Uang Kembalian Adalah Tanggung Jawab Penjual, Bukan Pembeli. Jangan Menyuruh Pembeli untuk Mencari Tukaran Uang Atau Tambah Belanjaan!

Uang Kembalian Adalah Tanggung Jawab Penjual, Bukan Pembeli!

Uang Kembalian Adalah Tanggung Jawab Penjual, Bukan Pembeli. Jangan Menyuruh Pembeli untuk Mencari Tukaran Uang Atau Tambah Belanjaan! (Unsplash.com)

Penjual yang tidak menyediakan uang kembalian adalah penjual yang menyebalkan.

Kegiatan transaksional merupakan hal yang mendasar bagi kita semua. Penjual dan pembeli memiliki hubungan yang saling membutuhkan. Penjual membutuhkan pembeli untuk mendapatkan pundi-pundi rupiah, sedangkan pembeli membutuhkan penjual untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan rumah. Oleh karena itu, kedua belah pihak ini harus saling menyenangkan saat melakukan kegiatan transaksi.

Transaksi yang menyenangkan adalah transaksi yang dapat memuaskan kedua belah pihak. Penjual sebagai produsen sepatutnya memberikan pelayanan yang baik, begitu pun dengan pembeli sebagai konsumen harus bertransaksi dengan baik. Setidaknya itulah anggapan saya tentang proses transaksional yang ideal, yang dapat memberikan kenyamanan bagi penjual dan pembeli.

Namun, pada kenyataannya anggapan saya tentang proses transaksi ideal itu tidak selalu terimplementasi di dalam praktiknya. Ada hal-hal yang tidak bisa diprediksi dalam pelaksanaannya. Yang terjadi di lapangan justru ada juga proses transaksi yang tidak menyenangkan salah satu pihak, entah itu penjual atau pembeli. Hal inilah yang akhir-akhir ini saya alami.

Pengalaman bertemu penjual yang tidak menyediakan uang kembalian

Ada salah satu apotek di sekitar rumah saya yang sering membuat saya jengkel. Pasalnya, sudah beberapa kali saya membeli obat di apotek itu dan sering sekali tidak ada kembaliannya. Mereka berdalih dengan kalimat “baru buka” atau “belum ada uang receh”. Sekali dua kali masih bisa saya maklumi, tapi ternyata lanjut sampai sekarang sehingga saya merasa sangat jengkel.

Ketika mereka mengatakan bahwa tidak ada uang kembalian, dan saya pun tidak memegang uang pas, di situlah terjadi deadlock. Dalam sepersekian detik, awkward moment terjadi. Saya dan pegawai apotek tertegun dan bertatap mata sembari menunggu siapa yang selanjutnya akan bicara.

Baca halaman selanjutnya: Akhirnya saya mengalah…
Akhirnya saya juga yang mengalah demi memecahkan masalah tersebut, walaupun sebenarnya saya berharap ada solusi yang ditawarkan pihak apotek yang bisa menjadi jalan keluar untuk masalah uang kembalian tersebut. Akan tetapi solusi yang mereka tawarkan kerap memberatkan saya sebagai konsumen. Hal itulah yang membuat saya mau tak mau harus menukar uang terlebih dulu sembari ngedumel dalam hati.

Setiap deadlock terjadi, yang bersedia berusaha untuk menyelesaikan masalah adalah saya. Itu pun atas inisiatif saya sendiri untuk menukarkan uang terlebih dulu atau membeli barang lain—yang tidak saya butuhkan—ke warung atau pedagang lain dengan harapan mendapat uang kembalian receh. Saat mencari warung kelontong atau pedagang lain pun bukan perkara gampang mengingat tak semua warung dan pedagang mau menerima tukaran uang. Jadi, saya harus pilih-pilih juga dalam hal ini. Repot betul, kan?

Berdasarkan pengalaman saya, penjual tak pernah ada inisiatif untuk menukarkan uang atau memberi solusi yang tidak memberatkan pembeli. Ora ada effort-nya pisan gitu, lho!

Penjual harusnya memiliki inisiatif

Sebenarnya masalah uang kembalian ini bisa diantisipasi dengan cara saya membawa uang pas atau uang yang nominalnya tidak terlalu besar. Hal tersebut sudah saya lakukan juga, kok. Dan sejauh ini, hal itu cukup efektif untuk melancarkan proses transaksi yang ideal. Sayangnya, saya tidak selalu memegang uang pas. Ada beberapa situasi yang mengharuskan saya datang ke apotek dengan membawa uang yang nominalnya besar sambil berharap bahwa pihak apotek punya kembalian. Sialnya, tetap saja mereka tidak menyediakan uang kecil.

Setelah beberapa kali mengalami masalah uang kembalian, saya jadi berpikir bahwa sepertinya ini bukan masalah yang bisa dianggap sepele. Para penjual seharusnya memperhatikan betul masalah ini karena termasuk dalam pelayanan bagi konsumen yang mana pelayanan haruslah memuaskan dan meninggalkan kesan yang baik bagi konsumen. Jangan sampai hal sepele seperti uang kembalian ini membuat pelanggan enggan datang dan berbelanja lagi. Kalau sudah begini, siapa yang dirugikan?

Saya cenderung menitikberatkan kepada pihak penjual yang harusnya lebih berusaha dalam masalah uang kembalian. Penjual memang sepatutnya menyediakan uang kembalian. Jika penjual selalu menyediakan uang kecil, ketika ada pembeli yang bertransaksi dengan uang nominal besar jadi tidak masalah. Dan jika tidak punya uang kembalian, maka yang harus berusaha mencarinya adalah penjual. Jadi sekali lagi, uang kembalian menjadi tanggung jawab penjual, bukan pembeli yang disuruh mencarinya atau malah disuruh tambah belanjaan!

Penulis: Fadil Ahmad Muzakir
Editor: Intan Ekapratiwi

BACA JUGA Membaca Karakter Pedagang saat Nggak Punya Uang Kembalian.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version