Ada beberapa kesempatan yang membuat kita harus menjajal warung makan baru. Saat bepergian ke daerah yang belum pernah dikunjungi misalnya. Pada momen seperti ini, kerap kali kita pasrah saja pada menu, rasa, dan harga makanan yang dijajakan penjual.
Memang, sebelumnya kita bisa melakukan riset terlebih dahulu dengan bertanya ke kenalan atau mencari informasi di Google. Namun, kerap kali kita malas atau tidak sempat melakukannya. Itu mengapa, ketika masuk ke sebuah warung makan, kita bisa benar-benar pasrah saja.
Betapa sangat beruntung kalau kita masuk ke warung makan yang menyajikan menu makanan yang enak dan murah. Kurang beruntung kalau masuk ke tempat makan yang kurang enak atau nggak ramah di kantong. Namun, apakah kalian tahu apa yang paling sial? Masuk ke warung makan yang tidak mencantumkan harga pada menu makanannya.
Daftar Isi
Trauma kena palak berkedok daftar harga
Kenapa warung makan yang nggak mencantumkan harga makanan menandakan kesialan? Warung makan seperti ini berpotensi mengenakan harga yang lebih mahal ke pengunjungnya. Sementara, pengunjung tidak bisa protes karena harganya memang nggak tertulis.
Cerita-cerita seperti di atas kerap dijumpai di media sosial ketika masa libur panjang tiba. Wisatawan luar kota yang makan di warung yang berada di daerah wisata bisa dikenai harga berkali-kali lipat dari harga normal. Masih ingat kan cerita viral wisatawan makan dipinggir jalan habis hingga ratusan ribu? Itulah yang ditakutkan banyak orang.
Berangkat dari cerita-cerita di media sosial itu, nggak heran kalau orang-orang jadi lebih waspada, apalagi di warung-warung tempat wisata. Pengunjung jadi nggak tenang selama belum membayar makanan di meja kasir. Kenikmatan makanan bisa berkurang.
Malu bertanya bisa kena prank harga
Sebenarnya, pelanggan bisa mengatasi warung makan red flag ini dengan satu cara. Hanya saja, cara ini memerlukan mental yang kuat. Cara tersebut adalah bertanya langsung harganya.
Bertanya mudah sebenarnya, tapi banyak orang enggan melakukannya karena malu. Padahal, kalau pembeli mau bertanya, penjual mungkin saja dengan senang hati akan menjawab. Pembeli pun bisa makan dengan lebih tenang karena sudah mengetahui harga pastinya. Aktif bertanya seperti ini juga bisa menghindarkan dari praktik menaikkan harga secara semena-mena.
Warung makan red flag memberatkan kaum mendang-mending
Bagi kaum mendang-mending seperti saya, praktik warung makan yang menaikkan harga secara semena-mena sangatlah merugikan. Mungkin perasaan dicurangi itu bisa sedikit terobati dengan rasa dan porsi makanan yang mantap ya. Sayangnya, warung-warung yang menerapkan praktik seperti ini biasanya tempat yang kurang profesional. Dalam artian, rasa atau porsinya zonk.
Kalau sudah dalam posisi seperti itu, satu-satunya hal yang bisa dilakukan hanyalah menandai tempat makan tersebut agar kelak nggak mampir lagi. Cara lebih konkret, membujuk warung makan di seluruh pelosok Indonesia untuk selalu mencantumkan daftar menu dan harga dengan jelas dan selalu diperbarui. Jangan daftar menu dan harga puluhan tahun lalu masih saja terpampang sampai sekarang.
Penulis: Wulan Maulina
Editor: Kenia Intan
BACA JUGA Sisi Gelap Penjual Angkringan yang Perlu Diwaspadai, Pelanggan Sebaiknya Hati-Hati
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.