Betapa malang nasib mahasiswa abadi Universitas Trunojoyo Madura (UTM).
Saya rasa tak ada satu pun mahasiswa yang berkeinginan untuk menjadi mahasiswa abadi. Bayangkan saja, ketika teman seangkatan kita sudah lulus, kita masih saja sibuk bimbingan di kampus. Meskipun terlihat ramai, suasana di kampus pasti terasa sangat sepi, sebab mahasiswa abadi harus berusaha sendiri-sendiri.
Selain itu, menjadi mahasiswa abadi akan membuat kita semakin tak percaya diri. Masa depan yang sudah direncanakan akan berantakan. Yang awalnya pengen lanjut S2, malah pesimis karena S1 saja nambah semester, sedangkan yang ingin bekerja merasa insecure karena baru bisa mengandalkan ijazah SMAnya.
Nah, inilah yang menurut saya banyak dialami oleh mahasiswa di Universitas Trunojoyo Madura (UTM). Sebab, di kampus ini banyak sekali mahasiswa yang berakhir menjadi mahasiswa abadi.
Daftar Isi
Lulus 8 semester di Universitas Trunojoyo Madura itu tidak normal
Normalnya, masa studi S1 ditempuh selama 8 semester. Tapi, hal ini berbeda jika kalian kuliah di UTM. Di kampus ini, lulus 8 semester adalah hal yang tidaklah normal. Rata-rata masa studi mahasiswa UTM adalah 9,2 semester pada 2023. Artinya, sudah masuk ke semester 10.
Bahkan, di beberapa prodi tertentu bisa lulus 7 semester adalah sebuah kemustahilan. Misalnya, prodi-prodi di Fakultas Teknik, semua mahasiswa di prodi-prodi ini normalnya lulus di atas semester 10. Hanya Teknik Elektro saja yang rata-ratanya 8,6 semester.
Saya tahu kalian akan mengatakan maklum sebab jurusan teknik memang sulit. Saya katakan, ini juga terjadi di banyak prodi ilmu-ilmu soshum. Misalnya Prodi Psikologi, rata-rata masa studinya 9,9 semester. Lalu, Prodi PGSD rata-ratanya 10,4 semester. Gila banget kan! Kuliah PGSD bisa sampai 11 semester.
Baca halaman selanjutnya: Masalahnya ada di dosen yang sok sibuk…
Masalahnya ada di dosen yang sok sibuk
Berdasarkan liputan @wartautm, koordinator penjamin mutu UTM mengatakan bahwa faktor yang memengaruhi masa studi yang lama ini adalah faktor keluarga, finansial, dan mahasiswanya sendiri. Habislah! Pernyataan ini langsung dirujak oleh mahasiswa UTM. Sebab, kata mereka dosen yang sering ngilang dan mempersulit mahasiswa adalah akar dari masalah mereka.
Bahkan, pada postingan @wartautm ada yang berkomentar bahwa ada mahasiswa di Prodi Psikologi yang sampai DO hanya gara-gara dosen pembimbingnya. Teman saya dari fakultas FISIB UTM juga sedang mengalami kondisi yang serupa dengan komentar tadi.
Mereka sekarang masuk semester 9. Alasannya, dosen mereka sok sibuk. Sudah tahu punya tanggungan puluhan mahasiswa bimbingan, eh malah masih nyari pendapatan lain dari puluhan program MBKM riset sampai puluhan. Akhirnya, proses bimbingan para mahasiswa tadi tertunda karena dosen yang sangat sibuk. Benar-benar dzolim.
Mahasiswa tak mampu hanya jadi donatur kampus
Siapa yang paling dirugikan dari dosen yang sering ngilang karena mengejar sampingan tadi? Ya, jelas-jelas mahasiswa. Apalagi mahasiswa yang berasal dari keluarga tidak mampu. UKT tetap jalan, tapi dosen sering ngilang.
Sayangnya, meskipun tak terjadi pada saya, masalah ini terjadi kepada teman-teman saya. Ada 7 teman saya disana, dan kesemuanya sekarang masuk semester 9. Padahal, mereka adalah mahasiswa penerima beasiswa KIP-K. nKini mereka harus bayar UKT hingga jutaan rupiah. Tentu saja, ini adalah biaya yang tidak sedikit bagi mahasiswa KIP.
Entahlah, saya bingung bagaimana harus berkomentar lagi. Saya harap UTM bisa berbenah lagi, dan kalau bisa keluarkanlah dosen-dosen yang tak tahu diri ini. Percuma ngejar akreditasi kalau mahasiswanya banyak yang lulus telat.
Penulis: Abdur Rohman
Editor: Kenia Intan
BACA JUGA Menganggap Skripsi Sudah Usang Adalah Pendapat Ngawur, Nyatanya Skripsi Masih Banyak Manfaatnya kok!
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.