Trik Bertanya Ke Dosen biar Nggak Dikira Caper

Trik Bertanya Ke Dosen biar Nggak Dikira Caper

Trik Bertanya Ke Dosen biar Nggak Dikira Caper (Pixabay.com)

Ketika perkuliahan berlangsung saat di dalam kelas, pasti ada sesi tertentu di mana dosen mempersilakan mahasiswanya untuk bertanya langsung mengenai mata kuliah yang baru saja dijelaskan. Hal tersebut merupakan suatu kebiasaan yang lumrah rasanya bagi mahasiswa di setiap kampus yang ada di negeri kita tercinta ini.

Sesi tersebut diadakan dosen pasti memiliki tujuan yang penting. Seperti mengetahui tingkat keseriusan dan pemahaman mahasiswa terkait mata kuliah yang diajarkan. Serta memberikan nilai plus karena keaktifan mahasiswanya yang memancing diskusi dari pertanyaan.

Namun permasalahannya, hanya ada segelintir mahasiswa yang berani bertanya kepada dosen saat di kelas. Terkadang dosen tersebut sampai beberapa kali menyuruh kepada mahasiswa agar bertanya, tetapi tetap saja tidak ada, lalu menutup kelas tanpa adanya diskusi.

Ada banyak kemungkinan penyebab mahasiswa tidak mengajukan pertanyaan kepada dosen. Misalnya mager karena bisa saja mencari tau sendiri melalui internet. Atau mau cepat-cepat pulang ke kos. Atau bisa saja takut dikira caper ke dosen oleh teman-teman.

Wait, what?

Iya, kayak gini tuh beneran ada. Nggak jarang ada mahasiswa kena label caper karena sering tanya. Ya memang ada yang caper, tapi yang genuine bertanya tentu jauh lebih banyak.

Padahal ketika aktif bertanya, secara tidak langsung kita banyak memperoleh keuntungan. Misalnya, melatih otak untuk berpikir kritis sehingga muncul pertanyaan. Kita bisa melatih public speaking. Selain itu, kita juga mendapatkan ilmu baru. Benefitnya betul-betul banyak.

Tenang saja, ada trik yang bisa digunakan ketika ingin bertanya sewaktu di kelas dan menghindari prasangka teman-teman bahwa kita caper kepada dosen.

Pasang wajah serius dan sampaikan dengan jelas

Ketika menyampaikan pertanyaan kepada dosen, pasanglah wajah serius dengan sedikit senyuman yang elegan. Ini menandakan bahwa kita memang serius. Bedakan ekspresi ketika bertanya dan berbicara biasa. Jangan sampai saat kita bertanya sambil cengengesan apalagi tertawa. Hal ini akan mengundang prasangka teman-teman dan dosen.

Selain itu, sampaikan pertanyaan dengan suara dan artikulasi yang jelas. Sehingga teman-teman kita bisa ikut dapat manfaatnya.

Pertanyaan harus berbobot

Sampaikan pertanyaan yang berbobot dan kalau perlu sisipkan contoh-contoh/permasalahan yang relate dengan kehidupan. Pokoknya jangan lontarkan pertanyaan bodoh atau yang sudah jelas jawabannya. sebisa mungkin sih, jangan bertanya hal yang sudah dijelaskan, kecuali memang butuh informasi detil.

TLDR: tanya yang penting, bukan yang penting tanya.

To the point

Saat menyampaikan pertanyaan hendaknya kita langsung to the point pada inti pertanyaan saja. Jangan sampai muter-muter, apalagi ngomongin hal yang nggak nyambung. Kalau kayak gitu, malah dianggap caper kalian, meski niat kalian nggak seperti itu.

Bisa jadi kita dianggap orang yang tidak bisa menghargai waktu orang lain seperti dosen dan teman-teman. Ya soalnya kalian muter-muter nanyanya.

Setelah ini sih, harusnya kalian sudah nggak takut lagi tanya ke dosen. Tapi ya ingat-ingat betul kata saya, tanya yang penting, bukan yang penting tanya. Kalau gitu sih nggak bakalan dianggap caper, tapi dianggap kurang kompeten. Dan itu, jelas jauh lebih berbahaya.

Penulis: Muhammad Rifa’i
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA Dosen: Saya Sopan, tapi Anda Read doang!

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version