Tuhan, Mengapa Saya Terlahir Menjadi Manusia Seperti Ini?

Tuhan, Mengapa Saya Terlahir Menjadi Manusia Seperti Ini? MOJOK.CO

Ilustrasi Tuhan, Mengapa Saya Terlahir Menjadi Manusia Seperti Ini?

Tahun ini saya berumur 22 tahun. Waktu berjalan begitu cepat. Permasalahan dalam hidup pun datang dan pergi begitu cepat. Saya merasa hidup saya masih begini saja. Nggak ada yang spesial. Tidak ada yang membuat saya tertawa tanpa beban. Nggak ada yang memberi saya uang secara cuma-cuma. Tuhan, mengatapa saya terlahir menjadi manusia seperti ini?

Saya masih ingat, minggu lalu, tepat setelah hujan membasahi kota Jogja, saya merenung sendiri dalam kamar kos. Kapan saya seperti Rafi Ahmad? Atau seperti teman saya yang punya banyak pacar? Kapan saya punya followers banyak seperti Ronaldo di Instagram? Semakin saya merenung, semakin saya sadar bahwa diri ini terlahir untuk begini-begini saja. Tuhan, kenapa Engkau tega menciptakan saya seperti ini?

Tuhan, apakah saya kurang bersyukur?

Saya memang jarang bersyukur, tetapi saya pernah bersyukur berkali-kali. Bahkan berlipat-lipat. Tak terhitung jumlahnya. Namun, yang terjadi saya cuman menjadi manusia yang selalu kurang dari apa yang orang lain dapatkan. 

Bapak saya, teman saya, adik saya, selalu menyuruh saya untuk bekerja lebih keras dan lebih giat lagi. Nasihat-nasihat dari mereka saya terima dengan lapang dada. Tidak ada yang salah. Saya tidak berani menyalahkan siapa-siapa selain diri saya sendiri.

Namun, bukan ini persoalannya. Ini lebih kompleks dari sekadar nasihat. Lebih ranum dari buah jambu bapak kos saya. Lebih purnama daripada golput.

Saya percaya bahwa kerja keras bisa merubah segala hal. Berbeda dengan hidup saya. Sudah berkeja keras, sudah membangun koneksi dengan ini dan itu, sudah membaca buku A dan B, sudah kirim tulisan di media A dan B, sudah melakukan apa saja, tetapi nihil. Zooong. Stagnan. Tetap tidak menghasilkan apa-apa. Tetap tidak merubah keadaan apa pun.

Tuhan, apakah saya terlahir memang untuk seperti ini? Saya tidak tahu kepada siapa saya akan mengeluh. Kepada siapa saya akan beradu nasib. Tuhan, Apakah suatu saat saya akan menjadi manusia hebat? 

Hari ini, nasib saya, saya serahkan kepada mojok.co saja. Karena, mungkin saja tulisan ini diterima dan dibaca banyak orang, lalu, mendoakan saya setiap saat. Amin.”

Teofilus Afres Sagan, yogyakarta ofilafress@gmail.com

BACA JUGA Aku Lelah dengan Hidupku, Aku Bingung Harus Ngapain Lagi dan keluh kesah lain dari pembaca Mojok di UNEG-UNEG

Keluh kesah dan tanggapan Uneg-uneg  bisa dikirim di sini

Exit mobile version