Uniknya Segmentasi Koran di Sumatra Utara

Uniknya Segmentasi Koran di Sumatra Utara terminal mojok

Membaca koran setelah sarapan pagi adalah satu kebiasaan yang sering kita lakukan sebagai orang Indonesia. Sambil merokok atau minum kopi, mata kita sibuk membaca berita terbaru, entah itu adanya kebijakan pemerintah baru, informasi keuangan, atau sekadar mencari hasil pertandingan sepak bola tadi malam. Tak jarang pula kita memiliki koran langganan yang rasanya cocok dengan kita. Hal ini lebih mudah jika kita berlangganan koran tersebut. Kalau tidak? Solusinya adalah dengan mencari sarapan di tempat-tempat makan dan berharap mereka menyediakan koran untuk dibaca secara gratis oleh para pelanggan.

Risiko dari mengharapkan adanya koran di tempat makan adalah kemungkinan kita tidak mendapatkan koran yang kita suka. Tapi di Sumatra Utara, Anda dapat dengan mudah memutuskan di mana tempat makan yang tepat untuk menemukan koran favorit Anda. Kok bisa? Percaya atau tidak, koran kedaerahan di Sumatra Utara masih menjadi primadona untuk masyarakat. Ada tiga koran daerah yang memiliki segmen cukup luas dan oplahnya pun tinggi di Medan. Uniknya, Anda bisa menemukan salah satu dari koran Sumatra Utara ini di tempat-tempat tertentu jika Anda memang ingin membacanya.

#1 Sinar Indonesia Baru (SIB)

Koran ini berdiri sejak tahun 1970. Kalau Anda mau membaca koran ini, pergilah ke lapo atau setidaknya tempat yang menjual makanan khas Batak. Atau mungkin warkop. Alasannya sederhana, karena segmen Sinar Indonesia Baru adalah masyarakat Batak dan Nasrani. Berita-berita mengenai kejadian di daerah Toba Samosir hingga Simalungun bakal Anda temui di koran ini. Punguan (persatuan marga Batak) juga sering menjadikan Sinar Indonesia Baru sebagai wadah informasi jika ada acara-acara adat, begitu pun artikel mengenai gereja akan sering Anda temui di koran ini.

#2 Analisa

Berbeda dengan Sinar Indonesia Baru, segmen Analisa adalah masyarakat Tionghoa. Itulah kenapa koran ini memiliki porsi berita mengenai bisnis dan keuangan yang paling besar dari kedua kompetitornya. Salah satu keunikan dari Analisa juga pernah viral di Twitter, yaitu mengenai pernyataan putus hubungan dengan anak yang dibuat oleh sepasang orang tua di Tanjung Morawa. Percaya atau tidak, berita-berita seperti itu akan sering Anda temukan di Analisa. Nah, kalau Anda mau membaca koran ini, pergilah ke tempat makan yang dimiliki oleh orang Tionghoa, seperti penjual pangsit atau mie bebek.

#3 Waspada

Waspada adalah yang paling tua dibandingkan kompetitornya yang lain, bahkan menjadi koran kedua tertua se-Indonesia (setelah Kedaulatan Rakyat) yang masih beroperasi hingga saat ini. Bertolak belakang dengan Sinar Indonesia Baru, Waspada mengambil segmen masyarakat Islam dan juga nasionalis. Itulah kenapa Anda bisa menemukan Waspada di tempat makan Aceh maupun Padang. Koran ini pula yang memiliki porsi artikel politik dan pemerintahan paling besar. Hal ini berkaitan pula dengan sejarahnya yang dekat dengan masa perjuangan kemerdekaan.

Nah itu tadi tiga market leader koran di Sumatra Utara yang unik. Bahkan dominasi ketiga koran ini masih sulit untuk digeser hingga saat ini. Pengecualian mungkin koran Posmetro yang mengambil segmen berita kriminal sehingga bisa merebut pasarnya sendiri. Yang jelas harus Anda ingat, kalau mau membaca koran-koran tadi secara gratis, pastikan Anda memilih tempat yang sesuai. Jangan datang ke lapo kalau Anda mau membaca Analisa, ya.

BACA JUGA Mie Balap vs Mie Gomak, Manakah Sarapan Mie yang Worth It di Kota Medan? atau tulisan Albertus Devin lainnya.

Exit mobile version