Dalam banyak hal, first impression atau kesan pertama yang diperlihatkan kepada orang yang baru dikenal itu penting. Sangat penting. Apalagi dalam dunia kerja. Juga termasuk saat mengikuti proses wawancara kerja. Meski terkesan sepele, pada kenyataannya, penilaian seorang HRD kepada para pelamar kerja tidak bisa dipisahkan dari first impression.
Satu yang pasti, first impression pada saat wawancara kerja bukan soal cantik atau tampan, mengenakan barang branded atau tidak. Lebih kepada pembawaan diri masing-masing pada saat bertatapan atau berkomunikasi dengan para HRD, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Hal ini, saya pikir cukup penting untuk disampaikan dan diketahui oleh para pelamar kerja, termasuk pekerja kantoran. Sebab, selain hard skill, beberapa poin dalam first impression menjadi bagian dari soft skill yang sebaiknya dimiliki oleh pencari kerja juga karyawan yang masih aktif bekerja di suatu perusahaan.
Bagi pelamar kerja yang mengikuti proses wawancara kerja, setidaknya ada empat first impression yang, bagi saya, sangat penting untuk diingat sekaligus diaplikasikan. Lantaran, empat hal ini sering terlewat, tidak menjadi concern, atau bahkan diabaikan begitu saja. Percaya atau tidak, empat hal ini menjadi komponen penting bagi kelanjutan proses para pelamar kerja.
#1 Datang terlambat saat diundang proses wawancara
Ini menjadi salah satu hal yang paling mendasar saat proses wawancara kerja berlangsung. Betapa tidak, ketepatan waktu para pelamar kerja saat tiba pada proses wawancara akan menjadi pertimbangan sekaligus first impression tersendiri bagi para HRD.
Sebaliknya, jika pelamar kerja datang terlambat, apalagi hingga berjam-jam dan tanpa kabar sama sekali sebelumnya, tentu akan sangat merepotkan HRD. Mau bagaimana pun, HRD hanya karyawan biasa yang punya timeline tersendiri untuk menyelesaikan pekerjaannya.
Kalaupun datang terlambat atau tidak bisa hadir, baiknya komunikasikan dengan HRD. Saran saya, hindari alasan macet apalagi bangun kesiangan. HRD akan menilai bahwa manajemen waktu dari pelamar kerja kurang baik dan kurang profesional aja gitu. Apalagi keduanya bisa diantisipasi dengan berbagai cara yang sederhana.
#2 Kerapian pakaian
Sekali lagi, ini bukan soal merek atau harga outfit yang kalian kenakan. Lebih kepada apakah para pelamar kerja peduli dengan penampilannya sendiri, termasuk menghargai diri sendiri saat bertemu orang lain—terlebih jika baru dikenal dan dalam dunia profesional.
Soal jenis outfit yang dikenakan pada saat wawancara kerja, sebetulnya tinggal menyesuaikan saja. Paling tidak, tanyakan kepada HRD saat menerima panggilan wawancara. Apakah pakaiannya harus formal, diperkenankan untuk mengenakan pakaian yang smart casual, atau bahkan casual pun tidak masalah.
Yang jelas, jika tanpa persetujuan, jangan coba-coba pakai kaos oblong saat proses interview kerja. Pokoknya, jangan.
Selain itu, mohon diperhatikan juga soal aroma badan kalian. Maksud saya, kalau memang agak bau ketiak, ada baiknya pakai deodoran gitu. Gunakan sedikit wewangian atau parfum agar lawan bicara—dalam hal ini HRD—nyaman ngobrol dengan para kandidatnya. HRD juga manusia biasa yang, kalau menghirup bau ketiak, akan risih juga, lho.
#3 Tidak membawa kelengkapan dokumen yang sudah diinfokan sebelumnya
Pada umumnya, ketika mengundang kandidat, HRD akan menginformasikan dokumen atau kelengkapan data apa saja yang harus dibawa pada proses wawancara kerja. Tentu saja, dokumen yang sebelumnya sudah diinformasikan sebaiknya disiapkan dan dibawa saat proses berlangsung. Bahkan, ketika tidak diminta sekalipun—untuk sekadar berjaga-jaga.
Jika sudah diinformasikan, tapi pelamar kerja tidak membawa kelengkapan data yang diminta, tentu saja akan membikin para HRD kelimpungan dan berpikir ulang, apakah kandidat ini siap dalam bekerja atau tidak. Mempersiapkan segala sesuatunya dengan baik atau tidak. Memerhatikan hal kecil atau tidak, dst.
#4 Cara berkomunikasi
Kemampuan berkomunikasi dengan baik menjadi salah satu soft skill yang, disadari atau tidak, wajib diasah secara perlahan dan terus menerus. Sebab, akan sangat berguna untuk jangka panjang di ruang lingkup sosial maupun profesional.
Jangan sampai chat HRD masih saja diawali dengan “P”. Jawab undangan interview via email atau chat hanya, “Ok” atau “Oke, sip.” Tentu saja, balasan seperti itu akan menjadi penilaian tersendiri bagi HRD. Jadi, sebisa mungkin beri respon atau feedback secara profesional.
Hal ini juga berlaku pada saat proses interview secara langsung/tatap muka. Tunjukkan gestur terbaik Ketika berbicara, juga pemilihan kata yang sesuai.
BACA JUGA Lucunya Bekerja di Perusahaan yang Pimpinannya Adalah Teman Sendiri dan artikel Seto Wicaksono lainnya.