Arsenal Ditinggal Torreira dan (Mungkin) Aubameyang: Ketika Cedera Membuka Jalan

aubameyang torreira arsenal MOJOK.CO

aubameyang torreira arsenal MOJOK.CO

MOJOK.COArsenal, yang sudah ditinggal Lucas Torreira karena cedera, mungkin harus mengucapkan selamat tinggal kepada Aubameyang. Berikut logika di balik itu.

Akun resmi Arsenal di Twitter belum membuat pernyataan yang jernih soal cederanya Lucas Torreira. Namun, di media sosial, sudah beredar kabar kalau gelandang asal Uruguay itu akan absen sampai akhir musim. Retakan di ankel membuat Torreira akan melewatkan 11 pertandingan terakhir Arsenal musim 2019/2020.

Selain masalah cedera, Arsenal juga tengah berada dalam masa paling genting sepanjang musim ini, yaitu ketika masa depan Pierre-Emerick Aubameyang belum juga jelas. Musim 2019/2020 sudah hampir paripurna, tetapi pemain asal Gabon itu belum mau duduk bersama manajemen untuk membicarakan rancangan kontrak baru.

Dua pemain ini, Torreira dan Arsenal adalah dua pemain penting bagi Arsenal. ketika berada dalam performa terbaik, keduanya menjadi begitu krusial di peran masing-masing. Terutama Aubameyang, yang meskipun hampir selalu bermain dari sisi kiri, menjadi pencetak gol terbanyak The Gunners hingga saat ini.

Aubameyang juga kapten yang ideal. Mantan pemain Borussia Dortmund ini tidak “memberontak” ketika hampir selalu bermain dari sisi kiri. Dia mengalah demi tim. Aubameyang menjadikan Arsenal sebagai urgensi terbesar sepanjang kariernya di Liga Inggris. Dia mengalah dan menyerahkan posisi striker untuk Alexandre Lacazette.

Saya rasa, jika manajemen tidak berhasil memperpanjang kontrak Aubameyang, kerja The Gunners untuk musim depan akan lebih berat. Ada beberapa alasan yang akan kita bahas di bawah. Kita kembali dulu ke soal Torreira.

Cedera Torreira datang “di saat yang tepat”

Mengetahui pemain cedera, pemain mana saja, selalu membuat saya sedih. Sebagai orang yang pernah mengalami patah tulang, mengetahui kamu tidak bisa bergerak leluasa apalagi untuk bermain bola, tentu rasanya sangat menyiksa. Namun, sebagai profesional, pemain mana saja tahu bahwa cedera sangat sulit untuk dihindari. Mereka hanya bisa menunggu dalam kungkungan rasa sakit.

“Cedera memang bagian dari sepak bola. Tidak hanya menimpa kami saja, tetapi juga kepada tim lain. Jadi, kami tidak boleh mengeluh. Terkadang, cedera adalah soal kesialan, terkadang memang bagian dari sebuah pertandingan, dan terkadang kami seharusnya bisa menghindarinya. Namun, memang demikianlah adanya,” kata Mikel Arteta di depan wartawan.

Terkadang, cedera satu pemain adalah berkah untuk pemain lainnya. Ini sudah hukum tidak tertulis dan kita semua memahaminya. Cederanya Torreira berbarengan dengan kembalinya performa terbaik Dani Ceballos. Pemain pinjaman asal Real Madrid itu sudah santer dikabarkan akan dipermanenkan oleh Arsenal.

“Sebetulnya kami belum membicarakan soal kemungkinan itu. Saya senang Dani (Ceballos) bermain untuk kami terutama apa yang dia bawa untuk tim. Butuh waktu baginya untuk kembali ke level terbaik setelah cedera. Level terbaik yang dulu pernah saya lihat. Sekarang, dia sudah bermain lebih baik dan untuk alasan itulah, dia akan lebih banyak bermain lagi musim ini,” kata Arteta.

Pelatih asal Spanyol itu memang sudah menegaskan berkali-kali kalau hanya mereka yang serius dan total di lapangan latihan yang akan mendapatkan menit bermain. Ceballos tahu bahwa Euro 2020 sudah di depan mata. Dia berhasrat ingin terpilih ke dalam skuat Spanyol untuk Euro 2020. Maka wajar kalau Ceballos memanfaatkan menit yang dia pinjam sebaik mungkin.

Fakta ini membuat cederanya Torreira menjadi lebih “bisa diikhlaskah”. Pun juga, fakta kembalinya Ceballos adalah sebuah petunjuk paling jernih untuk Ainsley Maitland-Niles.

Selama ini, Ainsley harus bersaing dengan Torreira, Ceballos, dan Matteo Guendouzi untuk menemani Granit Xhaka di lapangan tengah Arsenal. Cita-cita Ainsley adalah bermain sebagai gelandang. Namun, dia tidak selalu serius di lapangan latihan yang mana bisa kita lacak dari komentar-komentar Arteta.

Ainsley punya atribut yang berbeda, baik dengan Torreira, Ceballos, atau Guendouzi. Ainsley punya drive, kemampuan melakukan penetrasi ke wilayah lawan menggunakan giringan bola. Dia punya kecepatan dan kekuatan fisik yang cukup untuk bermain di tengah sebuah laga yang intens.

Saya rasa, tidak ada waktu lebih pas lagi bagi Ainsley selain sekarang juga. Ketika Torreira absen dan Guendouzi belum juga stabil. Pesaing Ainsley tinggal satu orang saja. Pesaing yang, celakanya, sedang memasuki tahap awal kembali ke level terbaik. Mumpung masih sempat, cedera Torreira kudu dimanfaatkan dengan baik.

Aubameyang dan dilema Arsenal

Akui saja, fans Arsenal pasti lebih bahagia kalau bukan Aubameyang yang dijual, tetapi Lacazette. Kedua pemain ini memang dikabarkan akan hengkang kalau The Gunners tidak bermain di Liga Champions musim depan. Nah, di sini, dilema sudah terasa.

Perlu menjadi catatan, menjual pemain terkadang jauh lebih sulit ketimbang membeli. Menemukan pembeli adalah satu masalah, tetapi menentukan harga jual adalah masalah yang lebih pelik. Apalagi ketika melihat performa Lacazette sudah ambruk. Menjual pemain yang performanya “mati” artinya sebuah klub harus berkompromi dengan dua hal krusial.

Pertama, Arsenal tidak bisa mematok harga jual terlalu tinggi. Dulu, Lacazette dibeli dengan mahar mencapai 53 juta euro. Kini, sangat jelas kalau Arsenal tidak bisa menjual Lacazette lebih dari 35 juta euro. Bisa dijual dengan harga 25 juta euro saja sudah mujur. Hal kedua, soal gaji pemain.

Saat ini, Lacazette adalah pemain dengan gaji tertinggi ketiga di Arsenal. Per minggu, dia menerima 182 ribu euro. Per tahun, Laca menerika sembilan juta euro. Gaji Laca per minggu terhitung tinggi, bahkan untuk tim papan atas, misalnya, Serie A atau La Liga Spanyol.

Sering terjadi, seorang pemain menolak dijual karena gajinya akan turun. Sering terjadi pula, sebuah klub mengalah dan mau membayar sekian persen gaji demi melepas si pemain. Nah, gabungan dua hal ini akan menjadi masalah bagi Arsenal.

Pertama, uang pemasukan dari menjual Lacazette akan sangat sedikit untuk diinvestasikan kembali ke pemain berkaliber besar. Kedua, beban gaji tidak berkurang secara signifikan jika Lacazette mau dijual, tetapi enggan menurunkan standar gaji. Oleh sebab itu, potensi penjualan Aubameyang menjadi sangat menarik di mata mereka yang mengurusi keuangan klub.

Saat ini, Aubameyang memang sudah berusia 30 tahun. Namun, konsistensi dan mentalnya terlalu menarik bagi tim-tim besar. Nama pemain asal Gabon itu masih menjadi jaminan 20 gol per musim. Jumlah yang lumayan untuk striker yang sudah memasuki paruh akhir kariernya.

Jika dijual, Aubemeyang bisa bikin gemuk kas Arsenal sampai 40 juta euro, bahkan lebih. Saat ini, per minggu, Auba menerima 200 ribu euro dalam bentuk gaji saja. Per tahun, dia menerima 10,4 juta euro. Tentu masih masuk akal ketika ada klub besar membayar 200 ribu euro per pekan untuk pemain yang bisa menggaransi 20 gol per musim.

Oleh sebab itu, tidak akan mengherankan kalau di akhir musim nanti Arsenal mengucapkan selamat tinggal kepada Aubameyang. Klub tidak cuma memikirkan kekuatan di atas lapangan. Mereka juga harus mengukur keseimbangan neraca keuangan. Hal ini wajar. Sama wajarnya dengan cedera yang diderita Torreira.

Satu hal yang pasti. Sebelum musim 2021/2022 sepak bola, Arsenal harus merevolusi skuat. Dana yang besar akan dibutuhkan. Dari mana The Gunners mengumpulkan uang? Buka akun Kita Bisa? Tentu tidak. Salah satunya adalah dengan menjual pemain yang masih seksi di bursa transfer.

BACA JUGA Lucas Torreira: Giant Killing ala Arsenal atau tulisan lainnya dari Yamadipati Seno.

Exit mobile version