Arthur Irawan Kuwi Sopo: Bahaya Masalah Internal PSS Sleman

Fans PSS Sleman mempertanyakan keputusan staf pelatih yang terus memainkan Arthur Irawan.

Arthur Irawan Kuwi Sopo: Bahaya Masalah Internal PSS Sleman MOJOK.CO

Arthur Irawan Kuwi Sopo: Bahaya Masalah Internal PSS Sleman MOJOK.CO

MOJOK.COAwan dilema tengah memayungi manajemen PSS Sleman. Benarkah gosip yang beredar bahwa Arthur Irawan adalah pemain titipan?

Sebuah video menunjukkan kemarahan fans PSS Sleman. Seorang fans mempertanyakan keputusan staf pelatih yang terus memainkan Arthur Irawan. Dirut PSS, Marco Paulo, yang akun Twitter pribadinya digembok, meminta fans untuk melihat data statistik sebelum menghakimi Arthur Irawan.

Ada dua hal menarik dari video berdurasi 18 detik tersebut. Pertama, ketika seorang Dirut PSS Sleman meminta fans melihat data statistik untuk menilai performa pemain. Kedua, ketika seorang mas-mas berteriak: “Sakjane Arthur ki sopo to?” (Sebetulnya, Arthur itu siapa, sih?)

Data statistik yang menyesatkan

Ketika seorang Dirut PSS Sleman meminta fans memeriksa statistik pemain, bayangan saya jadi agak liar. Pertama, sungguh luar biasa ketika seorang Dirut PSS Sleman saja sudah melek soal statistik. Bisa dibayangkan bagaimana canggihnya staf pelatih terkait usaha memanfaatkan data sebagai senjata.

Kita sama-sama tahu, data statistik di Indonesia masih belum dimaksimal oleh staf pelatih. Iya, memang sudah ada tim yang punya tim analis. Namun, lebih banyak lagi yang belum punya. Catatan statistik di Indonesia lebih bermanfaat buat bahan infografis media ketimbang menjadi penguat dasar analisis sebuah klub profesional. Jadi, ketika Pak Marco nyinggung data, saya senang.

Namun, kita juga sama-sama tahu, bahwa data statistik itu bisa menyesatkan jika disajikan atau dipakai dalam sebuah diskusi tanpa konteks. Angka-angka di atas kertas tidak selalu bisa menggambarkan kejadian nyata di atas lapangan. Oleh sebab itu, ketika Dirut PSS ngomong soal data, fans ngamuk.

Dua entitas ini berdiri di sisi yang berbeda ketika menilai performa Arthur Irawan. Padahal, seharusnya, pandangan Dirut PSS dan fans itu menjadi satu. Dua pandangan itu tidak bisa dipisahkan, yaitu data statistik dipakai untuk menjelaskan peristiwa secara kontekstual yang terjadi di atas lapangan. Dua hal ini tidak boleh dipisahkan.

Kenapa harus begitu? Izinkan saya memberi contoh.

Akun Twitter @lapanganbolastats berhasil merangkum data statistik Arthur Irawan di tiga pertandingan BRI Liga 1. Menengok catatan @lapanganbolastats kita tahu Arthur Irawan membuat 61 umpan sukses, enam intersep, sembilan kali sapuan, SATU KALI umpan silang sukses, dan akurasi umpan sebesar 78 persen. INGAT, ini semua data dari TIGA laga BRI Liga 1.

Pertanyaannya, apakah kita bisa menggunakan data statistik untuk “tidak menghakimi” Arthur Irawan? Ya jelas tidak bisa. Pendapat Dirut PSS langsung gugur di sini.

Bagaimana mungkin, seorang bek sayap, hanya membuat SATU KALI umpan silang sukses dari tiga laga. Ingat, umpan silang itu bukan jenis umpan melambung dari sisi kotak penalti saja. Ada juga umpan silang yang modelnya diagonal yang dilepas dari halfspace. Pak Marco tahu apa itu halfspace?

Bagaimana bisa, seorang bek, hanya bikin ENAM intersep dari tiga laga? Jangan-jangan cara bertahan PSS Sleman sudah sangat canggih sehingga barisan bek nggak perlu kerja keras? Dari lima laga, PSS Sleman sudah kebobolan sembilan kali, kok. Tahukah kamu, bersama Persebaya Surabaya, PSS Sleman adalah tim kedua dengan pertahanan terburuk di BRI Liga 1.

Oleh sebab itu, jika menengok data statistik dari @lapanganbolastats, yang merangkum tiga laga, Arthur Irawan sebaiknya tidak lagi dimainkan. Kalau istilahnya gamers Mobile Legends, saat ini, mantan pemain Espanyol B itu lagi jadi beban. Belum bisa “gendong” tim. Pemain yang performanya jelek, sudah hukum alam kalau dicadangkan.

Masalah internal PSS Sleman

Apa yang terjadi ketika pelatih tidak berani mencadangkan pemain yang lagi jelek? Ada dua hal yang bakal terjadi. Pertama, tim yang dia latih akan kehilangan keseimbangan dan ujungnya kalah. Kedua, seiring waktu, si pelatih akan kehilangan jabatannya. Ya kalah terus, mau gimana lagi.

Oleh sebab itu, masuk akal ketika fans PSS Sleman protes keras. Tim kehilangan keseimbangan bakal kalah. Pelatih yang membiarkan timnya kalah, pasti dipecat dan pergi. Namun, ketika tim kalah, fans yang akan selalu setia mendampingi dan secara ikhlas menyerap segala sakit hati itu. Makanya, di sisi ini, fans boleh protes kalau kinerja manajemen PSS Sleman buruk sekali.

Kita sama-sama tahu kalau di sekitar Arthur Irawan ada “gosip hangat” yang beredar. Diduga, Arthur Irawan bisa terus main karena ada “titipan sponsor”. Bapaknya Arthur adalah salah satu pemilik saham PSS Sleman.

Benarkah begitu? Arthur Irawan bisa terus bermain karena jaminan orang dalam? Kalau dugaan itu benar, maka manajemen PSS Sleman memang sedang sakit. Sangat tidak sehat bagi sebuah skuat ketika 11 pemain utama tidak ditentukan oleh staf pelatih berdasarkan penilaian objektif ketika latihan dan selama pertandingan.

Atau jangan-jangan, ketika latihan, Arthur Irawan berubah jadi seperti Roberto Carlos? Makanya Dejan Antonic selalu terpesona dan ingin memainkannya. Yah, kalau soal ini, kita nggak tahu, kan ya….

Jika dugaan di atas benar, sebuah awan dilema pasti tengah membayangi manajemen PSS Sleman. Keluarga Arthur Irawan punya “kuasa” di dalam tim. Kalau memang ada titipan, Dirut dan pelatih pasti bingung kudu bagaimana.

Mau pilih mana? Keseimbangan tim atau desakan atasan? Hasil positif atau ABS (Asal Bos Senang)? Jabatan aman untuk pelatih atau dana segar yang akan selalu tersedia?

Bingung, kan.

Sangat mudah mengganti pelatih, tapi tidak investor. Sering terjadi, masalah internal seperti ini yang akan merusak masa depan tim. Oleh sebab itu, harmoni antara investor, tim pelatih, dan pemain adalah segalanya di sepak bola.

Bagaimana PSS Sleman? Berani revolusi? Atau pasrah saja dan menerima semuanya secara ikhlas mengingat hidup ini wis ono sing ngaArthur?

BACA JUGA Arthur Irawan Dipanggil Timnas Bukan Pengalihan Isu Liga 1 Tanpa Degradasi dan tulisan lainnya dari Yamadipati Seno.

Exit mobile version