Menguak Tugas-tugas Preman Menjelang Pemilu: Intimidasi Berkedok Diplomasi

Menguak Tugas-tugas Preman Menjelang Pemilu: Intimidasi Berkedok Diplomasi

Menguak Tugas-tugas Preman Menjelang Pemilu: Intimidasi Berkedok Diplomasi (Pixabay.com)

Banyak yang tak tahu, kalau preman punya tugas yang cukup vital menjelang pemilu. Jadi, biasanya, mereka disewa oleh si calon untuk jadi tim pemenangan. Entah untuk kekerasan, atau memberi kesan bahwa si calon punya kuasa yang cukup besar dan meyakinkan pemilih.

Lho, memangnya ngefek? Lha, ya iya. Kalau ada caleg “memegang” preman, bisa bikin orang percaya kalau caleg tersebut bisa mengamankan warga dari apa pun. Selain itu bisa bikin caleg tersebut punya citra disegani, yang bikin orang menaruh respek.

Setahu saya, ada beberapa tokoh politik yang sengaja memelihara preman untuk kepentingan mereka. Bahkan ada lho seorang preman yang diberi jabatan penting di pemerintahan. Supaya apa? Supaya bisa menjaga tuannya dari gangguan oposisi.

Faktanya memang begini. Dunia tidak sehitam putih yang kalian kira.

Di sini, saya akan menjelaskan tugas-tugas preman saat menjelang pemilu. Setidaknya penjelasan ini saya dapatkan dari pengalaman pribadi.

Menakut-nakuti calon lain

Jika si kandidat yang memelihara preman punya lawan yang kuat di daerah pemilihan, maka orang-orang yang suka main intimidasi ini pasti akan berbuat sesuatu.

Tingkat intimidasinya tentu berbeda-beda. Ada yang sengaja silaturahmi ke rumah lawan politik mereka untuk bilang, “Tolong suara tuan kami jangan diganggu, ya. Tolong lho ini. Di kelurahan ini, ini, dan ini, dan di beberapa kelurahan lagi pokoknya jangan diganggu. Kalau tidak ya kamu tahu sendirilah akibatnya.”

Tapi ada juga yang sangat parah, yakni meneror lawan politik mereka dengan ancaman kekerasan. Caranya gimana, saya nggak mau cerita.

Kongkalikong preman dengan penyelenggara pemilu

Sebenarnya, kongkalikong antara preman dengan penyelenggara bukan selalu atas keinginan si penyelenggara. Melainkan karena si penyelenggara dapat ancaman psikologis dari preman, yang akhirnya membuat si penyelenggara menuruti keinginan preman.

Kongkalikongnya tentu saja dalam perolehan suara. Sebelum pemilu berlangsung tentu si penyelenggara akan terus dibayang-bayangi preman. Ditakut-takuti saat bepergian. Diikuti ke mana saja dia melangkah. Pokoknya sampai si penyelenggara menuruti semua permintaan mereka.

Sebenarnya bisa saja si penyelenggara melapor ke pihak berwajib. Namun masalahnya akan jadi panjang. Sumpah, terkadang dunia itu tak sesepele yang kita kira.

Memobilisasi massa

Selain uang, kekuatan yang bisa memobilisasi massa adalah ketakutan. Jadi para pemilih di beberapa daerah bakal sengaja didatangi, diajak ngobrol masing-masing keluarga. Walau maksud ngobrolnya bukan untuk berkomunikasi, kalian tahu lah maksudnya apa.

Jadi ya begitulah. Kadang untuk memobilisasi massa nggak seratus persen lewat dari bagi-bagi uang. Menyebarkan ketakutan ke masyarakat pun cukup efektif untuk menggerakkan mereka agar memilih si kandidat.

Barangkali itu saja tugas-tugas preman saat menjelang pemilu. Dan saya kira penggunaan preman ini harus segera diberantas oleh para penegak hukum. Soalnya di pemilu itu kan kita sedang mencari kandidat yang punya visi untuk kemajuan bangsa. Bukan malah sebaliknya, mencari kandidat yang sukanya main-main dengan preman.

Iya lha, namanya juga preman kan mestinya diberantas, bukan malah dipelihara seperti tuyul. Aneh-aneh aja.

Penulis: Muhammad Ridho
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA Dalam Politik, Jangan Percaya Dukun 100% jika Tidak Mau Kecewa

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version