Tulisan saya di Mojok yang berjudul Kebijakan Wisuda Tanpa Kebaya Jelas Bukan Terobosan, Malah Bikin Masalah yang Tak Perlu mengundang berbagai komentar. Banyak yang mengira saya mendukung MUA dan pemilik toko kebaya. Waktu itu saya tidak menyadari besarnya biaya wisuda yang harus dibayarkan mahasiswa universitas lain. Ternyata, nominalnya beragam dan jauh lebih tinggi daripada wisuda UNS.
Setelah mendengar keluhan biaya wisuda teman-teman kampus lain, saya kemudian memahami kenapa banyak yang ingin merayakan wisuda secara sederhana. Di sisi lain, mengapresiasi UNS yang mematok harga cukup terjangkau. Saya pikir, perguruan tinggi lain harusnya menjadikan UNS percontohan dalam hal sistem wisuda. Sistem wisuda UNS memang masih punya kekurangan, tapi setidaknya tidak memberatkan mahasiswanya.
Daftar Isi
Wisuda dipinjami atribut wisuda
Sepengetahuan saya dari cerita kawan-kawan, mereka merasa terbebani dengan biaya wisuda yang cukup besar. Saya menelusuri di internet, memang tidak sedikit peguruan tinggi yang membebankan biaya wisuda hingga jutaan. Dalam hal biaya, Wisuda UNS sudah memberikan contoh yang baik. UNS tidak membebankan biaya administrasi apapun kepada mahasiswanya.
Lalu bagaimana dengan atribut wisuda seperti toga, jubah,kerah, samir, dan lainnya? Untuk kelengkapan atribut wisuda itu, mahasiswa cukup membayar Rp250.000 sebagai jaminan peminjaman kepada akademik pusat. Ingat ya hanya jaminan. Artinya, setelah wisuda selesai, wisudawan bisa mengembalikan atribut, sekaligus mendapatkan uang jaminannya kembali.
Atribut yang dimaksud seperti kerah, toga, jubah wisuda. Untuk selempang cumlaude dan samir fakultas akan menjadi milik pribadi mahasiswa. Dengan demikian, mahasiswa tetap akan punya kenang-kenangan setelah wisuda. Saya rasa sistem ini bisa dicontoh. Lagipula hak milik atribut-atribut wisuda rasanya tidak terlalu diperlukan.
Peminjaman atribut dilayani dua minggu sebelum wisuda. Mahasiswa diperbolehkan mengembalikan hingga dua minggu setelah wisuda. Rentang waktu yang cukup lama ini memungkinkan bagi mahasiswa untuk berfoto menggunakan toga sebelum atau sesudah hari wisuda.
Baca halaman selanjutnya: Lebih irit dibanding universitas lain…
Irit sih, tapi hanya didampingi satu orang tua
Terkait biaya, wisuda UNS memang bisa dibilang irit kalau dibanding universitas-universitas lain. Namun, biaya yang minim ini kemudian berpengaruh pada kuota tempat duduk orang tua/wali ketika prosesi wisuda. Kalau universitas lain menyediakan dua kursi orang tua/wali untuk menyaksikan langsung prosesi, wisuda UNS hanya memberikan satu kursi untuk orang tua/wali.
Memang sih, peraturan ini bisa menjadi dilema bagi beberapa mahasiswa yang ingin kedua orang tuanya hadir menyaksikan momen penting dalam hidupnya. Di sisi lain, sistem ini jauh lebih memudahkan karena tidak begitu ramai. Proses wisuda pun menjadi lebih terkendali dan lancar.
Biaya wisuda UNS yang tidak begitu mahal bisa memberikan kesempatan bagi wisudawan dan keluarga untuk merayakan momen wisuda dengan cara lain. Misalnya, makan-makan, foto studio atau lainnya setelah proses wisuda selesai.
Wisuda UNS sebulan sekali
Wisuda UNS digelar satu bulan sekali. Awalnya saya tidak setuju dengan sistem ini, mahasiswa harus berebut kesempatan itu seketat war tiket konser internasional. Saya pernah menuliskannya di Mojok dengan judul Kebijakan Wisuda Tiap Bulan Adalah Niat Baik yang Efeknya Jelas Nggak Baik.
Akan tetapi, setelah saya pikir-pikir lagi, wisuda satu bulan sekali sebenarnya cukup membantu agar proses lulus lebih cepat. Mahasiswa UNS tidak perlu menunggu hingga tiga atau empat bulan seperti universitas lain. Tentu ini menguntungkan, mengingat lulus dari perguruan tinggi akan lebih afdol rasanya kalau sudah diwisuda.
Secara umum sistem wisuda UNS sudah memberikan contoh yang baik. Sistemnya saya rasa lebih efisien, terjangkau, dan berpusat pada mahasiswa. Dengan beberapa penyesuaian, sistem ini dapat menjadi standar bagi perguruan tinggi lainnya yang ingin memberikan pengalaman wisuda terbaik bagi mahasiswanya. Semoga Universitas Sebelas Maret dan perguruan tinggi-perguruan tinggi lainnya tentu saja, terus belajar menyempurnakan sistem wisudanya.
Penulis: Nurul Fauziah
Editor: Kenia Intan
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.