Beberapa waktu lalu, Kementerian Komunikasi dan Informasi (Kemkominfo) sudah memberlakukan peralihan dari TV analog ke TV digital. Meskipun katanya lebih canggih dan jernih, tetapi nyatanya infrastruktur yang belum siap membuat keluh-kesah baru para penonton TV.
Setelah TV analog dihapus, saya memilih untuk membeli TV digital ketimbang membeli Set Top Box. Rasanya, membeli TV akan lebih praktis daripada harus colok sana colok sini, pasang sana pasang sini. Tetapi, ternyata TV digital tidak semulus yang saya kira sebelumnya.
Di daerah saya, tidak semua channel bisa terbaca. Bahkan, saat ini hanya ada 9 channel yang bisa terbaca setelah scan dan mengubah posisi antena beberapa kali. Beberapa channel favorit pun tidak terbaca, dan itu membuat ibu saya tidak bisa menonton sinetron favoritnya. Cukup mengesalkan.
Lain lubuk, lain channel-nya
Tetapi, di beberapa daerah lain, ada banyak channel yang bisa terbaca. Saya mengira, hal ini karena ketidaksiapan infrastruktur penyedia saluran TV dalam memberikan layanan siaran digital. Alhasil, tidak semua daerah mendapatkan kesempatan yang sama untuk menonton acara favorit mereka.
Berbeda ketika TV analog masih berfungsi. Meskipun terkadang bikin kesel dengan semut-semut yang selalu muncul di layar, tetapi masih bisa diakali dengan banyak cara. Kalau kurang jernih, antena digeser 30 cm saja bisa membuat siaran jadi lebih jernih. Kalau TV Digital, harus pindah sana pindah sini, bikin kesel!
Sinyal yang tidak stabil pun menjadi masalah lain dari TV digital. Hal ini saya alami setiap saya ingin menonton siaran liga Inggris di SCTV yang kebanyakan disiarkan pada dini hari. Setiap dini hari, sinyal tidak stabil dan membuat siaran tersendat-sendat.
Hal ini cukup mengesalkan, apalagi ketika tontonan sedang seru-serunya lalu siaran terkendala, tentu bikin naik pitam. Untuk hal ini saya tidak mengerti apa faktornya, karena siaran di jam pagi, siang, dan malam itu lancar. Sementara pada dini hari, siaran seperti nasabah pinjol yang susah bayar utang.
Baca halaman selanjutnya: TV digital tetaplah inovasi yang bagus….
TV digital tetaplah inovasi yang bagus
Meskipun begitu, TV digital merupakan inovasi yang patut diacungi jempol. Siaran yang di sudut layar bertuliskan HD kini bisa disaksikan oleh seluruh lapisan masyarakat tanpa terkecuali. Di era yang serba streaming seperti sekarang, teknologi ini bisa memunculkan daya saing tersendiri bagi TV.
Akan tetapi, di balik itu semua, infrastruktur siaran digital harus segera diperbaiki dan ditingkatkan. Sehingga, mereka yang berada di pelosok bisa merasakan apa yang dirasakan oleh mereka yang tinggal di perkotaan. Membuat sinyal lebih mudah ditangkap dan stabil adalah salah satunya.
Para perusahaan TV pun harus memutar otak untuk membuat acara yang lebih menarik dan menghibur. Percuma kalau sekarang sudah beralih ke TV digital, tetapi siarannya masih serasa zaman TV analog. Orang-orang pasti akan tetap betah nonton Netflix atau YouTube. Anak-anak pun pasti akan tetap betah nonton konten Instagram dan TikTok.
Migrasi ke TV digital ini pun seharusnya menjadi ajang unjuk gigi bagi stasiun TV lokal. Mereka seharusnya bisa memperlihatkan tajinya untuk membuat tontonan yang menarik. Namun, sebelum itu sekali lagi, infrastrukturnya harus benar-benar memadai.
Meskipun Kemkominfo beberapa waktu lalu terkena musibah korupsi, jangan sampai hal ini malah membuat TV digital stuck di tengah pengembangan. Membuat mereka yang ingin menonton Ikatan Cinta sulit menangkap sinyal RCTI, membuat ibu-ibu pencinta TV mengamuk dan membuat petisi untuk mengembalikan siaran analog. Jika hal itu sampai terjadi, berarti dunia sedang tidak baik-baik saja.
Penulis: Muhammad Afsal Fauzan S.
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA Galon Sekali Pakai, Efektif Tingkatkan Sampah Plastik di Indonesia