Keluh kesah sebagai Anak Petani Karet

Karet semakin nggak ada harga dirinya.

petani karet mojok.co

Uneg-uneg (Mojok.co)

Ini keluh kesah saya selaku anak petani karet yang hidup di desa. Sebagai anak petani saya juga ikut merasakan kedongkolan hati orang tua saya. Ya, jelas dongkol lah! Karena apa? Ya karena harga karet yang tak kunjung naik.

Saya juga sering bertanya-tanya. Mengapa ya semua harga kebutuhan pokok naik, sedangkan harga karet selalu turun? Mbok ya dihargai to pak, perjuangan para petani ki. Petani juga butuh makan, butuh uang untuk menghidupi keluarga dan masih juga banyak kebutuhan lainnya yang harus dipenuhi.

Saya juga sangat heran mengapa belakangan ini harga karet kok semakin ngga ada harga dirinya, ya? Padahal semua kebutuhan pokok, itu melonjak harganya. Lalu, untuk para petani karet seperti orang tua saya itu harus bagaimana? Harus sabar? Huhhh sabar aja ngga cukup guys.

Dulu ya, harga karet bisa mencapai Rp20.000 per kg, sedangkan sekarang harga karet hanya Rp6.000 per kg, ora nyucuk rek. Semua kebutuhan pokok harganya juga melambung tinggi. Apakah tidak memikirkan nasib petani bagaimana ya?

Padahal karet itu juga perlu dirawat. Dibutuhkan pupuk agar karet tidak mati kulit. Harga pupuk juga tidak murah, sekarang pupuk pun juga naik. Hemm sedikit sebel ya guys.

Untuk menuju ke kebun karet juga membutuhkan kendaraan. Tentunya akan dibutuhkan lagi yang namanya bahan bakar minyak untuk kendaraan dan ya, tau sendirilah sekarang harga BBM berapa, ya ges ya.

Jarak kebun karet dari rumah itu juga lumayan jauh. Membutuhkan waktu sekitar 20-25 menit untuk sampai ke kebun karet. Butuh effort agar dapat sampai ke kebun karet, melewati jalan yang berlumpur. Apalagi saat musim hujan, behh jalannya mungkin bisa dibuat tempat pemancingan.

Pada saat hujan turun disaat para petani masih menderes karet itu sangat membuat nyesek hati para petani, sih. Ya, apabila sudah terkena air hujan akan membuat getah karet menjadi seperti susu putih dan tidak bisa mengental lagi tentunya. Walaupun sudah diberi cuka karet tapi tetap saja kalau sudah terkena air hujan itu tidak bisa membuat getah karet menjadi kental.

Selain itu juga getah karet tidak mau mengalir lagi apabila sudah diguyur air hujan. Tentunya hal ini akan membuat para petani menjadi lebih sabar lagi dan harus bisa lapang dada.

Sekarang juga banyak kebun karet yang digusur karena para petani sudah lelah dengan harga karet yang tak kunjung naik. Ya, begitulah ya petani selalu dipandang rendah. Walaupun petani tidak berpendidikan tetapi petani juga butuh dihargai perjuangannya.

Ahhh, kesel deh nulis panjang lebar pasti juga tidak akan dibaca sih.

Susana Ranti
Palembang
susanaranti564@gmail.com

Uneg-uneg, keluh kesah, dan tanggapan untuk Surat Orang Biasa bisa dikirim di sini

Exit mobile version