Webtoon ‘Bastard’ yang Sebenarnya Tidak Sebangsat Itu

Webtoon Bastard terminal mojok

Beberapa waktu lalu, drama Korea adaptasi Webtoon garapan Netflix yang berjudul Sweet Home memang lagi hits-nya. Walau sudah tamat, euforia yang dihadirkan masih membekas di ingatan para penonton, termasuk saya yang mengikutinya sejak masih jadi Webtoon.

Ending yang menggantung membuat saya sangat menantikan Season 2 untuk kelanjutan kisah Hyunsu, dkk. Sambil menunggu, saya akhirnya membaca ulang Webtoon lain karya author Sweet Home, Kim Carnby dan Hwang Youngchan. Webtoon itu berjudul Bastard, sebuah karya komik yang masih bertema gelap tetapi lebih “manusiawi”.

Saya jadi teringat, 2018 lalu, saya sempat membaca rumor kalau Bastard akan segera diangkat ke layar lebar. Beberapa aktor ternama Korea Selatan seperti Im Siwan, Yeo Jin Goo, hingga D.O EXO dikabarkan akan ikut meramaikan film ini. Sayangnya sampai detik ini, Bastard belum kunjung dapat kepastian. Ia bahkan dilangkahi juniornya, Sweet Home, yang lebih dulu diadaptasi Netflix dan memperoleh kepopuleran. Meski begitu, Bastard telah sukses dalam bentuk komik cetak yang hadir dengan lima volume. Volume pertamanya bahkan ikut debut dalam serial Sweet Home, loh.

Sesuai judulnya, Webtoon Bastard berhasil bikin saya mengabsen makhluk-makhluk kebun binatang. Bagaimana tidak? Di awal cerita saja, pembaca sudah disajikan adegan pembunuhan berantai yang didalangi oleh Bapak Seon Dongsoo dan anak bujangnya, Seon Jin. Ditambah fakta bahwa Jin terpaksa membantu sang ayah dan sangat membenci psikopat itu. Jin bahkan punya trauma masa kecil karena hampir dibunuh sang ayah dengan dibuang dari atap gedung hingga berakhir hidup dengan tubuh lemah dan banyak dipermak. Kondisi tubuhnya itu juga jadi alasan ia dikucilkan anak-anak sekolahnya, bahkan sampai ada yang merundungnya, Manny Kim misalnya.

Konflik pun makin pecah saat Bapak Seon menargetkan Kyun Hoon, siswi pindahan sekaligus cewek yang ditaksir Seon Jin sebagai korban selanjutnya. Mulai dari sinilah Jin berusaha lepas dari kurungan sang ayah yang membelenggunya. Ia juga mencoba membeberkan kebenaran itu pada Kyun Hoon, walau kerap kali berakhir dengan kesalahpahaman.

Di beberapa chapter menuju ending, muncul plot twist yang benar-benar membagongkan menurut saya. Pada bagian ini, Bapak Seon akhirnya memberitahu fakta yang selama ini menjadi salah satu konflik utama dalam cerita. Nyatanya, ayah Jin itu tak pernah sekalipun ingin menyakitinya, bahkan tak pernah berniat membunuhnya. Ingat saat Jin dibuang dari atap gedung sewaktu bocah? Sang ibulah pelakunya. Mengetahui anak dan suaminya adalah psikopat, tak heran jika wanita itu akhirnya berbuat nekat.

Lalu ketika ditanya mengenai pembunuhan keluarga Manny Kim, si pembully yang berpura-pura menjadi teman Jin, sang ayah malah menjawab karena Jin diganggu olehnya. Untuk bagian ini, memang benar, sih. Orang tua mana yang ikhlas anaknya ditindas? Namun jika dipikir lagi, orang biasa tidak akan sampai membunuh, kan? Apalagi sampai menghabisi satu keluarga.

Jujur saja, pada bagian ini, air mata saya meluap sejadi-jadinya. Untuk pertama kali, akhirnya Bapak Seon dan Jin dapat mengobrol dari hati ke hati. Walau belum bisa disebut obrolan santai keluarga, setidaknya mereka bisa meluruskan sedikit kesalahpahaman yang menjadi akar masalah mereka.

Sementara itu, hubungan Jin dan Kyun Hoon sendiri sebenarnya sudah direstui oleh sang ayah. Hanya saja, Bapak Seon masih perlu menguji apakah Kyun Hoon benar-benar bisa menerima Jin dan apakah Jin benar-benar berbeda dengan dirinya. Masalahnya, cara yang dipakai sang ayah bisa dibilang cukup ekstrem.

Kisah tersembunyi lainnya juga ikut terungkap, salah satunya mengenai lukisan tempat Jin menyembunyikan senjata pembunuhnya. Lukisan itu ternyata adalah replika karya seniman Perancis, Thomas Couture yang berjudul Seorang Ayah dan Putranya. Saya sendiri tidak tahu persis makna lukisan itu. Namun yang menyayat hati, Bapak Seon akhirnya terjun bebas dari atap gedung sambil membawa lukisan itu di pelukannya. Saya rasa itu merupakan salah satu bentuk permintaan maaf sekaligus untuk mengenang pengampunan dari putra tercintanya.

Setelah menamatkan Webtoon ini, entah mengapa saya jadi teringat pepatah bahwa darah lebih kental daripada air. Yah, meskipun seorang pembunuh berantai, nyatanya Bapak Seon tak tega membunuh Jin, darah dagingnya sendiri. Bahkan secara tak sadar, blio tidak bisa membunuh atau menyakiti istrinya. Mengesampingkan pembunuhan terhadap korban-korbannya, Webtoon Bastard sebenarnya tidak sebangsat itu. Bapak Seon hanyalah gambaran seorang suami dan ayah yang baik yang terjebak dalam tubuh seorang psikopat.

Sumber Gambar: YouTube Webtoon

BACA JUGA Rekomendasi Drama Korea Adaptasi Webtoon yang Wajib Ditonton.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.
Exit mobile version