Wisata Bendungan Semantok Nganjuk Ternyata Nggak Jelas, Berkunjung ke Sana Malah Berakhir Kecewa

Wisata Bendungan Semantok Nganjuk Ternyata Nggak Jelas, Berkunjung ke Sana Malah Berakhir Kecewa

Wisata Bendungan Semantok Nganjuk Ternyata Nggak Jelas, Berkunjung ke Sana Malah Berakhir Kecewa (unsplash.com)

Bendungan Semantok yang digadang-gadang sebagai tujuan wisata baru di Nganjuk membuat saya kecewa. Kekecewaan itu hadir saat kunjungan saya ketiga kalinya, yakni pada tanggal 11 Agustus 2024 kemarin. Saya mengunjungi tempat itu untuk memenuhi janji saya pada sahabat saya yang penasaran dengan bendungan satu ini. Selain itu, alasan saya datang ke sana tentu karena nggak ingin melewatkan angin Agustus Nganjuk.

FYI, wilayah Kabupaten Nganjuk sangat menjiwai sebutannya, kota angin pada bulan Juli, Agustus, September. Artinya, anginnya lagi kencang-kencangnya. Jadi, berkunjung ke Nganjuk di bulan Agustus memang sangat tepat meskipun risikonya kulit jadi bersisik akibat kering.

Dalam ekspektasi saya, area wisata Bendungan Semantok Nganjuk yang saya kunjungi kurang lebih memiliki suasana yang sama seperti kunjungan terakhir saya sebelumnya. Akan tetapi yang terjadi malah jauh dari ekspektasi. Saya akui bahwa pada kunjungan-kunjungan sebelumnya, saya nggak pernah merasa sekecewa ini.

Nggak ada kejelasan informasi apakah wisata Bendungan Semantok Nganjuk sudah dibuka atau belum

Sebelum berkunjung ke suatu tempat, saya terbiasa browsing terlebih dulu. Tapi, karena Bendungan Semantok jaraknya dekat dari rumah, saya hanya browsing untuk melihat kapan bendungan ini dibuka. Toh, sejumlah tetangga saya sudah sering ke sana dan membuat story di WhatsApp dan Instagram. Biasanya mereka membuat story di bagian dekat air bendungan dan terlihat sangat indah. Jadi tanpa babibu saya langsung gas ke lokasi.

Namun begitu tiba di lokasi, saya mendengar dari beberapa pengunjung yang mengatakan bahwa wisata bendungan belum dibuka. Saya yang datang membawa sahabat saya jadi nggak enak kalau misalnya kami harus putar balik, lagi pula saat itu masih ada beberapa orang yang tetap masuk.

Saat itu palang pintu bendungan nggak tertutup sempurna, malah masih dibuka setengah tinggi, sehingga masih bisa dilalui pengendara motor dan mobil. Tentu saja hal ini bikin pengunjung seperti saya bingung. Katanya tutup, tapi kok pintunya buka.

Baca halaman selanjutnya: Dikasih tiket tapi tiket sumbangan…

Dikasih tiket, tapi bukan tiket masuk melainkan sumbangan masjid

Sebelum memasuki Bendungan Semantok Nganjuk, ada sejumlah bapak-bapak yang berada di dalam pos yang menarik uang masuk. Saat berkunjung ke sana saya naik motor dan dikenakan tiket Rp5 ribu.

Memang murah untuk ukuran masuk area wisata dua orang dan satu motor. Tapi setelah masuk ke dalam area bendungan, saya mulai kecewa dan sadar. Yang saya kira tiket masuk area bendungan ternyata merupakan karcis bukti amal sumbangan masjid.

Sebenarnya saya biasa saja seumpama dapat tarikan untuk sumbangan masjid, tapi parahnya ini nggak ada info sebelumnya dan dilakukan di area wisata. Sebagai pengunjung saya merasa ditipu.

Begitu sampai di rumah saya sempatkan browsing lagi soal Bendungan Semantok Nganjuk. Di review Google Maps rupanya banyak keluhan kurang lebih sama seperti saya. Banyak yang menuliskan pengalaman mereka. Misalnya, ditarik sumbangan Rp10 ribu karena membawa mobil, keluhan karena nggak bisa menikmati fasilitas yang ada di sana, dll.

Nggak ada akses masuk ke lokasi yang bagus, dan banyak fasilitas yang ditutup

Setelah melalui pos penjagaan dan masuk area wisata Bendungan Semantok Nganjuk, saya kira akan mendapatkan pemandangan indah dan melewati jalanan mulus. Tapi yang terjadi malah sebaliknya. Area bendungan yang bagus dan jalannya mulus malah ditutup. Pengunjung hanya diberi satu jalan untuk melihat pemandangan bendungan dan hanya bisa melihat dari pinggiran.

Jalan yang bisa diakses pengunjung ke bendungan adalah track jeep. Ya, seperti yang kalian bayangkan, jalannya berpasir dan berbatu. Tentu saja ini sangat nggak menyenangkan, apalagi saat musim kemarau tiba. Sebagai pengendara motor, saya kelilipan sepanjang jalan menuju bendungan. Sementara pengunjung yang naik mobil juga nggak kalah kasihan. Mobilnya jadi berdebu dan tentu saja berkendara di jalur yang nggak rata.

Selain akses masuk yang mengecewakan, banyak fasilitas di dalam wisata bendungan yang ditutup. Sebenarnya nggak mengejutkan sih soalnya dari pintu masuk Bendungan Semantok Nganjuk saja sudah dipalang.

Sebagai pengunjung, saya tentu kecewa, tapi mungkin pengunjung yang datang dari luar kota lebih kecewa lagi. Bahkan saya bertemu pengunjung dari Bojonegoro yang nggak bisa salat di sini karena musala atau masjid di area bendungan nggak boleh dimasuki. Parahnya, toilet pun nggak ada di sini.

Sedikit menyesal pernah ikut membranding Bendungan Semantok Nganjuk

Setelah kunjungan terakhir saya beberapa minggu lalu, saya merasa malu pernah membranding wisata ini di Terminal Mojok. Sebab, ternyata bendungan ini masih nggak jelas eksistensinya. Seharusnya Bendungan Semantok dapat mengangkat citra Kabupaten Nganjuk. Tapi nyatanya, wisata bendungan ini jadi bahan hujatan pengunjung dari luar kota.

Selain itu bendungan yang seharusnya bisa berfungsi mengairi sawah masyarakat sekitar justru hingga saat ini belum bisa dimanfaatkan dengan maksimal. Banyak petani yang masih berada di satu wilayah dengan Bendungan Semantok menggunakan air tanah hasil ngebor dari sawah sendiri. Jadi bendungan paling hanya digunakan untuk menampung air hujan.

Dengan demikian lengkap sudah kekecewaan saya terhadap Bendungan Semantok Nganjuk. Ke depannya, saya berharap wisata bendungan ini bisa lebih diperhatikan sehingga bisa dimanfaatkan dengan baik. Sebab rasanya kalau seperti ini dibiarkan terus rasanya jadi rugi karena telah keluar banyak uang untuk membangunnya tapi malah kurang bermanfaat.

Penulis: Desy Fitriana
Editor: Intan Ekapratiwi

BACA JUGA Kabupaten Nganjuk, Satu-satunya Tempat di Jawa Timur yang Akan Membuatmu Kaya Raya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version