tiga persiapan paling sederhana.
1. Luis Milla harus memainkan skuat terbaik untuk menghadapi Uni Emirate Arab.
Timnas Indonesia sudah melewati empat pertandingan di babak putaran grup dengan hasil tiga kali menang dan satu kekalahan. Timnas asuhan Luis Milla ini menang dari China Taipei (skor 4-1), Laos (3-0), dan Hong Kong (3-1). Sementara itu, melawan Palestina, timnas Indonesia mengalah kepada “saudara seperjangan” dengan skor akhir 1-2.
Hal apa yang bisa diambil dari empat pertandingan tersebut? Pertama, timnas selalu menang ketika Beto Goncalves bermain sejak awal dan bermain berdekatan dengan Stefano Lilipaly. Kombinasi keduanya sudah paten. Luis Milla boleh mengubah komposisi dua penyerang sayap kanan dan kiri. Namun, jangan pernah mengubah komposisi terbaik di lini depan.
Untuk mengontrol lini tengah, nama Zulfiandi dan Hargianto patut menjadi pemain utama. Sulitnya memainkan keduanya dengan Evan Dimas patut menjadi catatan. Zulfiandi dan Hargianto mampu menenangkan lini tengah Indonesia yang rentan terbawa oleh tempo lawan. Evan Dimas bisa dimaksimalkan di paruh akhir babak kedua. Akselerasi dan keberaniannya menerobos berikade lawan bisa menjadi keuntungan ketika lawan kelelahan.
2. Bermain dengan tempo cepat, namun tetap cerdik mengaturnya.
Kekuatan timnas Indonesia asuhan Luis Milla ada dua. Pertama, kecepatan dua bek sayap dan dua penyerang sayap di sisi lapangan. Kedua, ketenangan lini tengah ketika mengendalikan tempo. Jadi, timnas Indonesia bisa bermain dengan dua tempo yang berbeda dan mengubahnya dengan cepat di tengah pertandingan.
Bermain dengan tempo cepat bisa dimaksimalkan ketika Uni Emirate Arab berinisiatif menyerang. Eksploitasi dua sisi lapangan dengan bola daerah akan menjadi makanan empuk dua penyerang sayap timnas Indonesia yang tajam. Irfan Jaya, Saddil Ramdani, Febri Haryadi, misalnya. Tiga penyerang sayap cepat cocok untuk serangan balik ketika Uni Emirate Arab menyerang.
Ketika Uni Emirate Arab menggunakan blok pertahanan yang rendah (menumpuk di sekitar kotak penalti), timnas Indonesia bisa menggunakan tempo sedang bahkan lambat. Tujuannya untuk mendorong blok pertahanan Uni Emirate Arab serendah mungkin. Dengan begitu, umpan-umpan silang atau tembakan jarak jauh bisa menjadi opsi.
3. Mencetak gol secepat mungkin.
Apabila melihat komposisi calon lawan timnas Indonesia di babak 16 besar, dibandingkan Uzbekistan dan China, Uni Emirate Arab adalah lawan yang “paling mudah”. Performa mereka di babak putaran grup tidak terlalu cemerlang. Mereka akan lolos dari Grup C dengan status peringkat ketiga dengan raihan tiga poin dari hasil menang atas Timor Leste dan dua kali kalah dari Suriah dan China.
Melihat catatan performa di atas, akan sangat masuk akal apabila Uni Emirate Arab akan bermain bertahan ketika menghadapi skuat asuhan Luis Milla. Determinasi untuk tidak kalah bisa membahayakan posisi timnas Indonesia di babak 16 besar.
Maksudnya begini. Ketika timnas Indonesia gagal membongkar pertahanan Uni Emirate Arab, rasa frustasi akan perlahan-lahan datang. Pemain yang mendapat peluang akan terburu-buru untuk menyelesaikannya. Ketika rasa frustasi itu memuncak, kewaspadaan akan turun. Saat itulah, satu tusukan dari Uni Emirate Arab akan begitu berbahaya.
Oleh sebab itu, ketika timnas Indonesia bisa mencetak gol terlebih dahulu, Uni Emirate Arab akan terpaksa mengubah pendekatan. Tidak lagi bertahan terlalu dalam. Bermain sedikit lebih terbuka, timnas Indonesia bisa merespons perubahan pertandingan dengan lebih leluasa. Ketika Uni Emirate Arab menyerang, ruang-ruang berbahaya di sekitar kotak penalti akan terbuka. Saat itulah, Beto dan Lilipaly bisa menjatuhkan palu godam penghabisan.
Begitulah tiga saran dari Mojok Institute untuk Luis Milla. Kami pada dasarnya yakin kalau Luis Milla pasti sudah memikirkan hal ini juga. Namun, yang namanya manusia kadang khilaf dan lupa. Jadi, tolong Luis Milla diwasap dan diberitahu perihal tiga saran ini. Wasalam!