Sulitnya Memainkan Evan Dimas, Hargianto, dan Zulfiandi di Timnas Indonesia Asian Games 2018

MOJOK.COLuis Milla enggan memainkan Evan Dimas, Hargianto, dan Zulfiandi bersama-sama. Mengapa hal ini menjadi masalah pelik bagi timnas Indonesia U-23?

Romantisme sebuah pertandingan, apalagi ketika sebuah tim memenangi kejuaraan selalu awet dalam ingatan. Ketika timnas Indonesia U-19 juara Piala AFF tahun 2013, para pemainnya menjadi kekasih rakyat Indonesia. Lantaran tidak hanya gelar juara yang membekas begitu dalam di dalam benak. Tim asuhan Indra Sjafri kala itu juga menyajika cara bermain yang sedap dipandang mata.

Kekuatan utama timnas Indonesia U-19 kala itu adalah trio lini tengah yang diisi Evan Dimas, Zulfiandi, dan Hargianto. Ketiganya menunjukkan tingkat komunikasi yang tinggi, seperti sudah bermain bersama dalam waktu yang lama. Trio lini tengah yang tangguh, penuh determinasi, dan tentu saja kreatif.

Zulfiandi adalah breaker yang tangguh, Hargianto penyeimbang lini tengah, dan Evan Dimas penuh vitalitas. Nama terakhir adalah dinamo timnas U-19 kala itu. Kreatif, punya visi yang jelas, dan tajam ketika memaksimalkan peluang di sekitar kotak penalti, Evan Dimas seperti menjadi pemain yang harus selalu ada di timnas kelas usia.

Namun, situasi yang berbeda ketiga usianya ketiganya bertambah. Naik ke jenjang yang lebih tinggi, Evan Dimas, Zulfiandi, dan Hargianto tergabung ke dalam skuat Indonesia U-23 untuk Asian Games 2018. Trio mesin timnas U-19 ini tidak lagi bermain bersama. Bertambahnya para pesaing dan keberadaan pemain overage untuk Asian Games membuat skema dan cara bermain timnas berubah.

Perbedaan pelatih juga turut serta “memisahkan” Evan Dimas, Zulfiandi, dan Hargianto. Ada dua situasi yang membuat Luis Milla harus memisahkan ketiga pemain tersebut. Pertama, Luis Milla lebih percaya dengan Stefano Lilipaly untuk bermain berdekatan dengan striker sehingga memaksa Evan Dimas bermain lebih dalam.

Kedua, kebiasaan buruknya yang untuk saat ini masih sulit diubah. Jadi, ketika bermain sebagai gelandang sentral melawan China Taipei di Asian Games 2018, pemain milik Selangor FA ini terlalu banyak turun ke bawah untuk meminta bola. Kebiasaan ini sudah terlihat ketika dirinya bermain untuk timnas Indonesia U-19. Namun saat itu, kebiasaan Evan Dimas seperti tertutup dengan cara bermain yang enak dipandang dan prestasi itu sendiri.

Untuk mengatasi “penyakit” Evan Dimas tersebut, Luis Milla bahwa membuat aturan yang spesifik. Jadi, ketika sesi game dalam latihan, sebuah penanda dipasang di tengah lapangan khusus untuk Evan Dimas. Pemain berusia 23 tahun tersebut tidak boleh turun ke bawah melewati penanda yang sudah di tentukan.

Memang, mengubah kebiasaan manusia bisa cepat, bisa juga lambat tergantung kerja keras dan kesadaran si pemain. Ketika melawan China Taipei, Evan Dimas sudah mulai bisa mengikis kebiasaan buruk tersebut. Namun, ketika terlihat sudah membaik, pemain bernomor punggung enam tersebut menunjukkan penyakit ketika.

Penyakit yang dimaksud adalah kebiasaannya untuk melakukan drive (menerobos berikade lawan sembari menggiring bola) muncul di waktu yang tidak tepat. Padahal dirinya bermain sebagai gelandang sentral yang bertugas memastikan progresi bola berjalan bersih dan timnas Indonesia U-23 tidak mudah kehilangan bola.

Luis Milla menyadari bahwa penyakit ketiga Evan Dimas ini sangat tidak menguntungkan jika terus terlihat di Asian Games 2018. Pelatih asal Spanyol tersebut kemudian menggantinya dengan Hargianto. Dua tujuan ingin dicapai Milla dari pergantian ini. Pertama, memastikan lini tengah timnas Indonesia U-23 lebih stabil. Kedua, memaksimalkan sepakan jarak jauh spesialiasi Hargianto sebagai opsi membongkar pertahanan China Taipei.

Dua tujuan Luis Milla tercapai. Hargianto seperti berhasil “menenangkan” lini tengah yang terlalu agresif ketika Evan Dimas masih ada di atas lapangan. Hargianto juga membuat satu gol lewat skenario Milla, yaitu tendangan jarak jauh. Tujuan yang tercapai menjadi alasan bagi Milla untuk tidak memainkan ketiga pemain andalan timnas U-19 ini bersama-sama.

Perlu dicatat, Lilipaly yang dipasrahi peran di belakang striker berhasil mencetak satu gol. Performa pemain memang tak selalu bisa diukur dari gol semata. Namun, gol adalah kontribusi yang nyata. Kontribusi yang tidak bisa diberikan Evan Dimas. Jadi, begitulah sulitnya memainkan Evan Dimas, Hargianto, dan Zulfiandi bersama-sama di timnas Indonesia U-23 untuk Asian Games 2018 kali ini.

Exit mobile version