Alih-alih menarik wisatawan, warga sendiri saja enggan untuk datang walau hanya sekadar berswafoto. Paling-paling hanya orang yang datang pertama kali karena penasaran.
Ya, semakin kalian mencari keunggulan dan sisi positif dari tugu 17 meter ini, semakin kalian menemukan kegagalan dari proyek ini. Contohnya, kalian akan kaget melihat sendiri kualitas konstruksi proyek. Hasilnya sangat berbanding terbalik dengan besarnya anggaran yang dihabiskan.
Tugu Keris Sumenep dicurigai sebagai proyek gimmick
Sebagai rakyat Sumenep, saya curiga terhadap kejanggalan-kejanggalan yang terjadi pada proyek besar ini. Selain hal-hal yang saya sebutkan di atas, masih ada banyak keanehan lainnya terkait proyek ini. Salah satunya, proyek ini mendapat sorotan dari ratusan empu keris yang tinggal di Madura.Â
Mereka menilai tugu ini semacam gimmick pemerintah saja. Kenyataannya, tidak ada aksi nyata terkait keris atau kesejahteraan ratusan empu keris yang ada di Madura. Asal saju saja, banyak pengerajin keris yang tinggal di Sumenep khususnya Madura. Itu mengapa daerah ini juga dijuluki sebagai Kota Keras.
Para pengerajin keris melihat proyek ini asal-asalan aja. Ya, asal anggaran turun, proyek selesai. Tak peduli kondisi tugu seperti apa atau tindak lanjut lebih soal keris di Madura.Â
Begitulah kegelisahan saya sebagai warga lokal Sumenep sehari-harui melihat tugu baru senilai Rp2,5 miliar itu. Rasanya sayang aja, duit segitu banyak hanya untuk membangun tugu yang asal-asalan. Mending budgetnya untuk kebutuhan lain yang lebih penting dan berdampak langsung pada kesejahteraan warga.Â
Penulis: Nibrosi
Editor: Kenia IntanÂ
BACA JUGA Nganjuk Kota Angin Adalah Julukan Paling Sia-sia, Mending Dihapus Aja.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.




















