Komparasi dengan Real Madrid dan Ancaman Barcelona Jika Sukses Tenggelamkan Chelsea

[MOJOK] “Jika mampu mengalahkan Chelsea, Barcelona akan semakin berbahaya di Liga Champions. Mengapa?”

Dari cara bermain ala Pep Guardiola, sepak bola Eropa mengerucut kepada gaya bermain yang mengedepankan keseimbangan tim. Terutama, mereka yang mentas di Liga Champions, kompetisi antar-klub paling mewah di Eropa.

Real Madrid menyajikannya dengan sempurna ketika membungkam Orang Kaya Baru, Paris Saint-Germain (PSG). Jika merunut tiga musim ke belakang, Los Merengues sudah menunjukkan caranya dengan sangat baik. Dua kali mereka menjadi juara Liga Champions dengan tema serupa. Menunjukkan tim yang bermain seimbang dengan kata “efisien” sebagai sari patinya.

Musim ini, rival Madrid, Barcelona, bermain dengan tema yang sama. Perlahan-lahan, El Barca tak lagi condong ke sepak bola indah. Pelatih baru mereka, Ernesto Valverde, mengubah wajah Barcelona dengan sangat telak. Ia tak lagi melulu bersetia dengan skema 4-3-3 dan penguasaan bola. Valverde lebih luwes soal taktik dan justru ini yang menjadi kelebihannya.

Perubahan yang dibawa Valverde, sejauh ini sukses membuat Barcelona sangat stabil, terutama di La Liga. Memang, ada campur tangan Real Madrid di sana, yaitu dengan menjadi “medioker” untuk beberapa waktu. Betul, sang juara bertahan Liga Champions ini sempat tidak konsisten, membuat Barcelona bisa berlari dengan nyaman di La Liga.

Salin muka yang dilakukan Barcelona sukses menduplikasi kekuatan terbesar Madrid untuk dua kali menjuarai Liga Champions. Dan inilah komparasi keduanya.

Semakin efektif

Musim lalu, terutama ketika sudah melangkah ke fase sistem gugur, Madrid menyadari bahwa yang mereka butuhkan hanya dua, yaitu kokoh di lini pertahanan dan efektif memanfaatkan peluang. Cara bermain yang semakin sederhana justru membuat mereka semakin berbahaya. Cara bermain yang sukses mengeksploitasi kelebihan Cristiano Ronaldo di depan gawang lawan.

Tak berbeda dengan Barcelona di La Liga dan Liga Champions.

Hingga pertandingan ke-28, di kompetisi domestik, Barcelona menjadi tim dengan pertahanan terbaik kedua setelah Atletico Madrid. Untuk urusan mencetak gol, Barcelona menjadi nomor satu dengan 72 gol. Sedikit serupa terjadi di Liga Champions ketika mereka mencetak sembilan gol dan baru kebobolan satu.

Blaugrana menjadi efektif di depan gawang lawan, sembari tetap bisa mempertahankan gawang sendiri dengan sangat baik.

Lewat pendekatan 4-4-2, Valverde menduetkan Luis Suarez dan Lionel Messi sebagai respons hengkangnya Neymar dan cedera panjang yang dialami Ousmane Dembele.

Meski bermain sebagai “striker”, Messi justru banyak bergerak di belakang Suarez, atau ke sisi kanan. Perubahan cara bermain ini membuat pemain asal Argentina tersebut mendapatkan ruang dan waktu yang dibutuhkan. Pada titik tertentu, perubahan pendekatan pelatih, membantu pemain memaksimalkan potensinya. Sama seperti Madrid.

Perubahan pendekatan pelatih kepada Ronaldo dan Messi

Musim lalu, Ronaldo menjadi predator kotak penalti yang begitu efektif. Real Madrid banyak memaksimalkan sisi lapangan untuk eksekusi peluang lewat umpan silang. Ronaldo punya tiga senjata ampuh memaksimalkan umpan silang, yaitu akselerasi jarak pendek, kekuatan lompatan, dan teknik menendang kelas elite.

Jika pembaca butuh bukti, silakan tonton ulang gol-gol Ronaldo di Liga Champions musim lalu, terutama di babak sistem gugur, leg pertama ketika dijamu Bayern Munchen dan final melawan Juventus.

Situasi yang mirip terjadi kepada Messi. Namun, ada catatan khusus di sini yang patut diperhatikan. Messi pernah dan memang pada dasarnya fasih bermain di belakang penyerang. Banyak analis menyebutnya sebagai false 9. Saya sendiri menyebutnya sebagai “Messi’s Role”.

Messi, kali pertama bermain dengan peran ini, ketika masih diasuh Pep Guardiola. Gerakannya yang lebih dalam sangat sukses memancing bek lawan untuk keluar dari garis pertahanan. Ruang yang tercipta, yang ditinggal bek lawan karena menguntit Messi, dieksploitasi pemain lain dengan sangat baik. Gambarannya bisa Anda simak dari peta umpan dari @11tegen11 di bawah ini:

Pendekatan inilah yang dimaksimalkan Valverde. Seiring berjalannya usia, Messi tak lagi punya akselerasi jarak pendek seperti dahulu. Kini, yang dimaksimalkan Messi adalah kecepatan berpikir dan berkreasi. Posisi ini, “Messi’s Role”, memungkinkan La Pulga memaksimalkan semua kelebihannya saat ini.

Setidaknya ada lima kelebihan Messi yang dimaksimalkan oleh perubahan pendekatan Valverde. Pertama, kemampuan mempertahankan bola di ruang sempit. Kedua, umpan diagonal ke sisi sayap. Ketiga, umpan terobosan. Keempat, pergerakan tanpa bola (terutama memancing bek lawan dan masuk ke kotak penalti). Dan kelima, eksekusi peluang lewat tembakan di depan kotak penalti.

Meskipun tak lagi eksplosif seperti dahulu, Messi justru semakin berbahaya karena variasi cara bermain yang semakin bertambah. Visi yang berbicara.

Para pelatih yang fleksibel soal taktik

Zinedine Zidane begitu cerdik menyikapi ketersediaan pemain Real Madrid ketika dijamu Paris Saint-Germain. Karena Luka Modric dan Toni Kroos sedang tidak fit, Zidane melepas skema 4-3-3/4-3-1-2 dan beralih ke 4-4-2. Zidane banyak memanfaatkan dua sayap untuk penetrasi dan menekankan kepada keseimbangan tim untuk menjaga keunggulan agregat.

Hasilnya terbukti paten. Madrid sangat stabil di lini tengah dan berbahaya ketika diizinkan berprogres hingga sepertiga akhir lapangan. Seperti yang saya bilang sebelumnya, Madrid tak menunjukkan permainan indah. Yang mereka pertunjukkan adalah cara bermain untuk menjadi juara.

Fleksibilitas ini juga ditunjukkan Valverde di Liga Champions. Dari enam kali bertanding di Liga Champions, Valverde menggunakan skema 4-3-3 sebanyak empat kali dan 4-4-2 tiga kali. Hasilnya? Empat kali menang dan tiga imbang. Dua hasil imbang didapat di kandang Juventus dan Chelsea, sementara satu imbang didapat ketika melawan Olympiacos, sebuah pertandingan yang tak lagi menentukan.

Artinya, selain belum pernah kalah, Barcelona selalu sukses mendapatkan hasil positif di laga-laga berat. Sebuah daya tahan yang akan membuat Barcelona punya peluang melaju hingga fase akhir Liga Champions.

Tiga komparasi di atas, bakal menemui kebenarannya ketika El Barca bisa menyingkirkan Chelsea. Mengapa Barcelona akan semakin berbahaya? Karena mereka akan semakin menumpuk pengalaman melawan tim kuat dengan situasi berat. Di Liga Champions, pengalaman seperti ini adalah modal yang penting.

Prediksi Liga Champions dari Mojok Institute? Barcelona 2-0 Chelsea

Hasil Liga Champions:

Puthut “AS Roma” EA 1-0 Shakhtar Donestk

Manchester-udah-mulai-medioker United 1-2 Sevilla

Exit mobile version