Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Kuliner

Walau Jadi Perdebatan, Rawon Tegal Adalah Rawon untuk Semua Orang

Pradipto Bhagaskoro oleh Pradipto Bhagaskoro
14 Januari 2022
A A
Walau Jadi Perdebatan, Rawon Tegal Adalah Rawon untuk Semua Orang terminal mojok.co

Walau Jadi Perdebatan, Rawon Tegal Adalah Rawon untuk Semua Orang (Unsplash.com)

Share on FacebookShare on Twitter

Jagat Twitter sempat geger perkara video resep membuat rawon Tegal. Bagi mereka, betapa nistanya rawon Tegal ini, berkuah kuning seperti kare, tanpa keluak, pakai santan pula. Di mana letak “rawonnya”? Bagaimana olahan seperti itu bisa disebut rawon?

Reaksi-reaksi seperti ini wajar saja sebenarnya. Apalagi jika yang bereaksi adalah warga asal Jawa Timur. Dalam pakem rawon di Jawa Timur, yang menjadikan rawon adalah rawon, tak lain ialah warna kuahnya yang hitam. Ini berkat bahan serupa batu berisi pasta pekat bernama keluak. Rawon ya wajib pakai keluak, titik. Bagi orang Jawa Timur, semakin hitam pekat rawon maka semakin absah status kerawonannya.

Rawon Tegal jelas tidak memenuhi kriteria ini. Ini masih ditambah dengan penggunakan santan pada rawon, yang dianggap sebagai penistaan yang lain lagi bagi pakem rawon khas Jawa Timur.

Di satu sisi, saya ikut sebal dan terpantik, bersolidaritas dengan sesama warga asal Jawa Timur. Di sisi lain, saya yang setidaknya pernah beberapa tahun menjadi kelas pekerja Jakarta—yang tentu saja, jadi terbiasa makan di warteg—sebenarnya sudah bisa maklum dengan rawon “ajaib” seperti itu. Bahkan, saya mulai menyukainya.

Dari namanya saja, kita mestinya bisa maklum. Rawon Tegal, berarti rawon dengan kearifan lokal orang-orang Tegal. Ya bebas-bebas saja kan, jika orang Tegal menciptakan rawonnya sendiri? Sebagaimana soto, setiap daerah punya sotonya sendiri dan tak pernah ada ribut besar yang ditimbulkan karenanya.

Rawon Tegal yang berwarna kuning dan bersantan ini biasanya berisi tetelan (potongan-potongan kecil) berbagai jeroan ayam atau sapi. Ia sebenarnya adalah menu yang tidak asing bagi mereka yang sehari-harinya makan di warteg. Dengan kata lain, rawon Tegal menjadi dikenal dan populer karena hampir semua warteg menyediakannya. Dan tentu saja, tidak ada daerah lain yang punya warteg paling banyak selain Jakarta.

Salah satu alasan mengapa warteg tetap eksis dan selalu punya pelanggan, selain karena harganya yang terjangkau bagi para pekerja di Jakarta, adalah rasanya yang sesuai dengan biaya yang dikeluarkan. Makanan-makanan di warteg pada dasarnya punya rasa yang “aman”. Ia tidak perlu ueeenaaak banget, tapi juga tidak membuat orang yang mesti merogoh kocek jadi menyesali rasa makanannya.

Ini selaras dengan makanan-makanan di Jakarta pada umumnya. Nasi goreng, bakmi, atau nasi gila yang dijual di gerobak-gerobak pinggir jalan, misalnya, rasanya nyaris selalu sama. Seakan-akan bumbu dan takaran yang diberikan sudah menjadi template yang tak perlu diubah lagi.

Baca Juga:

Kembaran Bukan Purwokerto, Jangan Disamakan

Kalau Mau Menua dengan Tenang Jangan Nekat ke Malang, Menetaplah di Pasuruan!

Terus, mengapa rasanya mesti jadi sama semua? Orang-orang dari berbagai daerah di Indonesia yang mencari peruntungan ke Jakarta pasti punya selera yang berbeda-beda. Semua rasa makanan-makanan tadi diseragamkan demi mengakomodasi berbagai selera ini. Dicari jalan tengah dengan rasa yang “aman” tadi. Sehingga orang-orang dengan berbagai selera ini setidaknya bisa menerima rasa yang ditawarkan.

Makanya, tak mengherankan lagi apabila nasi goreng gerobakan di Jakarta selalu terasa kurang asin bagi lidah orang Surabaya, atau kurang sedap bagi lidah orang Semarang, karena tujuannya memang bukan untuk memuaskan lidah semua orang. Toh, meski dikomentari macam-macam, makanan-makanan tadi tetap laku karena merekalah yang mudah ditemukan dan terjangkau harganya.

Begitu pula halnya dengan rawon Tegal. Jika dibandingkan dengan rawon khas Jawa Timur yang hitam dan berdaging sapi, rawon Tegal agaknya menjadi pilihan yang lebih aman dan dirancang untuk bisa dinikmati lebih banyak orang.

Faktanya, tidak semua orang suka dengan makanan berkuah hitam karena menganggapnya aneh dan menjijikkan. Selain itu, rawon Jawa Timur yang berisi daging sapi, apalagi rawon buntut atau rawon iga, harganya jelas malah. Apalagi jika dibandingkan dengan rawon Tegal yang umumnya berisi tetelan jeroan.

Selain berisi tetelan yang membuat harganya lebih terjangkau, penggunaan santan pada rawon Tegal kemungkinan adalah untuk membuat kuahnya lebih gurih dan kental. Kuah yang kental jelas lebih mengenyangkan daripada kuah yang cenderung bening.

Dari sini kita bisa memahami bahwa rawon Tegal adalah hidangan yang lebih pragmatis. Ia bisa diterima oleh lebih banyak orang daripada rawon khas Jawa Timur. Sudah lebih murah, kenyang, dan mudah didapatkan seiring dengan banyaknya jumlah warteg di Jakarta. Dengan kualitas seperti ini, rawon Tegal bisa disebut sebagai rawon untuk semua orang.

Bagaimanapun, rawon Tegal bersama warteg yang menyediakannya, telah menjadi solusi yang efektif dan efisien bagi kelas pekerja di Jakarta. Mau disebut rawon atau bukan, tidak lagi penting bagi warteg-holic. Pasalnya, yang dicari tak lain adalah harga murah untuk mendapatkan variasi menu. Rasa jadi tidak lagi terlalu signifikan, karena yang terpenting harga sarapannya terjangkau, sehingga masih ada uang yang bisa ditabung, atau setidaknya bisa disisihkan untuk nongkrong bersama teman-teman di akhir pekan. Ya, kan?

Penulis: Pradipto Bhagaskoro
Editor: Audian Laili

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 14 Januari 2022 oleh

Tags: pilihan redaksiRawon Tegalwarteg
Pradipto Bhagaskoro

Pradipto Bhagaskoro

Penulis dan seniman bunyi-bunyian.

ArtikelTerkait

4 Dosa yang Sering Dilakukan Penjual Warteg (Shutterstock)

4 Dosa yang Sering Dilakukan Penjual Warteg

20 Januari 2023
Tersiksa dari Bali ke Jepang Bersama Maskapai LCC Terbaik di Dunia Bernama AirAsia

Tersiksa dari Bali ke Jepang Bersama Maskapai LCC Terbaik di Dunia Bernama AirAsia

19 Maret 2023
6 Mie Ayam Jogja yang Unik untuk Perkaya Petualangan Rasamu Terminal Mojok.co

6 Mie Ayam Jogja yang Unik untuk Perkaya Petualangan Rasamu

6 April 2022
9 Rekomendasi Menu Hacks Lawson yang Layak Dicoba Minimal Sekali Seumur Hidup

9 Rekomendasi Menu Hacks Lawson yang Layak Dicoba Minimal Sekali Seumur Hidup

12 September 2023
Upin Ipin dan Sifatnya yang Saya Benci

Upin Ipin dan Sifatnya yang Saya Benci

13 Juni 2023
Apa Benar Orang Korea Se-fashionable Karakter di Now, We Are Breaking Up_ terminal mojok

Now, We Are Breaking Up dan Betapa Modisnya Orang Korea

20 November 2021
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Gak Daftar, Saldo Dipotong, Tiba-tiba Jadi Nasabah BRI Life Stres! (Unsplash)

Kaget dan Stres ketika Tiba-tiba Jadi Nasabah BRI Life, Padahal Saya Nggak Pernah Mendaftar

21 Desember 2025
Opel Blazer, Motuba Nyaman yang Bikin Penumpang Ketiduran di Jok Belakang

Opel Blazer, Motuba Nyaman yang Bikin Penumpang Ketiduran di Jok Belakang

23 Desember 2025
Daihatsu Gran Max, Si "Alphard Jawa" yang Nggak Ganteng, tapi Paling Bisa Diandalkan Mojok.co

Daihatsu Gran Max, Si “Alphard Jawa” yang Nggak Ganteng, tapi Paling Bisa Diandalkan

25 Desember 2025
Kuliah Bukan Perlombaan Lulus Tepat Waktu, Universitas Terbuka (UT) Justru Mengajarkan Saya Lulus Tepat Tujuan

Kuliah Bukan Perlombaan Lulus Tepat Waktu, Universitas Terbuka (UT) Justru Mengajarkan Saya Lulus Tepat Tujuan

24 Desember 2025
Perpustakaan Harusnya Jadi Contoh Baik, Bukan Mendukung Buku Bajakan

Perpustakaan di Indonesia Memang Nggak Bisa Buka Sampai Malam, apalagi Sampai 24 Jam

26 Desember 2025
Banyuwangi: Ditinggal Ngangeni, Ditunggui Bikin Sakit Hati

Banyuwangi: Ditinggal Ngangeni, Ditunggui Bikin Sakit Hati

20 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Gereja Hati Kudus, Saksi Bisu 38 Orang Napi di Lapas Wirogunan Jogja Terima Remisi Saat Natal
  • Drama QRIS: Bayar Uang Tunai Masih Sah tapi Ditolak, Bisa bikin Kesenjangan Sosial hingga Sanksi Pidana ke Pelaku Usaha
  • Libur Nataru: Ragam Spot Wisata di Semarang Beri Daya Tarik Event Seni-Budaya
  • Rp9,9 Triliun “Dana Kreatif” UGM: Antara Ambisi Korporasi dan Jaring Pengaman Mahasiswa
  • Sempat “Ngangong” Saat Pertama Kali Nonton Olahraga Panahan, Ternyata Punya Teropong Sepenting Itu
  • Pantai Bama Baluran Situbondo: Indah tapi Waswas Gangguan Monyet Nakal, Itu karena Ulah Wisatawan Sendiri

Konten Promosi



Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.