Jika kalian penasaran profesi apa yang dipuji setinggi langit hanya karena melakukan tugasnya secara properly, profesi tersebut adalah tukang parkir.
Saya tahu kalian bakal jawab anggota DPR, tapi tolong, bukan itu jawabannya. Saya masih butuh pekerjaan ini, Guys.
Tukang parkir, terutama tukang parkir liar bisa dibilang profesi paling dibenci. Datang ketika tidak dibutuhkan, dan menghilang ketika dibutuhkan. Tapi seringnya mereka justru bikin masalah yang tak perlu.
Sebagai contoh, banyak sekali kita lihat lalu lintas jadi terhambat karena tukang parkir yang tak becus mengatur kendaraan. Bantuin mobil keluar, malah bikin macet. Padahal kalau mereka nggak ada di situ, ya sebenarnya lalu lintas lancar-lancar aja.
Terlebih tukang parkir ATM. Duh, ini jenis tukang parkir paling dibenci di Bima Sakti ini. Bahkan kabarnya di Earth 32, profesi ini juga begitu dibenci.
Betul, ada kalanya kita dibantu oleh mereka. Saya pun tak segan mengeluarkan uang dan berterima kasih ketika dibantu tukang parkir. Ketika motor saya ditata, mau keluar dibantuin, helm dijaga, saat itulah saya berterima kasih betul sama keberadaan profesi ini.
Meski ya, jujur saja, itu bare minimum. Sudah seharusnya mereka melakukan itu. Memang itulah tugas tukang parkir.
Ya bisa dibilang, keberadaan tukang parkir liar memang tak ada manfaatnya buat kita, pengendara yang bisa parkir sendiri. Masalahnya adalah, ternyata, tak cuma kita, pengendara, yang rugi karena keberadaan tukang parkir. Pelaku usaha, nyatanya, banyak yang rugi besar gara-gara keberadaan mereka.
Baca halaman selanjutnya: Efek tukang parkir liar terhadap pelaku usaha…
Efek tukang parkir liar terhadap pelaku usaha
Jarang terlintas di pikiran kita, seberapa besar efek tukang parkir liar terhadap pelaku usaha. Mungkin itu efek dari minimarket yang tetap saja laku meski dijaga tukang parkir. Padahal, sebenarnya, banyak usaha kecil yang terganggu atas keberadaan mereka.
Bayangkan begini. Ada warung nasi uduk kaki lima yang hanya buka di pagi hari. Warung tersebut ramai, dan tiba-tiba ada tukang parkir yang entah dari mana bertugas di situ. Pelanggan yang cari sarapan murah dan terbiasa bawa uang mepet, mau tak mau mengeluarkan uang tambahan buat parkir. Motor ditata? Belum tentu. Helm dijaga? Apalagi.
Lama-lama, orang malas datang ke warung ini karena malas berurusan dengan tukang parkir. Akhirnya warung sepi, dan tutup.
Apakah saya berlebihan memberi contoh? Nggak juga, soalnya sudah banyak contoh kayak gini. Jangankan warung kecil, wong sebenarnya minimarket macam Indomaret dan Alfamart saja bisa kena imbas. Terlebih minimarket kayak gitu sebenarnya menerapkan parkir gratis karena sudah bayar retribusi ke pemda.
Coba kalian tengok sendiri, minimarket tanpa tukang parkir liar, PASTI lebih rame ketimbang yang ada tukang parkir liar. Ini hukum pasti. Mbok yakin, kalau mereka diminta milih, pasti mereka milih nggak ada tukang parkirnya biar omzet mereka naik.
Saya sebenarnya ya kasian sama warung-warung kecil yang terdampak ini. Sebab kalau sampai mereka tutup warung, imbasnya gede ke pemasukan mereka. Terlebih ini diakibatkan oleh orang lain, yang nggak ada sangkut pautnya sama usaha tersebut.
Tukang parkir liarnya sih nggak rugi apa-apa. Mereka tinggal cabut, cari tempat lain. Wong mereka nggak butuh modal. Pemilik usahanya yang boncos. Modal ludes, mau buka lagi pelanggan udah telanjur males.
Jangan naif
Saya tahu, beberapa dari pembaca akan bilang kok saya kejam banget nulis tentang tukang parkir kayak gini. Mereka itu kerja lho, sama-sama cari duit mbok kayak gini.
Ya karena justru sama-sama cari duit inilah yang bikin saya nulis kayak gini. Emang Indomaret buka itu buat apa kalau bukan cari duit, hobi? Emang warung sarapan itu buka buat apa kalau bukan cari duit, gabut?
Justru karena sama-sama cari duit, baiknya ya jangan merugikan. Apalagi kalau bikin usaha orang lain (amit-amit) bangkrut, po yo ra mesakne.
Saya kira memang sudah saatnya ada regulasi atau kebijakan baru untuk mengatasi tukang parkir liar yang ada. Jangan naif, tukang parkir liar ini bisnis yang nilainya amat besar tapi belum tentu ngasih kontribusi ke negara. Juga nyatanya, kebanyakan dari kita akan sepakat kalau tukang parkir liar itu malah merugikan kita.
Sudah banyak usaha yang sepi gara-gara tukang parkir yang muncul out of nowhere. Banyak orang muter balik cari ATM sepi hanya karena dijagain tukang parkir. Sedangkan, uang-uang tadi, belum tentu ada kontribusinya ke negara. Sekali lagi, jangan naif.
Harusnya, negara dengan mudah mengatasi perkara tukang parkir liar ini. Asal ya, serius. Kalau menganggap mereka sepele dan membiarkan mereka terus-terusan, ya friksi ini akan terus terjadi, dan pemilik usaha akan terus menggerutu melihat pelanggan lari.
Penulis: Rizky Prasetya
Editor: Rizky Prasetya