Urban Legend FBSB UNY yang Bikin Bulu Kuduk Merinding

Urband Legend FBSB UNY yang Bikin Bulu Kuduk Merinding Mojok.co

Urband Legend FBSB UNY yang Bikin Bulu Kuduk Merinding (unsplash.com)

Kampus FBSB UNY itu unik. Di balik atmosfernya yang ramah, bersahaja, dan artistik tersimpan kisah-kisah yang tidak bisa ditemukan di brosur PMB. Cerita-cerita ini tidak pernah diajarkan di mata kuliah Wawasan Almamater. Namun, menyebar dari satu angkatan ke angkatan lain, dari senior ke junior, dari penjaga kampus ke satpam magang.

Kalau kamu mahasiswa baru yang besok bakal kuliah di Fakultas Bahasa, Seni, dan Budaya (FBSB), saya sarankan untuk baca baik-baik tulisan ini. Bukan bermaksud menakut-takuti, tapi biar kamu tahu kalau FBSB bukan tempat biasa. Ini sebagai panduan spiritual, semacam peta buta pergaulan makhluk gaib di FBSB UNY.

#1 Utari, mahasiswi seni tari yang tidak pernah benar-benar pergi

Kisah tentang Utari sudah seperti dongeng turun-temurun di FBSB UNY. Konon, ia adalah mahasiswi berbakat yang sedang menyusun skripsi tentang tari klasik. Sayangnya, tekanan akademik, ekspektasi orang tua, dan tekanan hidup membuatnya memilih jalan sunyi: mengakhiri hidupnya sendiri.

Kini, namanya melegenda. Ia sering “terlihat” di Pendopo Tedjakusuma. Ia  Duduk sendiri mengenakan kostum tari lengkap, rambut dicepol. Kadang ia menunduk, kadang tersenyum. 

Beberapa mahasiswa juga mengaku melihat sosok perempuan menari di performing hall (dulu dikenal sebagai stage tari). Itu terjadi saat gedung stage tari masih jadul dan gelap. Kini gedung itu memang sudah direnovasi dan terang benderang. Namun, di salah satu ruangan di lantai bawah gedung itu ada yang lampunya tidak pernah dimatikan. Konon, di situlah tempat favorit Utari. 

#2 Penunggu gedung WS Rendra

Gedung ini sebenarnya biasa saja. Bersih, terang, dan sering dipakai kuliah reguler. Tapi, kalau kamu tanya ke kakak tingkat atau penjaga malam, mereka pasti cerita soal Mbak Wulan. Sosok perempuan berambut panjang yang katanya sering “ikut kuliah” di salah satu ruang di lantai tiga.

Kejadiannya dulu sampai sempat viral di grup WhatsApp angkatan. Ada mahasiswa yang merasa duduk sebelahan, tapi pas nengok nggak ada siapa-siapa. Kadang juga muncul di pantulan kaca jendela saat kelas sore.

Mbak Wulan katanya suka ikut kelas. Kalau kamu nanti ikut kelas di gedung WS Rendra dan merasa suasananya agak “berat”, mungkin Mbak Wulan lagi ikut belajar bareng.

#3 Air mancur FBSB UNY yang selalu keruh

Di tengah kompleks FBSB ada air mancur kecil. Letaknya strategis, jadi penanda kalau kamu udah masuk zona kampus yang katanya paling artistik se-UNY. Anehnya, setiap kali air mancur itu dinyalakan, airnya selalu keruh. Padahal instalasinya baru, pompanya dicek rutin, dan airnya diganti.

Katanya sih, air mancur itu dibangun di atas “jalur lewat” para makhluk tak kasat mata. Jadi wajar kalau mereka merasa terganggu. Air yang keruh itu semacam kode: “Jangan ganggu kami.”

Itu mengapa air mancur itu lebih sering dimatikan. Biar semua damai: mahasiswa bisa kuliah tenang, yang lain juga bisa lewat dengan nyaman.

#4 Beringin depan gedung Amri Yahya, singgasana yang tak tersentuh

Kamu akan melihat satu pohon beringin besar kalau melewati Gelanggang Teater menuju gedung Amri Yahya. Teduh, tua, dan anggun. Jangan sekali-kali iseng di sana. Menurut cerita, pohon itu adalah semacam “kerajaan” dari mereka yang tidak kelihatan.

Jangan coba-coba duduk-duduk lama di bawahnya sambil melamun (meski suasananya mendukung). Apalagi ngerokok sambil misuh-misuh. Banyak mahasiswa yang iseng, lalu besoknya langsung jatuh sakit. Entah itu pusing, demam, atau tiba-tiba lupa jalan ke kampus. 

Kuncinya cuma satu, sopanlah seperti kamu sopan ke dosen pembimbing skripsimu.

#5 Lab karawitan dan satu set gamelan bali

FBSB UNY punya Lab Karawitan yang terdiri atas dua lantai.  Lantai bawah untuk latihan tari. Lantai atas untuk pertunjukan. Di situlah disimpan satu set gamelan Bali yang konon hanya boleh dimainkan oleh yang benar-benar tahu tata caranya. Saya pernah mengalaminya sendiri.

Waktu itu saya ikut produksi pementasan. Karena kebutuhan ruang, kami nekat mindahin gamelan Bali ke ruangan belakang panggung tanpa izin apapun. Saya yang bagian bantu angkat-angkat, awalnya santai saja. Namun, setelah pentas, saya demam tiga hari. Badan pegal-pegal dan mimpi aneh tiap malam.

Dosen saya bilang, “Ya itu balasannya. Mereka nggak suka sembarangan.” Sejak saat itu, saya jadi percaya, semua alat kesenian punya jiwanya sendiri. Termasuk gamelan.

FBSB fakultas paling ramah

Saya cerita ini bukan untuk menakut-takuti. Saya cuma ingin berbagi cerita supaya mahasiswa yang baru masuk nggak kaget. FBSB UNY bukan cuma kampus, tapi juga ruang hidup yang dihuni banyak “makhluk”.

Terlepas dari cerita-cerita mistis itu, kampus ini benar-benar paling ramah. Dosen-dosennya suportif, mahasiswa-mahasiswanya toleran. Seni benar-benar mengalir dari ujung selasar sampai ke ruang-ruang pertunjukan. Urban legend ini hanya bagian dari warna-warni FBSB yang membuatnya tak terlupakan.

Penulis: Janu Wisnanto
Editor: Kenia Intan

BACA JUGA Dear UNY, Tambah Fakultas Baru Sah-sah Aja, tapi Jangan Lupa Pikirkan Lahan Parkirnya

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

 

Exit mobile version