Seiring berjalannya waktu, kita seringkali dihadapkan pada perdebatan mengenai berbagai aspek dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu yang belakangan ini menjadi sorotan adalah kebijakan wisuda tanpa kebaya. Bagi sebagian orang, ini mungkin terdengar sebagai solusi yang lebih sederhana. Tetapi ternyata tidak semudah yang dibayangkan, bahkan akan memicu masalah baru. Kenapa?
Pertama-tama, wisuda adalah salah satu momen paling berharga dalam kehidupan seorang mahasiswa. Ini adalah saat ketika seluruh perjuangan keras selama bertahun-tahun di bangku kuliah akhirnya membuahkan hasil. Oleh karena itu, tak heran jika para wisudawan dan wisudawati ingin tampil sempurna dalam momen ini. Bagi para perempuan, penampilan menjadi salah satu aspek kunci yang tidak bisa diabaikan. Mereka ingin merayakan pencapaian mereka dengan penampilan terbaik.
Mengubah kebijakan wisuda dengan hanya meminta mahasiswi memakai kemeja putih saja mungkin terdengar sederhana, tetapi apakah itu akan cukup? Sebagian besar wanita mungkin tidak akan merasa puas dengan opsi tersebut. Mereka ingin lebih dari sekadar kemeja putih biasa. Momen wisuda adalah waktu yang paling ditunggu-tunggu, dan penampilan yang indah dan berkelas adalah bagian tak terpisahkan dari pengalaman ini.
Wisuda itu tak pernah dan tak akan jadi urusan sepele
Jika menghapus kebaya dari daftar pilihan pakaian wisuda, kita akan menghadapi masalah baru dalam bentuk protes dan kebingungan. Banyak mahasiswi akan menganggap kebijakan tersebut tidak memadai. Mereka mungkin akan bersuara keras dan mengungkapkan ketidakpuasan mereka. “Wisuda kok gitu-gitu aja sih?” bisa jadi pertanyaan yang sering terdengar. Ini adalah salah satu alasan mengapa kebaya tetap menjadi pilihan yang diinginkan oleh sebagian besar perempuan.
Memukul rata bahwa orang harus merayakan wisuda dengan sederhana itu nggak bijak. Bagi beberapa orang, wisuda ini bukan urusan yang sepele.
Perlu diingat bahwa wisuda adalah momen yang penting untuk mengabadikan kenangan seumur hidup. Fotografi adalah bagian integral dari perayaan ini. Jika tidak ada panduan atau batasan mengenai pakaian, maka banyak mahasiswa akan bingung memilih pakaian yang tepat untuk dipakai saat momen berharga ini. Mereka mungkin akan menghabiskan waktu berjam-jam memilih pakaian yang sesuai, yang pada akhirnya bisa membuang waktu berharga yang seharusnya digunakan untuk merayakan.
Ada argumen bahwa mahasiswa bisa mengenakan dress atau pakaian formal lain selain kebaya. Meskipun ini terdengar sebagai alternatif yang lebih sederhana, pada kenyataannya, banyak mahasiswa akan merasa kesulitan dalam memilih pakaian formal yang sesuai. Mungkin ada yang merasa dress terlalu kasual, sementara yang lain mungkin merasa pakaian formal yang mereka miliki tidak mencerminkan keberhasilan mereka dengan baik.
Baca halaman selanjutnya: Kebaya juga bukan sembarang pakaian…
Kebaya juga bukan sembarang pakaian
Selain itu, penghapusan kebaya dari daftar pilihan pakaian wisuda bisa menghilangkan elemen tradisi yang penting. Kebaya adalah pakaian tradisional yang memiliki makna khusus dalam budaya Indonesia. Ini bukan sekadar pakaian biasa; itu adalah simbol dari identitas dan warisan budaya. Menggunakan kebaya baru atau warisan dari nenek atau ibu saat acara wisuda adalah cara yang baik untuk merayakan akar budaya kita.
Namun, penting juga untuk mencatat bahwa kebijakan mengenai kebaya di wisuda seharusnya tidak memaksa siapa pun. Semua orang berhak memilih pakaian yang mereka sukai dan yang membuat mereka merasa nyaman. Jika seorang mahasiswi merasa bahwa kebaya bukan pilihan yang cocok baginya, seharusnya ada opsi lain mengenai pakaian tradisional lain.
Jadi, meskipun memakai kebaya mungkin terlihat ribet bagi beberapa orang, menghapusnya dari daftar pilihan pakaian wisuda juga memiliki potensi untuk menciptakan masalah baru. Yang terbaik adalah memberikan mahasiswa pilihan dan kebebasan untuk memilih pakaian yang sesuai dengan selera dan identitas mereka, sambil tetap menghormati nilai-nilai budaya dan tradisi yang penting bagi banyak orang. Itu adalah cara terbaik untuk memastikan bahwa setiap mahasiswa dapat merayakan pencapaian mereka dengan cara yang mereka inginkan.
Penulis: Nurul Fauziah
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA Mengapa Perempuan Harus Mengenakan Kebaya, Sedangkan Laki-laki Hanya Kemeja Saat Wisuda?