Ikrar Wisuda Bareng Teman Seangkatan Itu Cukup untuk Motivasi, Jangan Dijadikan Target Bersama, apalagi Maksa

Wisuda Hanya Sebuah Seremoni, Rayakan Secukupnya Tak Perlu Berlebihan

Wisuda Hanya Sebuah Seremoni, Rayakan Secukupnya Tak Perlu Berlebihan (Unsplash.com)

Ikrar wisuda bareng teman seangkatan itu bagus buat motivasi, tapi nggak bagus dan baiknya malah nggak dipatuhi

Terkadang arti sahabat sejati memang perlu dievaluasi ulang dan disepakati kembali. Sahabat sejati nggak melulu harus merasakan pula apa yang lain sedang rasakan. Meskipun memang benar, kalau sahabat sejati itu mampu merasakan kesenangan dan susah bersama. Tapi nggak boleh juga dipukul rata dalam semua bentuk persahabatan. Apalagi kalau ada salah satu sahabat memberikan efek buruk pada sahabat yang lain.

Sering kali kita mendengar, saat sudah berteman lama dan merasa sudah saling memiliki, risiko pun harus ditanggung sama-sama, seperti halnya harus lulus bersama dalam dunia pendidikan. Ini sebenarnya nggak salah sih dan juga merupakan tujuan mulia, selama koridornya itu baik.

Dalam waktu sekolah misalnya, istilah ini biasa dijadikan sebagai prinsip bagi siswa. Bersamaan masuk sekolah, lulusnya pun harus bersamaan pula. Hal ini memang lumrah karena itu akan banyak kenangan yang bisa terukir selama di sekolah yang kurang lebih tiga tahun lamanya, dan memang itu faktanya yang kebanyakan terjadi di sekolah. Rata-rata satu angkatan itu akan lulus bersamaan pula.

Wisuda bareng seangkatan itu ngimpi!

Tetapi, jika hal ini juga diaplikasikan dalam dunia mahasiswa ternyata itu bisa saja keliru. Maksud saya gini, dunia sekolah dan mahasiswa itu sangat berbeda. Di sekolah memang dituntut agar siswanya bisa-bisa lulus bareng-bareng dan bisa juga dipoles oleh pihak sekolah agar siswa yang seangkatan itu bisa lulus seratus persen. Sementara di dunia kampus, cepat atau tidaknya wisuda itu tanggung jawabnya ada di tangan mahasiswa itu sendiri. Kalau mau wisuda cepat atau lambat, itu ada di tangan mahasiswa.

Saat baru masuk di kampus, teman baru akan banyak ditemukan. Pada kondisi itu saling mengenal sesama mahasiswa seangkatan bisa terjalin erat, apalagi kalau dalam satu jurusan. Pada kondisi ini, ada saja yang beranggapan masuk bersamaan di kampus mesti harus juga kalau wisuda harus bareng-bareng. Awalnya mungkin nggak, tetapi setelah berteman akrab pemikiran itu bisa muncul.

Yang perlu dipahami bahwa setiap mahasiswa itu memiliki prioritas masing-masing. Ada yang sangat memprioritaskan akademiknya, ada yang lebih memilih aktif di organisasi kampus. Yang tak peduli keduanya pun ada.

Nah, dari situ saja terlihat jelas, wisuda bareng-bareng seangkatan itu hampir mustahil. Wong semua terletak pada keadaan masing-masing kok.

Dunia mahasiswa itu realitasnya pahit, jauh lebih pahit ketimbang cerita cintamu yang nggak seberapa itu

Realitasnya, dunia mahasiswa nggak segampang yang ada di sekolah. Nggak seperti pula yang ada di sinetron-sinetron yang kebanyakan hanya menampilkan senangnya saja menjadi mahasiswa. Deritanya? Yang ditampilin asmaranya doang. Perkara hidup yang lain nggak pernah ditampilkan, padahal kenyataan yang asli justru di bagian yang tak terlihat.

Pada kondisi inilah, memegang teguh pendirian untuk bisa wisuda bersamaan sesama angkatan bisa saja akan menyesatkan. Mengapa demikian? Kadang kala ada teman seangkatan nggak begitu kuat mengejar untuk cepat selesai. Dunia bisa

Dulu ada teman saya yang seangkatan dengan saya, mengatakan kalau dia nggak mau selesaikan dulu kuliahnya lantaran teman-teman karibnya masih banyak yang belum bisa wisuda. Ia beranggapan kalau dia ingin menunggunya dan bisa lulus bareng-bareng.

Justru saya beranggapan kalau itu prinsip yang keliru. Menunggu teman untuk bisa wisuda bersamaan seakan sulit bagi kita, karena itu bisa saja merusak diri sendiri. Ujungnya ingin merasakan kebersamaan, tapi malah terperangkap dalam jebakan negatif.

Oleh karena itu, menyematkan kalau harus lulus kuliah bareng dengan teman seangkatan nggak melulu harus dipatuhi. Mesti dilihat dulu, kalau semua seangkatan itu saling support untuk bisa lulus bersamaan, itu sih nggak masalah. Tapi kalau ada yang justru menghambat kita bagi yang mau lulus cepat jelas itu perlu ditinggalkan.

Penulis: Budi Prathama
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA Wisuda TK Hanyalah Pembelokan Sejarah dan Pemborosan

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version