Flores tak hanya tentang Labuan Bajo dan panorama alam indah lainnya. Flores punya warisan nenek moyang yang amat berharga, yaitu bahasa daerah. Bahasa daerah di Flores yang punya ciri khas tersendiri membuat kota ini tak hanya kaya akan keindahan alam, namun juga dalam hal budaya. Dalam hal ini, yang saya maksud adalah kata wala bagi orang Ngada, Flores.
Kalau di Banjarmasin, wala punya arti nakal atau bandel, tapi tidak bagi orang Ngada. Kata ini sering diselipkan dalam pembicaraan sehari-hari. Pengucapan kata ini seperti ketika orang sedang makan, atau sedang berusaha menelan sesuatu, lalu mengucapkan kata wala. Bingung? Coba praktik aja. Sekarang kalian makan, terus pas makan, ngomong wala. Nah, kira-kira kek gitu.
Di artikel ini, saya akan membedah arti kata tersebut, agar kalian nggak kaget-kaget amat jika suatu saat berkunjung ke daerah Ngada. Biar nggak gumunan gitu lho.
Wala sebagai pendukung kalimat tanya dan ekspresi
Orang-orang Ngada sering menggunakan kata ini dalam percakapan mereka untuk mendukung kata lainnya. Bahkan kata ini juga sewaktu-waktu berperan untuk menunjukan reaksi terhadap sesuatu.
Contoh pertama:
“Wala, ini di mana?”
Kata wala di sini berperan sebagai penekanan untuk kalimat tanya.
Contoh kedua:
“Wala, itu ana fai (perempuan) cantik ee.”
Kata wala di sini berperan sebagai pendukung ekspresi kekaguman terhadap kecantikan seorang perempuan.
Sebagai penguat identitas
Dapat dikatakan bahwa kata ini sudah mendarah daging dengan percakapan orang-orang Ngada. Jika berbincang dengan orang Ngada ,mereka pasti akan menyelipkan kata ini dalam percakapan mereka. Selain itu, dalam beberapa karya anak muda di Ngada seperti short movie atau lagu hip-hop, mereka selalu menyelipkan kata ini baik dalam dialog ataupun lirik lagu.
Hal ini menunjukan kebangaan anak-anak Ngada menunjukan kata ini sebagai ciri khas orang Ngada dan tidak masalah jika orang lain memanggil kami dengan kata ini. Yaaa mirip kayak orang Ngapak yang sering dipanggil inyong sama yang lain gitu lah.
Sebagai penunjuk lokasi
Kesaktian dari kata ini adalah, selain sebagai kata pendukung dana penguat identitas, kata ini bisa jadi penunjuk lokasi. Kalau kalian jalan-jalan random di daerah Flores, ketika mendengar orang mengucapkan kata wala, Anda berarti ada di Ngada. Soalnya, nggak ada daerah lain yang pake kata ini di Flores. Serius ini.
Saya sendiri punya pengalaman dengan hal ini. Ketika SMP dulu, saya sempat pindah sekolah ke daerah lain di Flores. Awal-awal pindah, logat Bajawa/Ngada saya sangat kental dan selalu menggunakan kata wala dalam berbicara dengan teman sekolah. Akhirnya saya dipanggil “wala Bajawa”, bukan lagi nama panggilan saya. Tidak lain tidak bukan, ini karena kata ini sangat identik dan sering digunakan oleh orang Ngada, dan hanya orang Ngada yang memakai kata ini. Hal ini menunjukan bahwa kata ini meski tidak memiliki arti yang jelas dan harfiah, tetapi memiliki fungsi lain yang hanya diketahui oleh orang-orang Ngada.