Warung Kelontong Sulit Disaingi Minimarket, asal “Boroknya” Dibenahi

Warung Kelontong Sulit Disaingi Minimarket, asal Bisa Membenahi Boroknya Mojok.co

Warung Kelontong Sulit Disaingi Minimarket, asal Bisa Membenahi Boroknya (unsplash.com)

Di tengah persaingan dengan minimarket yang semakin ketat, warung kelontong harus banyak berbenah. 

Waktu rencana pembangunan sebuah minimarket beredar di kampung saya, berbagai respon warga muncul. Ada yang setuju alias pro dan ada juga yang menolak alias kontra. Alasannya beragam dan sama-sama masuk akal. 

Di kalangan warga yang setuju, mereka merasa keberadaan minimarket jadi kebanggaan tersendiri. Kapan lagi kampung mereka punya toko-toko seperti di perkotaan. Sementara mereka yang nggak setuju merasa, pembangunan minimarket hanya akan menjadi ancaman bagi pemilik warung kelontong. Mereka khawatir pelanggan akan beralih ke minimarket. 

Warung kelontong tidak akan tergantikan, asal …

Kalau menurut saya sih, keberadaan minimarket tidak akan menjadi ancaman bagi eksistensi warung kelontong. Sebab, alasan masyarakat ke warung cukup kuat. Mulai dari warung yang lebih dekat rumah, harganya lebih terjangkau, hingga tidak ada biaya parkir seperti mayoritas minimarket. 

Saya adalah salah satu dari orang-orang yang lebih memilih ke warung kelontong ketimbang minimarket. Entah untuk membeli jajanan, rokok, sabun, shampo, ataupun pulsa. Bagi saya, membeli dagangan di warung kecil-kecilan sama halnya mendukung dan membantu perekonomian usaha lokal.

Lantaran sering berkunjung ke warung kelontong, saya jadi akrab dengan beberapa penjual. Saya jadi tahu kebiasaan mereka, sistem di warung, hingga “boroknya” warung.  Sebenarnya ini bisa menjadi kritik bagi para pemilik warung kelontong sih. Kalau memang usahanya tidak ingin tersaingi oleh kehadiran toko modern, setidaknya mereka memperbaiki “boroknya” usaha mereka. Kalau tidak, benar-benar bisa bubar jalan usahanya. 

#1 Tidak ramah saat melayani pembeli

Usaha toko kelontong sebenarnya tidak hanya menjual barang-barang dagangan. Dalam bisnis seperti ini, pelayanan atau keramahan dalam melayani pembeli juga diperhitungkan. Bukan tidak mungkin pembeli kabur karena pelayanan warung yang buruk, padahal warung tersebut punya stok barang yang lengkap. 

Saya cukup sering mendapati toko kelontong yang pelayanannya sangat menyebalkan seperti itu. Bahkan pernah ada yang penjualnya malah marah-marah saat ditanya oleh pembeli. Padahal pertanyaannya sama sekali nggak menyinggung perasaan lho. Benar-benar mengherankan. 

#2 Menjual barang kadaluarsa

Ini salah satu kelemahan terbesar warung kelontong. Tidak ada pengawasan yang ketat terhadap barang-barang yang dijual. Tidak seperti minimarket yang punya sistem terintegrasi terkait stok barang. Akibatnya, saya sering menemukan barang-barang kadaluarsa dari yang dibeli di warung. 

Sialnya, saya tipe orang yang nggak begitu teliti ketika membeli barang. Barang-barang kadaluarsa dari warung baru saya sadari ketika sampai di rumah. Hal semacam ini sudah beberapa kali menimpa saya. 

Jadi, buat kalian kalau sering ke warung kelontong, periksa terlebih dahulu barang yang hendak dibeli. Jangan sampai sudah tiba masa expired-nya. Untuk pemilik usaha, tolong jangan abai terhadap kualitas barang yang kalian jual. Kasian pelanggan kalian kalau sampai harus mengkonsumsi atau menggunakan barang-barang kadaluarsa.

#3 Warung kelontong yang sering nggak ada penjaganya

Kesalahan warung kelontong yang ketiga ini mungkin terdengar sederhana, tapi dampaknya begitu besar. Warung yang dibiarkan tanpa penjagaan kerap membuat calon pembeli bingung ketika hendak membeli. Akhirnya, kebanyakan dari mereka memutuskan untuk tidak berbelanja dan memilih warung lain atau bahkan memilik ke minimarket yang selalu ada penjaganya. 

Saya cukup sering menjumpai warung kelontong dengan kondisi seperti itu. Sudah berkali-kali memanggil penjaga warung, tapi tetap saja tidak ada tanggapan. Entah sesibuk apa penjualnya sehingga meninggalkan warungnya cukup lama. Saya juga heran, apa penjualnya tidak takut ya kalau barangnya bisa hilang karena tidak ada yang jaga?

#4 Warung kelontong yang nggak punya uang kembalian

Hal yang nggak kalah menyebalkan saat kita ke warung kelontong adalah ketika penjualnya tidak memiliki uang kembalian. Lebih buruknya lagi, nggak sedikit penjaga warung yang malah meminta pembeli untuk mencari uang kecil. 

Saya suka heran sendiri.Warung-warung seperti ini sebenarnya niat usaha nggak sih. Uang kembalian adalah salah satu hal penting dalam berjualan. Itu mengapa menyiapkan uang kecil sebagai kembalian sebenarnya kewajiban penjual, bukan pembelinya. 

Di atas adalah empat dosa yang harus segera diperbaiki oleh warung kelontong di mana saja berada. Termasuk warung kelontong yang ada di sekitar rumah saya. Jelas ini perlu diperhatikan supaya eksistensi warung kelontong tetap terjaga di tengah gempuran minimarket

Penulis: Riad
Editor: Kenia Intan 

BACA JUGA Perlahan tapi Pasti, Warung Madura Menggeser Warung Ucok

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.riad

Exit mobile version