Keretakan rumah tangga Sule menemui babak baru. Akhirnya, nenek Natalie—istri Sule, bukan assassin—buka suara tentang tabiat Sule. Saya baru baca berita tersebut, dan saya benar-benar takjub. Maksudnya, takjub amat sama wartawan gosip yang tega bener gali rahasia orang lain.
Gila aja, demi berita perceraian saja, mereka rela bertindak macam detektif. Saya yakin kalau wartawan gosip itu kerja buat Avengers, dah ketahuan tuh kalau Zemo adalah biang di balik kematian T’Chaka. Nggak perlu itu mereka berantem di bandara, ganggu orang lagi nongkrong aja di pinggiran.
Eh, di luar negeri gitu sekitar bandara ada yang jual cilok nggak ya?
Di sini saya nggak sedang bahas rumah tangga Sule. Bodo amat lah ya dia mau cerai, mau kagak, mau nambah istri, persetan. Urusan rumah tangga orang ngapain dah kita urus. Yang saya mau bahas adalah perkara absurdnya wartawan gosip ketika mengejar informasi.
Level pencarian informasi mereka saya anggap sudah selevel detektif. Anggap saja kayak detektif KPK. Mereka akan mencari informasi lewat jaringan-jaringan yang ada. Ya kalau detektif KPK mungkin nanyain orang-orang di sekitar terduga tersangka, kalau wartawan gosip bisa nanyain dari keluarga sampai tukang sayur. Masih wajar, sampai di sini.
Tetapi, mungkin ini bedanya wartawan gosip dengan detektif KPK. Kalau detektif KPK, saya yakin mereka nggak akan nanya orang random perkara isu yang ada. Tapi, kalau wartawan gosip, mereka bisa tanya pendapat orang yang benar-benar nggak ada hubungannya dengan berita yang ada.
Kita nggak sekali dua kali melihat berita macam “Retaknya rumah tangga Naruto, inilah pendapat dari Tanjiro Kamado”, “Cristiano Ronaldo pisah ranjang, inilah pendapat Ivan Gunawan”. Itulah maksud saya, orang random dimintai pendapat. Demi apa? Ya demi klik, dan pemburu bangkai nyatanya suka sekali dengan berita macam itu.
Apakah hal ini benar untuk dilakukan? Tergantung. Kalau Anda adalah pengikut Lambe Turah, melihat wartawan bekerja seperti itu Anda pasti menganggap itu benar. Tapi, kalau bicara common sense, hal itu amat buruk dilakukan.
Coba ngana bayangkan. Nenek Nathalie ditanyain perkara rumah tangga cucunya, opo yo patut? Garis privasi dilanggar demi sensasi. Saya tidak bisa membayangkan jika suatu saat nanti ada artis baru naik daun dan tiba-tiba keluarganya dicecar informasi seperti ini.
Bahwa berita tentang artis itu adalah hal yang dicari banyak orang, jelas. Tapi, ketika wartawan gosip bertindak absurd seperti mewawancarai nenek sang artis, saya pikir itu sudah seharusnya dikecam. Ketika kau mulai berani mengejar anggota keluarga agar membuka informasi yang harusnya mereka simpan rapat, tak ada lagi batas yang bisa menahanmu.
Informasi perceraian, rumah tangga, skandal para artis tak punya urgensi yang mendesak untuk disebarkan. Andaikan Sule dan Nathalie memang punya masalah, bukan berarti satu Indonesia harus tahu dan berkomentar. Menjadi publik figur bukan berarti menjadi hewan yang harus siap dicabik-cabik oleh predator kapan saja.
Sebab, jujur saja, sebenarnya kehidupan artis itu nggak menarik-menarik amat. Perbedaan mereka dengan kita manusia biasa ini hanya di perkara popularitas dan kekayaan. Mereka berak, mereka terpeleset, mereka punya rambut baru, itu bukanlah hal yang seharusnya diwartakan kepada seluruh penduduk Indonesia.
Jujur saja, berita macam Syahrini ganti hape, keretakan rumah tangga Sule, atau gosip murahan dari Lambe Turah itu tak ada faedahnya untuk kehidupan. Membaca hal-hal tersebut hanyalah membuat sel-sel di otak kita bunuh diri massal. Sejujurnya, kalian sebenarnya nggak butuh berita-berita seperti itu kan?
Wartawan gosip mencari berita dengan cara absurd seperti itu tentu karena tuntutan pekerjaan. Tapi, selama tidak ada demand, dan tidak membiarkan demand diciptakan dengan aturan yang jelas, berita gosip murahan lambat laun akan menghilang. Ini kalau saya ditanya solusi lho, walau saya sendiri nggak yakin itu akan berhasil.
Tapi, saya sih optimis, bahwa suatu saat nanti, berita seperti ini akan mati karena tak lagi diminati. Dan jujur saja, saya menunggu hari itu datang.
BACA JUGA Pertempuran Ikan Asin Antara Hotman Paris dan Galih Ginanjar dan artikel Rizky Prasetya lainnya.