Unesa Adalah Kampus Paling Pick Me, Hobi Caper ke Pemerintah, padahal Kampusnya Masih Banyak Masalah

Unesa Adalah Kampus Paling Pick Me, Hobi Caper ke Pemerintah, padahal Kampusnya Masih Banyak Masalah

Unesa Adalah Kampus Paling Pick Me, Hobi Caper ke Pemerintah, padahal Kampusnya Masih Banyak Masalah

Saya yakin, tidak ada yang tidak bangga dengan almamater kampus sendiri. Begitu pun saya, saya sangat bangga pernah menempuh studi di Universitas Negeri Surabaya (Unesa). Namun, saya bilang bangga bukan berarti kampus tercinta saya ini begitu sempurna. Tidak, kampus Unesa masih jauh dari kata sempurna. Terutama masalah sarana dan prasarana.

Namun di samping masalah sarana, ada hal lain yang membuat saya pribadi sangat jengkel pada Unesa, yakni sikapnya yang terlalu pick me, terutama pada pemerintah. Kebayang kan bagaimana jengkel dan kesalnya kalian melihat kelakuan salah satu teman kalian yang pick me. Nah, ini terjadi pada kampus saya sendiri. Tak percaya? Mari saya buktikan.

Kampus paling “SIAP” semua program pemerintah

Seandainya Unesa bisa berbicara, mungkin Unesa akan selalu bilang “Pemerintah itu butuhnya kampus yang tunduk, nggak banyak nuntut, kayak aku ini”. Yah, tidak jauh beda dengan manusia-manusia pick me di sekitar kita. Berupaya menjadi yang paling bisa menyesuaikan supaya dapat perhatian. Begitu juga Unesa, demi dapat perhatian pemerintah, Unesa menjadi kampus paling SIAP di semua program pemerintah.

Misalnya, pas ada pro-kontra IKN tahun lalu, Unesa langsung jadi kampus paling berkomitmen mau buka cabang di sana. Lalu, ide sekolah rakyat (SR) yang masih jadi perdebatan, Unesa langsung siap ditunjuk sebagai salah satu pengelolanya. Terakhir, program swasembada pangan yang digagas pemerintah, Unesa langsung bikin Fakultas Ketahanan Pangan tahun ini. Gila kan! Langsung fakultas rek, kampus lain mana bisa.

Coba renungkan, sikap seperti itu apa namanya kalau bukan pick me!?

Ngejar-ngejar MURI, berasa paling beda sendiri

Satu lagi ciri-ciri dari manusia pick me yang melekat pada Unesa, yakni merasa paling beda sendiri. Bahkan, untuk mendapat validasi ini Unesa sampai ngejar-ngejar pengen dicatat sebagai rekor MURI. Padahal, rekor yang diperoleh pun sebenarnya biasa-biasa saja. Substansinya belum jelas, hanya menang kuantitas.

Salah satu yang saya maksud adalah rekor MURI Menulis Surat Harapan untuk Presiden tahun lalu, yakni sebanyak 16 ribu lebih mahasiswa PKKMB. Substansinya apa, itu pak presiden beneran baca 16 ribu surat? Haduh, dasar pick me!

Lalu, Penandatangan MoU dengan Pemerintah Daerah Terbanyak juga dikategorikan sebagai MURI. Apa urgensinya sih. Terakhir, pelaksanaan 9 ribu program magang, penelitian, proyek desa, dan mobilitas akademik lainnya juga dimasukkan sebagai rekor MURI. Kan itu emang kewajiban dunia akademik mahasiswa pak/bu, harusnya biasa aja dong.

Barulah, kalau MURI-MURI tersebut sudah berdampak boleh dicatat sebagai sejarah. Lah ini, belum jelas output dan outcome nya udah kebelet pengen dicatat sebagai MURI.

Nggak salah kalau ada yang menyebut kampus ini pick me!

Aslinya, Unesa Ketintang masih penuh masalah

Sebenarnya, tak ada masalah mendukung program pemerintah, selagi kita sudah mempertimbangkan kesiapan kampus kita sendiri. Atau mau mati-matian ngejar rekor MURI, sangat tidak masalah sama sekali. Asal, rekor yang dikejar benar-benar memiliki substansi. Jangan hanya fokus cari perhatian saja!

Nah menurut saya, di tengah kondisi kampus Ketintang yang penuh masalah, apa yang dilakukan oleh Unesa ini hanya cari perhatian pemerintah.

Kalau kalian tidak percaya, berkunjunglah ke Unesa Ketintang. Coba makan siang di food court kampus ini. Pasti, kondisinya tak jauh beda sama pengungsian. Di sana, saya yakin kalian akan kesulitan cari meja untuk makan. Akhirnya, kalian harus memilih lesehan di pinggir danau.

Selain itu gedung di kampus ini juga terbilang kurang. Beberapa prodi di Unesa Ketintang ada yang belum memiliki gedung resmi sendiri, sehingga harus digabung dengan prodi lain. Kabar tidak enaknya, tak jarang mahasiswa harus saling rebutan ruang kelas saat pembelajaran luring. Makanya, jangan heran kalau di kampus ini masih banyak dosen yang memilih kelas daring.

Oiya, belum lagi kalian harus bergelut saat mencari tempat parkir nantinya.

Ah, ya itulah perasaan kesal saya pada kampus Unesa. Terlalu sibuk pick me ke pemerintah. Padahal sikap ini sangat tidak baik, apalagi bagi sebuah institusi akademik.

Penulis: Abdur Rohman
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA Kuliah di Unesa Menyenangkan asal Mahasiswa Mau Berdamai dengan Tiga Kesialan Ini

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version