Akhir-akhir ini saya sering sekali berinteraksi dengan mas-mas penjaga fotokopi. Maklum saja, saat ini saya sedang sibuk mengerjakan skripsi. Saking seringnya saya ketemu, saya sampai hafal usaha fotokopi mana yang pelayanannya prima dan kurang. Bahkan, saya juga tahu siapa saja nama-nama penjaga fotokopi yang juteknya kelewat batas.
Selain itu, karena hubungan saya dengan penjaga fotokopi hari-hari ini sangat intens, saya juga jadi tahu hal-hal curang yang mungkin dilakukan oleh usaha fotokopi. Kecurangan ini ada yang saya dapat dari pengalaman pribadi saya, ada yang dari curhatan teman, bahkan ada juga yang dari mantan penjaganya.
Daftar Isi
Harga per lembar lebih mahal jika print atau fotokopi satuan
Mahasiswa dan tukang fotokopi seperti dua entitas yang sulit dipisahkan, saya akui itu. Saya saja, bisa bolak-balik tiga sampai empat kali sehari hanya untuk sebuah berkas. Misalnya, mulai dari cetak dokumen penting, dokumen yang biasa saja, yang tebal, hingga yang tipis saya lakukan.
Lantaran sering bolak-balik itulah saya jadi dilema. Sebenarnya berapa sih biaya pas yang saya harus bayar untuk itu. Jujur, saya nggak tahu harga persisnya. Sebab, setiap usaha fotokopi dan print, harganya berbeda-beda.
Salah satu cara saya menelisik harga adalah cuma satu, yaitu dengan membedakan jumlah ketebalan halaman. Simpel. Kadang-kadang, jika saya mencetak file dengan jumlah halaman tebal, maka bisa dipastikan harga per lembarnya kisaran Rp250-300. Tapi, kalau ukuran satuan, atau tipis, harganya menjadi Rp500.
Memang sih, selisih bilangan itu kelihatan kecil. Tapi, kalau dihitung-hitung kan sama saja ada surplus nilai. Bayangkan saja kalau uang sisa yang bernilai Rp250 atau Rp150 itu diakumulasi tiap harinya. Apa nggak naik haji si penjaganya? Wong kadang uang kembalian di minimarket 100 perak saja kita nggak ridho, kok. Lha ini kecurangan yang terang-terangan kita diam saja. Sedikit demi sedikit, lama-lama menjadi bukit, menurut saya.
Ada bayaran lebih kalau mau manipulasi berkas
Kecurangan lain saya temukan baik dari pengalaman teman saya dan pengalaman saya sendiri. Saat itu, teman saya mencoba mengajukan jasa edit berkas penting (sebut: SKCK dan Ijazah). Saya nggak tahu persis mengapa dia melakukan perubahan itu. Yang saya tahu, dia mengubah berkas penting itu karena urusan tertentu. Suatu urusan yang saya nggak boleh tahu pokoknya. Intinya, dia bilang demi kelancaran urusan kerjaannya.
Saat saya tanya mengapa dia melakukan hal tersebut di tukang fotokopi, dia menjawab karena beberapa rekannya menyarankan mengedit berkas di sana, di salah satu usaha fotokopi. Katanya, ada tukang fotokopi yang mau menerima tugas ilegal itu. Dia berkata, nanti ketika meminta bantuan si penjaga, harus transaksi secara rahasia dan harus memberikan bayaran yang lebih.
Hal ini ternyata bukan hal baru. Artikel Mas Mohammad Maulana Iqbal di Terminal Mojok pernah memaparkan sisi gelap dari usaha fotokopi. Akhirnya, saat saya cek langsung ke teman saya tadi, katanya ada beberapa jasa fotokopi yang implisit memang menyediakan jasa itu. Namun, cara kerjanya harus mengendap-endap, dan dilakukan secara gerilya. Sebab ini adalah hal yang ilegal, tapi kalau kepepet sikat saja, katanya.
Usaha fotokopi mencuri file mahasiswa untuk dijual
Kalau kalian pernah menonton film Penyalin Cahaya (2022), tindakan serupa dalam film itu sebenarnya juga terjadi di dunia nyata. Beberapa tempat fotokopi yang pernah saya tahu disinyalir pernah mencuri file mahasiswa untuk dijual.
Itu mengapa kini banyak mahasiswa menghindari mengirim file skripsi lewat chat WA atau email penjaga. Menghindari file mengendap di gawai penjaga sehingga bisa disalahgunakan.
Ada lagi testimoni dari rekan saya yang sama-sama menjadi mahasiswa akhir. Salah satu usaha fotokopi yang ada di daerah kampusnya, sempat heboh karena ada indikasi praktik jual beli data skripsi, terutama skripsi mahasiswa yang mengendap di data penjaga. Tak lama, kasus tersebut terendus pihak berwajib, lalu usaha fotokopi itu ditutup. Sungguh ngeri, ini mah bukan tindakan curang lagi bagi saya, tetapi sudah kriminal.
Praktik nakal usaha fotokopi memang mengkhawatirkan. Namun, saya minta jangan terlalu pesimis. Maksud saya, bukan berarti di sekitar kita nggak ada sama sekali usaha fotokopi yang jujur dan aman. Masih banyak usaha fotokopi yang jujur dan amanah, kok. Walau begitu, kita juga perlu memilah dan memilih juga. Agar kita sama-sama untung, nggak mencurangi maupun tercurangi.
Penulis: Adhitiya Prasta Pratama
Editor: Kenia Intan
BACA JUGA 3 Cara Licik Penjual Daging Sapi untuk Meraup Cuan dari Ketidaktahuan Pembeli
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.