Akibat Suamiku Suka Judi dan Pinjol

Akibat Suamiku Suka Judi dan Pinjol MOJOK.CO

Ilustrasi Akibat Suamiku Suka Judi dan Pinjol. (Mojok.co)

MAku adalah seorang pegawai di perusahaan swasta yang berlokasi di Denpasar, Bali. Aku ingin menyampaikan uneg-uneg yang keluarga kecilku alami. Gara-garanya suamiku yang terjebak judi dan pinjol.

Aku merantau seorang diri sejak mulai memasuki sekolah SMK (Sekolah Menengah Kejuruan) di kota Singaraja, Bali yang dimana masih satu kabupaten dengan kampungku. 

Aku berasal dari keluarga yang sederhana dan pendidikan keluargaku tidak ada yang sarjana. Maka dari itu, aku terobsesi kalau aku harus menjadi sarjana. Setelah lulus SMK akupun melanjutkan ke perguruan tinggi. 

Aku kuliah sambil kerja hingga aku berhasil mendapatkan gelar sarjana. Aku sangat menikmati karirku karena aku bisa mewujudkan mimpiku untuk menjadi seorang sarjana. Pada suatu hari aku bertemu dengan suamiku dan memutuskan untuk menikah di usia 24 tahun dan kini sudah punya 2 orang anak. 

Suamiku suka judi sabung ayam dan pinjol

Namun, perjalanan rumah tanggaku tak semulus itu, di saat anak pertamaku berusia 6 bulan dan akupun dinyatakan positif hamil lagi. Suamiku banyak masalah karena kebiasaannya yang suka berjudi sambung ayam dan aku tidak mengetahui kalau suamiku banyak mencari pinjaman online. 

Akupun mengetahui masalahnya setelah banyak ada aplikasi yang meneror aku dan mertuaku. Bahkan ada beberapa depkolektor yang mendatangi kos ku langsung. Karena kejadian itu, aku terpaksa menitipkan anakku di rumah orang tuaku. Dan karena keadan itu juga membuatku harusmelkaukan perjalanan pulang pergi tiap minggu demi menjenguk anakku.

Karena masalah pinjolnya semakin banyak, suamiku menggadaikan motornya, handphone, dan bahkan ia menggadaikan motorku secara diam-diam. Padahal kendaraan itu pemberian orang tuaku dan menjadi satu-satunya kendaraan yang menemani segala aktifitasku. Setelah menggadaikan, suamiku tidak bisa menebusnya. 

Terpaksa aku dan ibu mertua berusaha menebus motorku karena aku tidak ingin orang tuaku sampai mengetahuinya.

Tetapi, semua itu tidak membuatnya kapok, justru setelah itu dia menghilang tanpa ada kabar hampir 2 minggu dan dia juga membawa kabur laptopku. Aku tidak bisa berbuat banyak karena aku harus tetap bertahan demi anakku. 

Memilih merantau sendiri untuk nafkah anak-anakku

Aku berusaha tiap malam menyusuri jalan dan mencoba mencari ke tempat biasa suamiku judi sambung ayam. Di hari ke-9 aku mendapatkan informasi tentang suamiku dan akupun menunggu di parkiran tempat sambung ayam itu hingga larut malam sampai akhirnya aku menemukan suamiku keluar dari tempat tersebut dan aku berhasil membujuknya untuk pulang.

Sesampai di kos, akupun berusaha menasehatinya dan bicara secara baik-baik. Aku berniat menyuruh suamiku tinggal di desa di rumah orang tuaku, agar dia bisa sembunyi dari kejaran depkolektor. Dan suamikupun mau mengikuti kemauanku.

Hanya saja, aku tetap tinggal dirantauan seorang diri dalam kondisi hamil karena aku harus tetap bekerja demi bertahan hidup dan menafkahi anakku. Hingga tiba saatnya anak keduaku lahir dan lagi-lagi aku harus menitipkan kedua anakku kepada orang tuaku karena kondisi keuanganku belum normal dan suamiku tidak mau ikut merantau lagi. Lagi pula suamiku juga sudah ada di rumah orang tuaku jadi aku rasa dia bisa menjaga dan mengurus anaknya.

Aku masih bingung, menuruti suamiku atau berkarier di kota

Singkat cerita, suamiku tinggal di desa kurang lebih sudah 1 tahun. Namun, di sini aku masih tetap melanjutkan pekerjaanku di kota. Dan karena suamiku sudah merasa nyaman di kampungku, iapun memaksaku untuk ikut tinggal di desa di rumah orang tuaku. Sedangkan aku masih ingin melanjutkan karirku.

Di sisi lain, aku tidak menemukan pekerjaan yang pas yang bisa aku kerjakan kalau aku ikut tinggal di desa, karena selama ini akulah yang bekerja untuk semua keutuhan anak-anakku. Sedangkan suamiku masih bekerja serabutan dan suamiku tipe orang pemalas. Lalu bagaimana aku bisa menyambung hidup?

Sedangkan suamiku belum bisa menjamin kehidupanku dan anak-anakku. Hingga kini, semua itu masih menjadi permasalahn dalam rumah tanggaku. Aku bingung harus menuruti kemauan suamiku atau tetap berkarier di kota untuk menyambung hidup ku dan anak-anakku. Bukan hanya itu, aku juga masih ingin menikmati pekerjaanku, menikmati suasana perkotaan, menikmati kebersamaan dengan para sahabat dan aku belum siap kembali menjalani kehidupan sebagai orang desa.

Ratna L, Bali ratnagek8@gmail.com

BACA JUGA Punya Pacar Penggemar K-Pop Lebih Merepotkan daripada Penggemar Ariel Noah dan keluh kesah lain dari pembaca Mojok di UNEG-UNEG

Keluh kesah dan tanggapan Uneg-uneg  bisa dikirim di sini

Exit mobile version