Bias aturan di Jalan Layang Waru
Jalan Raya Waru memiliki jalan layang untuk menyiasati rumitnya jalan di pertelon Waru. Namun, ada hal yang aneh. Bila dari arah Sidoarjo menuju Surabaya kendaraan roda dua dilarang melintas, arah sebaliknya diperlakukan berbeda. Kendaraan roda dua dari arah Surabaya menuju Sidoarjo boleh lewat pada jam-jam tertentu. Rambu-rambunya sudah jelas terpampang.
Tapi, rambu-rambu ini seolah tidak ada harga dirinya sama sekali. Banyak pesepeda motor yang tetap nekat melintas di Jalan Layang Waru, utamanya yang dari arah Sidoarjo ke Surabaya. Saya yang hampir tiap hari melintas, tiap hari juga melihat pelanggaran ini.
Mungkin untuk menghindari keruwetan di pertelon Waru tadi, sehingga memilih melintas di jalan layang. Apapun alasannya, manuver roda dua di jalan layang waru ini tak jarang menghambat laju kendaraan roda empat yang melintas.
Kendaraan yang ngetem di pintu keluar Bungurasih
Pintu keluar Terminal Bungurasih menjadi pangkal kemacetan di Jalan Raya Waru. Selain jadi tempat keluar bus antar kota dalam provinsi dan antar kota luar provinsi, di dekatnya juga ada halte bus Trans Jatim serta jadi lokasi ngetem kendaraan. Padahal, sepanjang jalan sudah diberi rambu-rambu larangan berhenti, namun tetap diabaikan.
Belum lagi karakter beberapa penumpang yang lebih memilih mencegat bus di pintu keluar dibanding harus masuk ke dalam terminal. Tak jarang badan bus yang begitu besar dan panjang memakan jalur Jalan Raya Waru yang mengarah ke Surabaya.
Itu dia 4 hal yang membuat kemacetan di Jalan Raya Waru seolah-olah abadi. Perlu pemecahan yang out of the box untuk mengurai kemacetan di jalan ini. Bukan sekadar menyalahkan U-turn, tapi tidak melakukan sesuatu yang nyata untuk mengatasi pangkal masalahnya.
Penulis: Suluh Dwi Priambudi
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA 4 Jalan Berbahaya di Bantul yang Nggak Disadari Banyak Pengendara